What?

45 4 0
                                    

Dini memasuki kamarnya. Ia menebak apa yang dimaksud Farhan. Sebenarnya, hari ini ia sangat bahagia.

" Makasih kak, gue kira lo pergi. " sambil memegang bingkai foto yang berisikan foto Farhan.

Tak terasa ada darah yang mengalir dari hidung Dini.

" Ya Allah.. " Dini langsung mengambil tissue dan membersihkannya. Segera ia menuju wastafel.

" Ya Allah, ada apa dengan Dini? "

Dini terus memegangi kepalanya.

Brukkk!!

  
         *********** 

" Bundayy.. " lirih Dini.

Kamila pun kaget. Karena, Dini tak sadarkan diri 4 jam yang lalu.

" Dini dimana dayy? " tanya Dini kepada Kamila.

Kamila meneteskan air matanya.

" Bundayy, kenapa nangis? Dini udah buat repot bundayy ya? "

" Enggak sayang, iya kamu di rumah sakit. " Kamila pun segera mengusap air matanya.

" Kepala Dini rasanya pusing banget dayy. " Dini meringis memegangi kepalanya.

" Dini.. Kalo kamu udah capek, istirahat ya. Jangan buat bundayy khawatir. "

" Dini sakit apa dayy? "

" Sakit kepala sama kecapekan doang kok. " Kamila berdusta.

Dini hanya menganggukkan kepalanya.

" Assalamualaikum.. " Dini dan Kamila pun menoleh ke arah sumber suara.

Farhan?

" Wa'alaikum salam. "

" Tante. " sapa Farhan kepada Kamila. Kamila hanya tersenyum.

" Yaudah, bundayy tinggal ya. " Kamila keluar, meninggalkan Farhan dan Dini.

Dini dan Farhan pun saling diam.

" Kakak, kenapa kesini? " tanya Dini, polos.

" Jangan terlalu kecapekan, gue khawatir. "

Lagi-lagi Dini dibuat meleleh.

" Biasa kak. Lagian juga gue udah sembuh kok. " elak Dini.

" Gue bakal selalu ada disamping lo. Gue bakal selalu nepatin janji janji gue dulu. "

Dini diam.

" Apa lo bakal ninggalin gue, Din? " tanya Farhan.

" Insya Allah, enggak. "

" Gue pegang. Jangan sampe lo buat gue khawatir. "

" Kak? Gue kira lo lupa sama janji lo. "

Farhan menggeleng.

" Gak akan. "

Farhan yang ingin memegang tangan Dini. Langsung saja dicegah.

" Bukan muhrim kak. "

" Maaf. "

Dini hanya tersenyum.

" Lo inget? Waktu gue jailin lo. Sampe sampe lo ngatain gue psikopat? " tanya Farhan.

Dini tertawa.

" Inget banget kak, haha. Kalo di inget lagi. Lucu gimana gitu ya. " Dini masih dengan tawanya.

Dini tak sadar, Farhan daritadi memperhatikannya.

Tatapannya kini beradu. Dini merasakan tubuhnya di setrum.

" Apaansih kak. Jangan liat Dini kek gitu. " Dini menutupi mukanya yang sekarang sudah seperti kepiting rebus.

" Haha. Lo lucu kalo lagi kek gini. " Farhan tertawa sambil mengusap puncak kepala Dini.

" Kak? "

" Hmm.. "

" Lo punya cewek lain ya? "

" Gue? Punya. Gak ada yang bisa gantiin dia. " Jawab Farhan penuh antusias.

" Oh. Cantik ya kak? "

" Banget. Gue suka sama dia. "

" Boleh dikenalin gak kak ke gue? "

" Ngapain harus gue kenalin. Kan orangnya ada di depan gue. " Farhan memamerkan deretan giginya.

" Ett! " Dini memukuli Farhan. Farhan hanya diam menikmati suasana seperti ini.

" Dan nampaknya, sekarang aku benar-benar gak mau kehilangan kamu. "

" Gombal receh! "

" Gue gapunya recehan. Punyanya mahar buat nikahin lo. " Farhan meledek.

" Kak Farhan!! " Dini berteriak.

" Berisik, Din. Kalo lu udah sah jadi pendamping hidup gue. Gue cium lo. " Farhan semakin menjadi.

" Gue cubit nih. " Dini mengancam.

" Gak sakit. Kan itu mah cubitan cinta. " Farhan semakin menggoda.

Tak terasa, Kepala Dini pun kembali pusing.

" Kak. "

" Din? Lo kenapa Din? " Farhan khawatir.

" Dokterrr!! " Farhan berteriak, berlari mencari sang dokter.

" Ya Allah, gue gak mau dia tersiksa sama penyakitnya. Gue sayang dia. Jaga dia Ya Allah. " batin Farhan saat berlari.

#ciwwauthor

Gimana para readers? Do you like this scene?

Okay, maaf kalo jarang update. Emang lagi sibuk banget sih soalnya. Hehe.

Follow My second Ig : @ghodell._

Salam,


Dell

Secepat Inikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang