Hari sudah terlihat mulai gelap yang menandakan malam akan segera tiba. Sean sedang melajukan motornya dengan cepat. Sedangkan aku ... hanya menatap ke sekeliling dengan kedua tanganku yang melingkar erat di pinggang Sean.
" Leslie ... kau tidak tidur kan?" tanya Sean yang membuatku tersentak.
" Tidak kok .." jawabku singkat.
" kau pasti sedang memikirkan kejadian tadi."
" Ya ... aku selalu terlibat masalah yang menyedihkan. Kau tahu itu membuatku sedih."
" Kalau begitu berhentilah melibatkan dirimu dengan hantu." Aku kesal sekali dengan perkataan Sean. Lalu aku cubit pinggangnya. Terdengar suara rintihannya sepertinya aku mencubitnya cukup kencang.
Sean menghentikan laju motornya, membuatku terkejut sekaligus bingung. Dia menepikan motornya dan memarkirnya di tempat yang aman.
" Kenapa berhenti?" tanyaku mulai panik. Entah kenapa aku merasakan sebuah firasat buruk?
" Cepat turun!" titahnya dan segera ku turuti.
" Kenapa Sean?"
" Kau ... beraninya kau mencubitku. Bagaimana tadi kalau kita jatuh dari motor? Aku akan membalasmu. Bersiaplah Leslie ..." katanya dengan seringaian mengerikan di wajahnya. Sepertinya firasat burukku menjadi kenyataan.
" Maafkan aku Sean, salahmu sendiri tadi membuatku kesal." Tapi Sean mengabaikan permintaan maafku, dia bersiap mendekatiku. Aku sungguh sangat takut karena itu aku berlari. Aku lari sekencang-kencangnya dari kejaran Sean. Tapi sungguh larinya sangat cepat dan dia berhasil menangkapku. Tentu saja aku tidak mungkin menang mengadu lari dengan atlit basket sepertinya. Aku benar-benar bodoh karena telah membuat Sean marah.
" Ampun Sean, maafkan aku ... kyaaa ... maafkan aku!" Teriakku sambil meronta-ronta minta dibebaskan.
" Ctakk ..."
" Akhh ... sakit ..." aku merasakan jitakan keras pada keningku.
" Kau jahat sekali, aku kan hanya mencubitmu tadi kenapa kau malah menjitakku."
" Itu hukuman karena nyaris membuat kita berdua jatuh dari motor tadi."
" Tapi tadi kita tidak jatuh kok."
" Aku bilang nyaris Leslie, nyaris ... aku rasa kau harus membersihkan telingamu." Ucapnya datar membuatku kesal mendengarnya.
Aku ingin membalas ucapannya namun terhenti ketika aku menyadari sesuatu. Posisi tubuh kami saat ini begitu dekat. Sean sedang mendekap tubuhku kuat tidak ingin melepaskanku. Jujur jantungku berdetak dengan cepat sekarang. Aku bisa melihat wajah tampannya dari jarak sedekat ini.
Aku dan Sean ... kami memang cukup lama berpacaran tapi sungguh kami tak pernah berada dalam posisi sedekat ini. Terakhir kali posisi ini pernah terjadi ketika aku tanpa sadar memeluknya ketika insiden hantu Prinka di Grandes High school. Bahkan saat itu tanpa sadar, aku telah menciumnya. Oh aku hampir melupakannya, dulu ketika aku di rumah sakit setelah insiden hantu Celia. Kami pun pernah berada dalam situasi seperti ini. Saat itu kami baru meresmikan hubungan kami dan Sean nyaris menciumku. Walaupun ciuman itu tidak jadi karena gangguan dari Angie. Semenjak saat itu, aku tak pernah berada sedekat ini dengan Sean.
(NB: peristiwa yang disebutkan Leslie tadi ada di buku pertama dan kedua. silakan dibaca lagi kalau kalian lupa)
Aku menelan salivaku ketika bibir tipis Sean begitu dekat denganku. Jantungku berdebar tak karuan, aku bahkan khawatir Sean mampu mendengar suara debarannya. Aku menutup kedua mataku ketika bibirnya semakin mendekatiku.
" Hei Leslie ... kenapa kau menutup matamu?" Aku terbelalak mendengar pertanyaannya. Dengan sebal aku pun menatap wajahnya yang masih berada begitu dekat dengan wajahku.
