Cincin Pertunangan

53 3 0
                                    


Farhan menuju rumah Dini menggunakan mobilnya. Diperjalanan, ia hanya tersenyum dan berzikir.

" Ya Allah, aku mencintainya karena-Mu. "

Sesampainya di rumah Dini. Farhan memasuki rumah Dini.
" Assalamualaikum. "

" Wa'alaikum salam. Eh? Nak Farhan. Duduk dulu. Mau tante bikin minum apa? " tanya Kamila

" Gak usah tante. Terimakasih banyak. " jawab Farhan, halus.

" Yaudah, tante ke kamar Dini dulu ya. "

Farhan hanya menganggukkan kepalanya. Ia memikirkan bagaimana kehidupan kedepannya dengan Dini, apakah dirinya bisa membuat Dini bahagia? Pikiran itu terus berkecamuk di pikirannya.

" Ekhemm. Kak? "

Farhan terkejut akan kehadiran Dini.

" Eh? Iya. "

" Ngelamunin apaan sih kak? " tanya Dini.

" Eh? Enggak kok. Mau ke toko perhiasaanya sekarang? " tanya Farhan menghilangkan kikuknya.

" Terserah kakak aja. "

" Yaudah. Sekarang aja. "

Akhirnya, mereka menuju halaman rumah. Dini menaiki mobil sedan hitam keluaran terbaru milik Farhan.

Diperjalanan, keduanya fokus kepada pikiran masing-masing.

" Ya Allah, Dini cepet banget sih besarnya. Dini gamau jauh dari Bundayy. " batin Dini.

" Din? Ngelamun. "

" Eh? Hehe. "

" Jangan kebanyakan ngelamun. Nanti banyak jin yang suka. "

" Biarin. "

" Aku cemburu. "

Deg! Jantung Dini benarbenar mau copot saja rasanya. Baru kali ini Farhan mengucapkan aku kamu. Okay, kali ini Dini tidak bisa menyembunyikan pipi merahnya tersebut.

" Suka ngeliat pipi kamu kea gitu. "

" Gausah liat liat. " judes Dini.

" Galak banget ih. Gimana nanti jadi istri ya? " goda Farhan.

" Kak Farhan! " teriak Dini.

" Hah? Apa? Mau nyubit? "

" Nggak! "

" Kenapa? "

" Gak muhrim. "

" Bukan gak muhrim, tapi belum muhrim. Nanti kalo aku kea gini lagi cubit aja. "

" Bodo. "

Sesampainya, di toko perhiasan. Mereka memilih cincin untuk pertunangan mereka.

" Yang ini aja. Gimana? " tanya Farhan.

" Mmm.. Bagus juga sih. Netral. "

" Iya, kamu suka? "

Dini hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, mereka mencari tukang bakso di pinggir jalan.

" Laper bilang. "

" Apaan sih kak. Dini gak laper. "

" Masaiya gak laper? Perutnya bunyi aja aku denger. "

" Gausah kenceng-kenceng ngomongnya. "

" Jangan ngambek, tambah cantik. Ntar kalo ada setan kan bahaya. "

" Bilangin bundayy nih. "

" Haha iyaiya. Bercanda. "

Lalu, mereka menemukan tukang bakso yang berada di pinggir jalan.

" Dini aja yang pesen. Kaka mau bakso apa? "

" Samain aja "

Dini segera menuju ke abang tukang bakso.

" Bang, bakso urat nya yak dua porsi. "

" Oh, iya neng. "

Lalu, Dini duduk ke tempat duduknya. Ia melihat calon suaminya yang sibuk dengan hpnya.

" Sibuk aja dari tadi ama hapenya. "

" Eh? Sorry-sorry."

Dini hanya diam. Tak mau terlalu melarang.

" Jangan cemburu. Aku chatan sama grup sahabat aku kok. "

" Nevermind kak. I'm not jealous. "

" Are you seriosly? "

" Iya kakaaa. "

" Gak seru. "

" Apaan sih kak. "

Bakso pun datang dengan 2 porsi dengan 2 gelas es teh manis.

" Jangan makan sambel banyak-banyak. " Tegas Farhan.

" Lagi mau yang pedespedes kak. "

" Yaudah, jan banyak-banyak. "

" Iya, kakaakuuuu. "

Akhirnya, mereka melahap bakso nya masing-masing.

#ciwwauthor

Sorry, baru publish lagi. Dari kemaren gaada pikiran buat ngelanjutin nih cerita hehe. Jan lupa vote nya ya.

Salam,

Dell

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secepat Inikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang