CHAPTER 47 SEAN (PART 1)

5.9K 512 51
                                    

Ketika ku buka perlahan kedua mataku, pemandangan di sekitarku terasa terang benderang oleh cahaya lampu. Bau obat-obatan khas rumah sakit menusuk hidungku, aku pun menyadari dimana aku berada saat ini.

" Anda sudah siuman?" Tanya seorang wanita yang sepertinya seorang suster jika ku lihat dari seragam yang dikenakannya.

" Dimana ini?"

" Anda sedang berada di rumah sakit, banyak warga di daerah ini yang mengantar anda beserta teman-teman anda kemari." Mendengar jawaban dari suster itu, aku pun mengangguk mengerti. Sontak rasa penasaran mengenai keadaan teman-temanku mengusik pikiranku.

" Bagaimana keadaan teman-teman saya?" tanyaku akhirnya pada Suster itu.

" Mereka baik-baik saja, kondisi mereka sudah stabil. Hanya saja masih ada satu orang yang belum sadarkan diri hingga sekarang." Jawab Suster itu sambil tangannya sibuk memeriksa denyut nadiku. Mungkin dia tengah memeriksa kondisi tubuhku.

" Kami sudah memberi kabar pada pihak keluarga kalian melalui handphone yang kami temukan di saku celana teman-teman pria anda. Kalau tidak salah nama mereka Sean dan Carl bukan? Tapi kami belum menghubungi pihak keluarga anda dan teman-teman wanita anda."

" Tidak masalah, biar saya yang memberi kabar pada keluarga saya dan keluarga teman-teman saya." Jawabku akhirnya. Suster itu masih sibuk memeriksa keadaanku. Tapi ada hal lain yang mengganjal pikiranku sejak mendengar perkataan suster itu.

" Oh iya Sus, siapa teman saya yang belum sadarkan diri itu?"

" Teman anda yang bernama Sean. Dokter merasa heran karena kondisi tubuhnya baik-baik saja, dia hanya mengalami luka ringan di tubuhnya tapi tubuhnya tidak merespon sama sekali ketika dilakukan pemeriksaan. Dan sampai sekarang dia belum siuman." Aku tersentak mendengarnya, berdasarkan perkataan suster itu, Diantara kami semua hanya Sean yang belum sadarkan diri sedangkan luka di tubuhnya tidak terlalu parah. Rasa khawatir seketika menjalar di dalam hatiku.

" Dia selalu mengeluhkan sakit pada kepalanya, apa kalian sudah memeriksanya? Mu ... Mungkin dia menderita suatu penyakit." Ucapku ragu. Tentu aku tidak berharap Sean menderita penyakit apapun tapi mengingat dia selalu mengeluh sakit pada kepalanya, membuatku berpikir mungkin dia sedang sakit.

" Kami sudah melakukan pemeriksaan rontgen padanya karena dokter merasa kondisinya aneh, tapi hasil pemeriksaan tidak menunjukkan satu pun penyakit serius yang dideritanya. Semuanya normal." Ku hembuskan nafasku lega mendengarnya. Syukurlah jika Sean baik-baik saja berarti kekhawatiranku tidak akan pernah terjadi. Tapi disaat bersamaan, aku pun merasa heran. Jika Sean tidak mengidap penyakit apapun kenapa dia selalu terlihat kesakitan.

" Anda harus banyak istirahat karena dibandingkan teman-teman anda, luka anda lah yang paling banyak dan cukup parah. Warga yang mengantarkan kalian kemari sudah menceritakan kronologis yang menimpa kalian hingga terluka seperti ini. Pasti kalian sudah mengalami kejadian yang mengerikan di Mansion angker itu." Aku hanya menanggapinya dengan senyuman karena sebenarnya aku sedang tidak ingin membahas tentang Mansion itu.

" Baiklah, saya permisi dulu." Pamit suster itu sambil mulai melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruang perawatanku.

" Tunggu Sus !!" seketika suster itu berhenti dan kembali menghadap ke arahku.

" Apa ada lagi yang anda butuhkan?" Tanyanya heran.

" Tolong antarkan saya ke ruang perawatan Sean, saya ingin mengunjunginya." Suster itu terlihat terkejut mendengar permintaanku. Dia bahkan melarangku menemui Sean dengan alasan aku belum diizinkan untuk bangun dan berjalan. Tapi bukan aku, jika aku menyerah begitu saja. Aku sedikit memaksanya, dan dia akhirnya menyerah ketika ku katakan bahwa aku ini pacarnya Sean.

Grandes High School (Leslie & Sean) {Proses penerbitan}Where stories live. Discover now