Tercium bau harum aneka makanan di sela sela riuhnya suasana dapur Chef Ranti, wanita berusia 39 tahun yang sedang melakukan sesi taping, pengambilan gambar untuk acara tv-nya. Chef Ranti sedang menjelaskan sekaligus mempraktikkan bagaimana cara membuat menu berbahan daging dengan bumbu dari sponsor yang mendukung.
Dapur itu berada di rumah pribadinya, rumah yang tak terlalu besar, sederhana tapi nyaman. 50% bagian rumahnya adalah dapur, sisanya adalah 3 kamar tidur dan 1 ruang cukup luas untuk ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Chef Ranti tinggal bersama anak gadis semata wayangnya--Raven dan juga seorang pembantu rumah tangga. Chef Ranti sangat mencintai dunia kuliner, dia sudah suka memasak dari kecil, baginya dengan memasak maka dia akan melupakan kesedihannya.
Chef Ranti mulai muncul di tv sejak Raven masih kecil sekitar usia 8 tahun, sekitar 3 tahun setelah sang Chef resmi cerai dari suaminya Danny Adams yang saat itu berprofesi sebagai atlet sepak bola ternama berkebangsaan Inggris yang juga bermain untuk klub di negeri yang sama. Chef Ranti menikah dengan Danny yang terpaut 9 tahun lebih tua darinya saat usianya 20 tahun. Pertemuan yang terbilang singkat berhasil menumbuhkan benih benih cinta diantara keduanya, dengan segera keluarga besar keduanya pun saling bertemu dan setuju hubungan mereka berakhir ke pernikahan.
Dua tahun menikah akhirnya mereka dikarunia anak perempuan yang diberi nama Raven Valida Adams, atau akrab disapa Raven. Tiga tahun setelah pernikahan, Chef Ranti mendapatkan gelar sarjananya di Universitas ternama Inggris, sejak saat itu pula kesibukan Chef Ranti bertambah, Danny merasa seperti istrinya itu tak lagi peduli padanya dan juga anaknya. Pasalnya Chef Ranti sering kali meminta Danny untuk membawa Raven kecil ke sesi latihan timnya, meski keberatan tapi tak jarang Danny membawa Raven bersamanya.
Namun kesabaran manusia tak selamanya bisa dikontrol, Danny tak mau lagi memawa Raven kecil ke latihannya, dia menolak permintaan Chef Ranti untuk membawa anaknya. Dari sanalah cek cok dimulai, hampir setiap hari mereka berseteru, berusaha mempertahankan pernikahannya demi sang puteri yang terus tumbuh menimbulkan rasa sakit bagi keduanya, akhirnya Chef Ranti pun memutuskan untuk menceraikan suaminya dan mengambil hak asuh atas Raven kemudian pulang ke Indonesia dan memulai karir baru dari nol.
Sempat hidup di Inggris selama 8 tahun tak membuatnya ingin kembali ke negeri dimana mantan suaminya berasal, itu hanya akan menamah kesedihan saja baginya, namun semua itu 180 derajat berbeda dengan anaknya yang kini sudah menjadi gadis remaja cantik. Raven ingat betul bagaimana kehidupannya di Inggris, terlalu sering ikut sang ayah latihan sepak bola dan menonton pertandingan membuatnya selalu mencintai sepak bola--dan membenci dapur.
Seperti sekarang, saat di rumahnya sedang ada sesi taping sang ibu, ia malah asyik menonton acara highlight sepak bola favoritnya di kamar. Dengan volume yang keras cukup untuk menyamarkan keramaian yang ada di dapur. Saat sedang menonton layar televisi berukuran 21inch sambil memakan makanan ringan, tiba tiba pintu kamarnya dibuka dari luar.
"Rav, volume tv-nya kecilin! Mama lagi shooting kamu jangan ganggu," ternyata ibunya,
"Mama nih yang ganggu, lagi asik nonton juga maen buka bukaan," balas Raven yang tampak tak kalah kesal.
