Dini?

65 7 2
                                    

" Din, bangun yuk! Udah pagi lho.. "
Kamila membangunkan putri tirinya tersebut.

Tak ada jawaban. Kamila pun langsung menyentuh dahi putri tirinya tersebut.

" Allahu akbar! Dini! "

" Bundayy, Dini pusing banget. Dini gak masuk sekolah dulu ya. " kata Dini, suaranya agak parau.

" Iya, kamu kok bisa demam gini sih sayang? Pasti kecapekan. "

Dini hanya diam, tak bergeming sedikitpun.

" Yaudah Bundayy ke bawah dulu ya, mau ngambil kompres sama obat. "

Dini hanya mengangguk lemah. Sejak sepulang nonton kemarin, Dini masih memikirkan apa yang dikatakan Chiqa. Dadanya terasa sesak sekali, ditambah saat ia melihat Fauzan bersama gadis lain. Hatinya begitu rapuh sekarang. Mengapa Fauzan tidak menemuinya sepulang dari Madinah? Jika harus bertemu dengan Fauzan, Dini tidak kuat apa yang harus dikatakannya. Dini tau jika Fauzan tidak pernah serius dengannya. Tapi, apalah daya? Dini tidak bisa melupakan lelaki itu. Dini sulit untuk melupakan karna janji Fauzan yang pernah ia lontarkan.

Flash back on.

" Din? Inget! Sepulang dari Madinah nanti, aku akan menikahimu. "

Dini hanya tersenyum, dan terus memandangi kekasihnya tersebut.

" Kamu cantik Din, aku harap sepulang aku dari Madinah. Kamu memakai cadar ya. "

" Memangnya kenapa? " Dini sedikit bingung.

" Aku gak mau kecantikanmu dilihat orang lain selain aku. "

Dini hanya tersenyum puas, mendengar alasan dari Fauzan.

" Yaudah, aku pulang dulu ya. Doain aku, biar aku terus mengingatmu. "

Dini tersenyum, selalu ada saja yang membuat bibirnya tersungging.

" Aku mencintaimu Fauzan. " batinnya setelah mobil Fauzan melesat pergi.

Flash back off.

Tanpa disadari air mata menetes, Dini tak kuat akan hidupnya yang seperti ini.

" Mana janjimu Fauzan. " batinnya, dadanya semakin sesak.

" Kamu kenapa nangis sayang? Ayo ceritakan kepada Bundayy. "

Dini pun bercerita sambil di kompres oleh Kamila.

" Bundayy, tau gak? Fauzan kan udah pulang dari Madinah. "

" Lho? Kenapa dia gak kesini? "

Dini terdiam, bingung apa yang harus ia jawab.

" Gak tau dayy, Fauzan berubah. 2 hari yang lalu Dini ngeliat Fauzan sama gadis lain. " Air matanya pun menetes kembali.

" Ya ampun, jangan nangis dong sayang. Ntar Bundayy juga ikut nangis. " sambil mengusapkan air matanya.

" Apa yang harus Dini lakuin dayy? "

Kamila berpikir, lalu tersenyum.

" Cara terbaik adalah kamu harus mengikhlaskan apa yang bukan milik kamu. Jika dia memang milikmu, dia akan kembali tanpa diminta. Karna, cinta bukan untuk meminta melainkan menerima. " Kamila pun tersenyum.

" Haruskah bundayy? " tanya putri tirinya kembali.

Kamila menganggukkan kepalanya.

" Akan Dini coba bun. "

Secepat Inikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang