Maafken kalo ada typo😢
Happy reading💜
***
Satu bulan kemudian
Hari demi hari telah berganti, Alana masih setia menemani Naufal. Setiap pulang sekolah, Alana langsung pergi ke Rumah sakit untuk menemani Naufal. Karena Mama Papa Naufal akan bergantian berjaga pada pagi hari.
Minggu lalu, Johan-ayah kandung Naufal datang bersama istri barunya. Mereka berniat menjenguk Naufal, namun Naufal sama sekali enggan untuk melihat mereka.
Bahkan Johan sampai memohon kepada Naufal untuk memaafkan dirinya. Sepertinya dia benar-benar menyesal. Istri baru nya pun meminta maaf atas apa yang terjadi saat itu. Tapi Naufal sama sekali tidak bersuara, bahkan dia menganggap seperti tidak ada mereka di dalam sana.
Anya sudah menasehati Naufal, tapi Naufal tetap tidak mendengarkan. Alana hanya mendengarkan pada saat itu, dia tidak ingin ikut campur terlalu dalam dengan urusan keluarga Naufal.
Saat ini, di dalam ruangan Naufal cukup ramai. Ada Alana tentunya, ada Linea, Raya, Ryan, Raka, bahkan Bara. Entah apa yang membuat Bara berani datang ke sini. Dia meminta maaf kepada Alana, berjanji tidak akan mengganggu hubungan Alana lagi. Tapi dia tetap sinis jika kepada Naufal.
"Awalnya gue seneng lo di sini, nggak bisa ikut lomba. Terus gue bisa rebut posisi lo yang selalu menangin mural ilegal. Tapi ternyata saingan gue ada lagi. Tuh si curut Ryan, nggak nyangka dia bakal gantiin lo." Ucap Bara sarkas. Sementara Ryan yang jadi topik perbincangan, tak sekalipun melirik apalagi melihat Bara.
"Dahlah gue pulang aja. Nggak ada yang nganggep gue di sini."
"Yaudah sono pulang, yang suruh lo ke sini juga siapa. Sok-sok an jengukin tapi berisik banget dari tadi." Raka yang sudah dari tadi menahan emosi nya mendengar ocehan tak berfaedah Bara, segera meluapkan nya dengan kata-kata.
Bara melirik sinis pada Raka sebelum akhirnya menunjukan jari tengah nya tanda fuck. Memang Raka dan Bara tidak akur, sudah tidak menjadi rahasia lagi. Padahal mereka tidak pernah terlibat apapun hal yang membuat mereka sering bertemu. Mungkin karena tampang Bara yang menyebalkan.
Bara kemudian keluar setelah mengucapkan jampi-jampi agar Naufal tidak cepat sembuh. Tapi tetap saja, di akhir kalimat dia mengimbuhi kalimat penyemangat yang di bisikan langsung ke telinga Naufal.
"Kak Bara tuh lucu ya sebenernya. Humoris." Ucap Raya tanpa sadar membuat seluruh orang yang ada di ruangan tersenyum penuh arti.
"Lo suka sama dia? Etdah, orang kek begituan apanya yang di sukain." Linea yang teramat kesal dengan Bara yang sering menyakiti Alana, mulai kompor agar Raya panas. Tahu kan, mereka berdua bagaikan tom&jerry setiap bertemu.
"Heh siapa juga yang suka. Gue tuh cuma ngomong fakta. Syirik banget lo. Liat tuh samping lo ada kak Ryan, berani-berani nya ngomongin cowok laen." Balas Raya tak mau kalah.
"Ihh lo tuh ya." Kesal Linea menunjukan bogeman tangannya seolah hendak menghajar Raya.
"Udah kalian berantem terus." Alana menengahi.
"Gue laper, kalian nggak mau makan siang apa?" Raya kembali berujar.
"Gue juga laper sih, kita ke kantin gimana?" Sahut Linea.
"Gue juga. Daritadi di sini nggak di kasih apa-apa. Garing. Itu pisang di piring juga enak tau pal. Pelit amat." Raka membalas sambil menyindir.
"Jangan, gue jijik ntar tangan lo nyentuh buah yang laen." Ucap Naufal sarkas.
"Yaudah gue cabut. Bay!" Ya, Raka baper. Dasar orang cakep.
Dan yang lain pun menyusul keluar, kecuali Alana tentunya. Dia masih betah berada di ruangan ini. Apalagi sebentar lagi suster antar makan siang buat Naufal.
"Kakak udah denger kabar terbaru dari dokter?" Tanya Alana.
"Udah. Makin nipis harapan gue. Lo jangan terlalu cinta banget sama gue Al, ntar kalo gue pergi gue nggak mau lo patah hati sampe mau bunuh diri. Haha" Canda Naufal.
