Kritik saran di persilahkan😁
Bantu cari typo ya dear🌼***
Hari ini, Alana berangkat sekolah seperti biasa, tetapi perasaannya tidak tenang. Naufal marah padanya, bahkan pada ibunya-Anya. Tapi Alana dan tante Anya hanya ingin yang terbaik untuk Naufal, apakah salah?
Alana berjalan gontai menuju kelasnya, menaiki anak tangga menuju lantai dua. Hari ini dia ada ulangan Kimia, tapi apa yang dia pelajari sama sekali tidak masuk di otaknya. Alana terlalu banyak pikiran.
Memasuki kelas, Alana berjalan menuju bangkunya, sudah ada Linea disana, tapi Alana tidak melihat Raya di belakangnya. Ah.. ternyata anak itu sedang berada di bangku seberang, Alana melihat dan tersenyum paksa. Linea pun sama, dia sedang belajar untuk ulangan mereka hari ini. Dia terlihat tenang, dan tidak terganggu akan kedatangannya.
Alana menarik nafas, kemudian membuangnya, lalu mengambil buku kimia dari dalam tas, berakhir dirinya yang memaksa untuk belajar walau otak nya tidam bersahabat.
***
"Kalian mau makan apa? Gue butuh yang pedes-pedes nih, otak gue mau kebakar rasanya." Raya mengeluh ditengah perjalanan mereka menuju kantin.
"Dasar, kalo abis ulangan tuh, makan yang manis-manis, minum yang dingin-dingin, bukannya malah yang pedes" Jawab Linea sewot.
"Al, lo yang pesen ya, gantian. Gue mi goreng aja deh"
"Gue pengen batagor, tapi pasti ngantri panjang. Gue ikut lo aja deh, tinggalin aja Raya sendiri disini." Linea akhirnya ikut memesan juga bersama Alana, meninggalkan Raya sendirian di meja tengah yang menekuk wajahnya.
Alana pergi ke warung tengah untuk memesan mie, sedangkan Linea ke warung di sampingnya untuk mengantri batagor.
Di warung yang Alana datangi, tidak terlalu ramai. Karena ada banyak kantin yang menjual mie, sehingga tidak menumpuk hanya di satu tempat. Sedangkan di tempat Linea, terlihat lumayan ramai, hingga berdesakan. Karena yang menjual batagor hanya dua kantin, yang satunya tidak begitu enak menurut Linea, akhirnya dia memilih mengantri demi batagor kesukaannya.
Saat sedang menunggu giliran, Alana melirik sekeliling, dia menemukan Raka duduk sendirian di meja ujung dengan tangan kanan memegang sumpit, dan tangan kiri memegang handphone canggihnya.
"Ibu, Raya pesen Mie gorengnya dua ya, sama es teh juga. Tolong anterin ke meja tengah kaya biasa." Akhirnya Alana memesan dengan meng-atas nama kan Raya, karena itu mungkin akan lebih cepat di pahami. Karena Raya pelanggan setia Ibu penjual mie itu.
Alana kemudian keluar dari antrian, dan segera berjalan ke meja Raka.
"Ehm.. kak" dengan ragu Alana berucap, membuat Raka menoleh.
"Oh hai Na, lama nggak ketemu. Sini duduk" jawab Raka ramah seperti biasanya.
"Lo udah pesen makan?" Seakan de javu pada pertemuan mereka terakhir kali waktu itu, Alana terkekeh ringan.
"Lagi pesen kak, ehm.. aku mau nanya" ucap Alana.
"Tanya aja, kalo gue tau, gue bakal kasi tau." Sahut Raka masih sibuk dengan makanannya.
"Kakak tau, kalo kak Naufal sakit?" Tanya Alana ragu.
"Tau, kemaren dia chat gue" jawab Raka
"Kakak tau, dia sakit parah?" Pertanyaan Alana mampu membuat Raka menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Alana serius.
"Jangan ngadi-ngadi lo Na, ini bukan bulan april kan? Nggak ada april mop an." Raka tak percaya
"Aku nggak lagi buat april mop, ini serius, kak Naufal sakit kardiomiopati atau lemah jantung." Alana menjelaskan di tengah keramai an kantin, yang membuat Alana yakin untuk membahas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Teen Fiction"Mau kakak tuh apa si sebenernya?!" Ucapku dengan nada yang lebih tinggi. "Mau gua? Lo mau tau apa mau gua?" Jawabnya sembari turun dari motornya lalu berjalan mendekat. "Mau gua, mulai.sekarang.lo.jadi.cewek.gua." lanjutnya penuh penekanan di setia...