Dokter memasuki ruangan Andini. Farhan masih khawatir akan keadaan Andini. Kamila ternyata baru pulang ke rumah 2 menit yang lalu, setelah mendapat kabar langsung melesat kembali ke rumah sakit.
" Ya Allah, hamba ingin Andini selalu ada buat hamba Ya Allah. " batin Farhan.
Farhan kembali diam, melihat Dokter yang sibuk dengan alat bantu untuk memeriksa Andini. Farhan terus berdoa di dalam hatinya. Ia sedang melatunkan istighfar sebanyaknya.
" Farhan, gimana keadaan Dini? " tanya Kamila, yang kelihatan tergesa-gesa.
Farhan hanya menggelengkan kepalanya.
Kamila pasrah, begitupun Farhan.
Setelah menunggu, setengah jam. Dokter pun keluar.
" Dok? Bagaimana dengan anak saya? " Kamila bertanya, ada raut sedih di wajahnya.
" Hmm.. Andini cukup kuat untuk melalui segala cobaan yang ia miliki. " kata Dokter tersebut, seperti ada kalimat yang bergantung.
" Maksudnya, Dok? "
" Andini terkena kanker darah, sekarang sudah memasuki stadium akhir. " Dokter tersebut langsung melangkah, meninggalkan Kamila yang berdiri menahan tangis.
" Tante.. "
" Bundayy, gak percaya. "
" Tante harus kuat. "
" Ya Allah, terlalu sibuk kah hamba sampai melupakan titipan-Mu? "
Farhan memeluk Kamila, menenangkan.
Setelah itu mereka memasuki kamar Andini.
" Din, bangun kek. Lo kenapa jahat sih? Kenapa lo gak bilang gue kalo elo sampe kek gini. "
Andini masih terlelap dengan tidurnya.
" Gue harap, lo selalu ada buat gue din. Gue gak mau ninggalin elo lagi. Gue gak mau kehilangan elo. Buat. Sekian. Kalinya. " kata terakhir seperti ada penekanan dari Farhan.
" Lo bangun ya. Gue kangen. "
*********
Andini merasa pusing sekali. Ia melihat disekitarnya. Lalu melihat ke arah tangannya yang sedang menjadi bantal tidurnya Farhan.
" Kakk... "
Farhan tidak bangun.
" Kakak.. "
" Hmm.. "
" Haus.. "
Farhan langsung membelalakkan matanya. Tak menyangka, kini Andini telah bangun dari tidurnya.
" Kakk, gue mau minum ih. "
" Oh. Lo mau minum. Bentar gue ambilin. "
Andini terlihat bingung. Farhan melihat dirinya tak seperti biasanya.
" Nih "
" Makasih kak. "
" Lo enakan kann? "
" Kepala gue puyeng banget kak. "
" Elo sih, kebanyakan mikirin gue. "
" Pede gile! Ogah amat mikirin elo. Mikirin skripsi aja udah mau mati. "
" Alay. "
" Biarin.
" Bundayy, mana? " tanya Andini, yang daritadi tidak melihat Kamila.
" Mandi keknya, "
Andini hanya menganggukkan kepalanya.
" Din, kalo sakit langsung bilang ya, jangan buat gue khawatir. "
" Khawatir amat sih kak. "
" Udah cukuplah gue kehilangan lo terlalu lama, dan gue gak mau nyia-nyiain waktu ini. "
" Sedihnya.. " Dini meledek.
" Gue gak pernah bercanda tentang perasaan gue ke elo, din. " Suaranya agak ditinggikan.
" Maaf kak, " Dini menunduk.
" Lucu lo. Gue bercanda bentak lo. Lagi lo nya gak pernah serius nanggepin gue. "
" Kalo gue serius? " Dini menantang.
" Gue bawwin penghulu sekarang. "
" Penghulu? "
" Iya, penghulu. "
" Ogah ah. Gue masih kecil. "
" Lo 20, gue 21. Apanya yang masih kecil? Pikiran kita udah sama-sama dewasa. Lo mau kalo kita begini terus? Lo mau kemaksiatan dateng ke diri kita? "
" Gue belom siap kak. "
Farhan terdiam.
" Insya Allah, kalo gue keluar rumah sakit. Siap. "
" Lo gak bercanda? " Farhan membelalakkan matanya.
Dini menggeleng.
" Alhamdulillah, Ya Allah. "
**********
Kamila membuka pintu. Kamila melihat anak tirinya dengan Farhan lebih serasi dibanding dengan Fauzan.
" Ekheemm.. " Kamila berdehem.
Farhan dan Dini menengok.
" Bundayy? Dini kangen bundayy, " sambil memeluk Kamila.
" Iihh.. Gak malu sama Farhan, udah gede masih aja pelukpeluk. "
" Biarin. "
Farhan hanya tersenyum.
Lalu, mereka berbincang.
Dini tampak sedang menikmati suasana itu, ia tampak bahagia.
***********
#ciwwauthor
Gimana gaes?
Sorry jarang publish, soalnya lagi banyak pikiran nih, hehe.Okay, i hope you're happy to this is part.
Salam,
Dell
KAMU SEDANG MEMBACA
Secepat Inikah?
Teen FictionKalian pasti tentu tahu bukan? Pacaran adalah hal yang dilarang oleh Agama Islam. Bukankah sebaiknya kita melakukan yang tidak akan menjerumuskan ke perzinaan? Nah! Disini, seorang lelaki yang menginginkan perempuan tersebut menjadi pacarnya. Lalu...