"Nggak lucu kak. Aku serius. Penyakit kakak udah jadi gagal jantung, ini rumah sakit apaan sih, kenapa makin lama malah makin parah." Kesal Alana.
"Mungkin karena gue telat pengobatan. Tubuh gue nggak bisa bertahan." Sepertinya Naufal mulai putus asa. Dia seperti pasrah dengan apapun yang terjadi kedepannya.
"Kakak sabar ya, semangat. Aku bakal bantu buat cari orang yang mau donorin jantungnya buat kakak. Walaupun pasti susah banget. Tapi aku pengen operasi transplantasi jantung kakak cepet terlaksana." Alana membulatkan tekad. Dia akan berusaha sekuat tenaga.
"Siang mbak, saya anter makan siang ya, sama obat juga. Setelah itu istirahat." Suster memasuki ruangan dan langsung menata makanan yang di bawa di atas nakas.
"Saya tinggal ya mbak. Permisi." Ucap Suster ramah, yang di balas anggukan oleh Alana dan Naufal.
"Mau makan sekarang?" Alana bertanya lembut kepada Naufal.
Naufal menggeleng, tapi sebenarnya perutnya sangat lapar. Dia hanya bosan dengan makanan rumah sakit yang itu-itu saja dan tidak enak sama sekali.
"Gue nggak suka makanan rumah sakit Al, nggak enak. Coba deh lo rasain, nggak enak banget sumpah." Kekeuh Naufal
"Ya nggak enak karena kakak lagi sakit, mau makan apapun tetep rasanya nggak enak." Kesal Alana.
Akhirnya Alana mengambil makanan tersebut, menyendoknya kemudian menyodorkannya kepada Naufal. Naufal tetap menggeleng dan menutup mulutnya rapat-rapat.
Hingga akhirnya Alana memaksa Naufal untuk makan dengan segala ancaman dan imbalan. Setelah meminum obat, Naufal tertidur.
***
Di kantin, mereka berempat rusuh. Mereka bertiga lebih tepatnya, karena Ryan hanya fokus pada makanannya.
"Kalo gue nggak ada dosa, gue bakalan donorin deh jantung gue ke nopal. Lagian susah amat punya penyakit, masa harus donor jantung, ya otomatis mati dong pendonornya. Masih mending kalo donor ginjal, masih ada sisa ginjal satu lagi, jadi masih ada kesempatan buat idup." Raka berkata ngasal
"Lo tuh ya, mana ada orang punya penyakit nawar-nawar. Ya kak Naufal juga nggak mau kali punya penyakit gagal jantung. Dodol banget jadi orang." Sahut Linea kesal.
"Yee lo biasa aja kali. Kak Raka kan cuma berandai-andai." Oke, kenapa Raya membela Raka.
"Kok lo belain dia. Jangan-jangan lo suka sama dia." Linea terheran-heran.
"Eittss.. jangan salah lo Lin, dia tuh ada di tim gue. Minta bantuan sono sama cowok lo yang superrr dingin ini." Raka tertawa keras setelahnya. Benar-benar tidak sopan.
"Udah, udah. Jangan ngomel mulu. Makan aja." Ryan akhirnya bersuara. Tentu saja kepada Linea.
"Ish" Linea mendengus.
"Tapi beneran, gue salut sama Alana, dia bisa kuat gitu ndampingi Nopal. Bener-bener baek banget adek lo bro." Raka berujar demikian dengan maksud sedikit menyindir Ryan. Bukan rahasia lagi bahwa Ryan dan Alana tidak terlalu dekat.
"Udahlah makan aja, abis itu gantian jaga sama Alana, kasian dia." Raya menengahi.
Ya, mungkin kalian bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Naufal, diagnosis dokter menyatakan bahwa kardiomiopati Naufal sudah merambat menjadi gagal jantung. Dokter menyarankan agar cepat-cepat melaksanakan operasi transplantasi jantung. Dan ya, akhirnya mereka semua memikirkan siapa orang yang mau mendonorkan jantung nya untuk Naufal.
Tbc.
Huaaaa, satu chapter lagi gaess😭
Pusing aku mikirin ending😢Jangan lupa vote sama komen ya💜
Terima kasih💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Teen Fiction"Mau kakak tuh apa si sebenernya?!" Ucapku dengan nada yang lebih tinggi. "Mau gua? Lo mau tau apa mau gua?" Jawabnya sembari turun dari motornya lalu berjalan mendekat. "Mau gua, mulai.sekarang.lo.jadi.cewek.gua." lanjutnya penuh penekanan di setia...