" Apa kau berharap aku menciummu?" seketika itu pun ku dorong sekuat mungkin tubuhnya. Pertanyaannya membuatku malu sekaligus membuatku kehilangan kesabaranku.
" Hahahaha ... aku hanya bercanda Leslie ..." katanya sambil tersenyum.
" Kau menyebalkan Sean."
" Menyebalkan karena tidak menciummu ya?" dia mengatakan itu dengan memperlihatkan sebuah seringaian yang sungguh membuatku ingin menghajarnya saat ini juga. Ku kepalkan tanganku bersiap untuk menghajarnya.
" Lihat langit itu ..." namun kuurungkan niatku dan ku ikuti pandangannya yang sedang menatap ke arah langit.
Kini aku tengah menatap langit yang sudah menghitam itu. Namun terlihat indah karena ada bulan yang bersinar dengan terang. Bulan itu dipenuhi bintang-bintang yang bersinar dengan indahnya.
" Kau pernah melihat bintang Leslie?" tanyanya yang membuatku mengalihkan tatapanku. Kini aku tengah menatap Sean yang sedang asyik menatap indahnya pemandangan langit di atas sana.
" Ini kita sedang melihat bintang." Jawabku datar. Memang benar kan kami sedang menatap bintang sekarang?
" Hahahaha ... bukan itu maksudku. Hmmm ... bulan Agustus nanti aku dengar akan ada hujan meteor. Kau mau melihatnya bersamaku?" Kini kedua mataku benar-benar terbuka dengan lebarnya. Apakah ini sebuah ajakan kencan? Dia mengajakku melihat hujan meteor yang pastinya hanya akan dilihat pada malam hari.
" Di dekat rumahku, ada sebuah bukit yang cukup tinggi. Kita bisa melihatnya dari sana. Itu pun kalau kau mau melihatnya."
" Maksudmu kita melihatnya berdua saja di sana?"
" Iya, kenapa kau takut?"
" K ... kenapa aku harus takut? Meihat hantu saja aku tidak takut. Kenapa aku harus takut melihat hujan meteor bersamamu?"
" Berarti kau mau melihatnya denganku?" ku anggukan kepalaku dan dia memberikan seulas senyum yang sukses membuat jantungku serasa ingin melompat keluar dari dadaku.
" Ini janji kita, jangan ada yang mengingkarinya ya."
" Tentu saja, aku akan menepati janjiku. Kau juga ya Sean."
" Hmmm ... aku janji." Sean memelukku erat dan aku pun membalas pelukannya.
" Hei ayo kita lanjutkan perjalanan kita!" ajakku setelah aku menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 19.30. Aku tidak ingin kami tiba di Asrama terlalu malam. Aku melepaskan pelukanku pada Sean dan berjalan menuju ke arah motor yang terparkir.
" Bukankah lebih baik kita mencari penginapan di dekat sini?" tanya Sean yang untuk kesekian kalinya membuatku tersentak.
" Haah ... aku tidak mau. Kenapa kita harus mencari penginapan. Kau gila ya Sean?"
" Gila? Enak saja. Tentu saja aku masih waras. Maksudku kita memesan dua kamar untuk istirahat. Besok pagi kita langsung pergi ke kampus. Daripada kita melakukan perjalanan malam-malam begini. Atau jangan-jangan kau yang sudah gila karena memikirkan yang tidak-tidak tentang ideku ini?" Entah ada apa dengan isi kepalaku. Hari ini berbagai pikiran negatif tentang Sean terus memenuhi pikiranku.
" Jangan bicara sembarangan. Memangnya kau sudah lelah Sean?"
" Hmmm ... begitulah."
" Baiklah, aku setuju. Kita cari penginapan di sekitar sini."
Ya ... aku rasa aku tidak bisa memaksanya untuk tetap mengendarai motornya, di saat dia mengatakan sudah lelah. Setidaknya aku tidak ingin dianggap wanita egois oleh pacar tampanku ini.
Hai semuanya... akhir-akhir ini saya banyak urusan di nyata. jadi mohon dimaklumi kalau sering telat up nya.
See u Next chapter...
YOU ARE READING
Grandes High School (Leslie & Sean) {Proses penerbitan}
HorrorLeslie dan Sean sudah dinyatakan lulus dari Grandes High School. kini mereka tengah menuntut ilmu di sebuah universitas. Awalnya kehidupan mereka berjalan dengan lancar, hingga beberapa masalah yang berhubungan dengan hantu kembali menimpa Leslie. L...