CHAPTER 35 MARIE (PART 4)

4.8K 503 8
                                    

Seperti rencana awalku, aku benar-benar menelepon Angie. Dan saat ini aku sedang berbincang-bincang dengannya di telepon. Aku sudah menceritakan semuanya pada Angie tentang keanehan hantu Marie. Mendengarnya, Angie terdiam cukup lama, dan aku hanya mampu menunggu dia kembali bersuara.

" Jadi menurutmu bagaimana Angie? Apa kau sudah tahu jawaban dari keanehan hantu Marie?" kataku yang sudah mulai bosan menunggu.

" Hmm ... maaf Leslie, aku sedang mengingat-ingat sesuatu barusan. Tapi sepertinya aku sudah mengetahui alasan hantu itu bersikap aneh."

" Benarkah itu Angie?"

" Kau bilang dia sempat mengobrol denganmu bahkan dia berada di kelas ketika ujian berlangsung. Bukankah tingkah lakunya itu seperti dia masih hidup?" tanyanya yang membuatku menyadari perkataan Angie.

" I ... iya begitulah."

" Dia bahkan menangis karena diacuhkan oleh teman-teman sekamarnya, hanya ada alasan dia bersikap seperti itu. Dia belum menyadari bahwa dia sudah meninggal dan sudah menjadi hantu."

" Haah ...!!" Tanpa sadar teriakan itu terlontar dari mulutku. Penjelasan Angie ini terasa aneh bagiku.

" I ... itu mustahil. Mana mungkin dia tidak menyadari kalau dia itu sudah meninggal?" tanyaku, sungguh aku tak bisa mempercayai ini.

" Inilah yang ku yakini. Hal ini mungkin saja terjadi pada seseorang yang mengalami koma sebelum meninggal. Ya ... untuk mengetahui kebenarannya coba saja kau buktikan sendiri Leslie. Kau bisa memberitahu kenyataan padanya, kenyataan kalau dia itu sudah meninggal."

" Tapi bagaimana jika pemikiranmu ini salah? Lalu dengan cara apa aku harus menenangkannya supaya dia pergi ke alamnya?"

" Hufffttt ... Haah ..." hanya terdengar hembusan nafas dari Angie, membuatku kesal saja.

" Hei Angie, kau serius ingin membantuku atau tidak?"

" Tentu saja aku serius. Aku kan sudah memberitahumu pemikiranku. Kau coba saja lakukan seperti yang ku sarankan padamu. Jika ternyata perkiraanku salah, kau bisa mencari tahu sendiri kan? Hei ... ini bukan pertama kalinya kau menghadapi hantu. Biasanya juga kan kau yang menemukan cara untuk menenangkan hantu yang kau temui dengan meminta mereka memperlihatkan kenangan mereka padamu. Kau cukup melakukan hal yang biasa kau lakukan saja." Aku terdiam mendengar perkataan Angie. Ya ... semua yang dikatakannya memang benar adanya.

" A ... aku hanya tidak biasa menghadapi hantu sendirian. Dulu kau selalu bersamaku." Ujarku lirih, ya memang inilah yang ku rasakan saat ini.

" Apa maksudmu sendirian? Kan ada Sean bersamamu. Dia selalu di sampingmu dan membantumu, jadi kau sama sekali tidak sendirian Leslie." Mendengarnya hatiku bergetar. Andai Angie tahu apa yang terjadi antara aku dan Sean. Ya benar ... seandainya ada Sean di sampingku, aku tidak akan takut atau ragu seperti ini. Dia akan menemaniku disaat aku harus melakukan sesuatu untuk menenangkan hantu, seperti ketika aku berusaha menenangkan hantu Eric. Sean selalu menemaniku bahkan dia mengantarku menemui keluarga Eric. Tapi sekarang ... meski tubuhnya ada di dekatku, tapi aku merasa dia begitu jauh seolah-olah ada jurang yang memisahkan kami.

" Kalian tidak sedang bertengkar kan?" pertanyaan Angie mengembalikan kesadaranku dari lamunanku yang memilukan.

" T ... tidak kok." Jawabku bohong. Aku hanya tak ingin membuat Angie mengkhawatirkan kami, dia sedang mengandung aku tidak ingin membebaninya dengan masalahku dan Sean.

" Mana Sean? Apa dia sedang bersamamu? Leo ingin bicara dengannya."

" D ... dia tidak ada disini. Aku meneleponmu di kamarku." Kali ini aku menjawabnnya dengan jujur, aku memang sedang berada di kamarku.

Grandes High School (Leslie & Sean) {Proses penerbitan}Where stories live. Discover now