CHAPTER 45 LUCAS (PART 10)

4.6K 516 11
                                    

Masih ku rasakan sakit di sekujur tubuhku tapi dengan perlahan ku buka kedua mataku.

" Akh ..." Gumamku pelan ketika cahaya lampu menerpa langsung iris mataku membuatku mengerjap-ngerjapkan mataku menyesuaikan dengan cahaya itu.

Aku tertegun ketika akhirnya mataku terbuka sempurna dan ku dapati ada beberapa orang sedang mengerumuniku saat ini. Aku mencoba untuk bangun tapi segera ku hentikan ketika ku rasakan nyeri tak tertahankan di sekujur tubuhku.

" Jangan memaksakan untuk bangun, tetaplah berbaring. Luka di tubuhmu cukup banyak dan parah." Ucap seorang wanita muda menghampiriku dan membantuku untuk kembali berbaring. Ku tatap satu persatu orang-orang itu, tak ada satu pun diantara mereka yang aku kenal atau pernah ku temui sebelumnya.

" Dimana aku? Siapa kalian?" Akhirnya ku tanyakan itu pada mereka. Mereka saling berbisik dengan tatapan mereka yang tertuju padaku.

" Kami warga di daerah ini. Salahsatu dari kami menemukanmu jatuh pingsan di depan Mansion, dan dia membawamu kemari. Kami sudah memberikan pengobatan pertama pada luka-lukamu tapi kau harus segera dirawat di rumah sakit." Kata wanita muda tadi yang sontak membuatku teringat kembali pada peristiwa-peristiwa yang terjadi sesaat sebelum aku pingsan di depan Mansion. Jadi orang yang ku lihat itu salahsatu warga disini dan dia membawaku ke tempat ini. Ku hembuskan nafasku lega karena sepertinya mereka bukan orang-orang jahat yang akan menyakitiku.

" Istirahatlah, siang nanti kami akan membawamu ke rumah sakit." Wanita muda itu kembali bersuara.

" Tidak ... aku tidak akan pergi ke rumah sakit sebelum mengeluarkan teman-temanku dari Mansion itu. mereka masih terkurung disana, aku mohon bantulah aku untuk menyelamatkan teman-temanku." Pintaku lirih pada mereka. Tapi tidak ada yang merespon perkataanku, mereka hanya menatapku dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

" Teman-temanmu mungkin sudah mati. Kau beruntung karena bisa keluar dari Mansion angker itu." Ujar salahseorang pria paruh baya.

" Tidak ... mereka belum mati, aku yakin mereka masih hidup. Aku mohon bantulah aku untuk menyelamatkan mereka." Orang-orang itu kembali saling berbisik tanpa ada satupun yang menyahuti permintaanku.

" Sudah berapa lama sejak aku pingsan?" Tanyaku pada wanita muda yang sejak tadi berbicara denganku.

" Sekitar 2 jam." Katanya yang membuatku tersentak. Aku sadar tidak banyak waktuku untuk menyelamatkan teman-temanku, walau bagaimanapun aku harus meyakinkan orang-orang ini untuk membantuku.

" Aku mohon bantulah aku. Tolong selamatkan teman-temanku." Lagi ... mereka tetap tak menyahuti permintaanku. Aku pun akhirnya memaksakan diriku untuk bangun. Ku abaikan rasa sakit di sekujur tubuhku. Wanita muda itu membantuku beranjak dari tempat tidurku, dengan wajahku yang pastinya sedang meringis kesakitan saat ini, aku memposisikan tubuhku untuk berlutut di hadapan orang-orang itu. mereka terperangah menyaksikan perbuatanku.

" Aku mohon, selamatkan teman-temanku." Kini air mata mulai mengalir membasahi wajahku. Aku berharap mereka akan merasa iba setelah melihat perbuatanku ini. Aku tulus memohon pada mereka agar mereka bersedia membantuku menyelamatkan teman-temanku.

" Berhentilah memohon nak, percuma saja tidak ada satupun dari mereka yang bisa membantumu." Sebuah suara terdengar dari arah belakangku. Aku menoleh ke pemilik suara itu yang ternyata seorang nenek. Aku terperanjat ketika melihat nenek itu tidak memiliki mata, ya kedua matanya terpejam dengan berbagai bekas luka memenuhi kelopak matanya.

" Siapa namamu?" tanya Nenek itu.

" Namaku Leslie ... kenapa anda mengatakan tidak ada satupun dari kalian yang bisa membantuku?" Aku sama sekali tidak mengerti perkataan nenek itu karena itu tanpa ragu ku tanyakan hal ini.

Grandes High School (Leslie & Sean) {Proses penerbitan}Where stories live. Discover now