"Ya makanya kamu kalo nonton tv volumenya kecil aja biar nanti kalo dipanggilin ga budek," kata Chef Ranti sambil merebut remot dari tangan Raven dan mengecilkan volume tv.
"Yah mama ga asik banget si," keluh Raven.
"Cuma bentar," kata sang ibu, kemudian ia kembali menutup pintu kamar Raven.
"Segini doang mana kedengeran?" keluhnya lagi, kemudian dia pun menambah volumenya, tapi tidak sekeras sebelum ibunya datang.
Raven, anak dari chef kenamaan Indonesia yang membenci dapur. Sekeras apapun sang ibu mencoba membujuknya untuk membiasakan diri di dapur, Raven tetap tidak bisa menyukai kegiatan yang menurutnya boring tersebut.
Darrt!
Suara keras mengejutkan terdengar, seperti ada yang melempari sesuatu ke jendea kamar Raven, Dengan degub jantung yang tak beraturan Raven memeriksa ke jandela dan membukanya. Tiba tiba...
Bughh..
"Woy, ini muka kupret! Sakit anjing!" teriak Raven setelah benda bertekstur keras menghantam wajahnya. Ini pasti ulah tetangganya yang rese itu.
"Eh eh... Sorry Rav ga sengaja, niat gua kan cuma biar lu buka jendelanya," benar, tetangganya itu berlari kecil mengejar Raven yang masih mengaduh di jendela. "Tarik gua dong Rav, mo masuk nih!" tambahnya sembari mengusap ubun ubun Raven.
"Lu mah rese Van, malesin ah," balas Raven sambil menarik tangan Revan, tetangganya yang kebetulan bernama mirip dengannya. Setelah berhasil masuk ke dalam kamar tanpa sengaja kaki Raven terinjak oleh Revan yang berbadan lebih besar meskipun usianya lebih muda beberapa bulan dari Raven. "Aww!" rintih Raven sambil memukul kepala Revan. "Pembawa sial lu!" teriaknya sambil terus memukuli tetangga sekaligus sahabatnya itu.
"Maap Rav, gua kan ga sengaja." kata Revan sambil berusaha menghindari pukulan demi pukulan Raven.
"Teteh, kan mama bilang jangan berisik, mama lagi shoot..." kata Chef Ranti yang kembali terganggu karena ulah nakal anaknya. Kata katanya menggantung setelah melihat ada Revan yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri sedang meringis kesakitan karena dipukuli Raven. "Loh, mas Revan ko udah di sini? Kapan masuk?" tanyanya lagi.
"Barusan ma, dia nendang bola ke muka aku, abis itu dia nginjek kaki aku, parah ni bocah nih," jelas Raven berapi api.
"Ya kan Revan ga sengaja tante, sumpah Revan ga niat,"
"Ngeles mulu lu,"
"Udah ah jangan berisik," dengan tegas chef Ranti mengingatkan, "Makanya mas Revan lain kali kalo kesini lewat lah depan, jangan kek gitu terus," tambahnya.
"Abis di depan udah jadi lahan parkir mamah muda, males lewat tante, takut di godain." jawab Revan.
"Jiji yang ada itu mamah mamah liat elu, bisa muntah ditempat," protes Raven.
"Udah, jangan berisik, jangan berantem, mama mau balik ke dapur, awas aja kalo sampe mama denger yang aneh aneh lagi," kata chef Ranti kemudian menutup pintu.
"Elu si, udah tau satpam rumah galak malah nyari perkara," Raven memukul kepala Revan--lagi.
"Ya serius gua ga sengaja Rav, elu aja yang sensi" balas Revan agak kesal.
"Yeu! Sini gue getok palalu".
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [Completed]✅
FantasyHanya sebuah karangan fiksi unfaedah dari gadis kuker. Berisi curhatan receh dan mimpi-mimpi yang semoga dapat terkabul. Selama typo masih bisa dibaca harap dimaklumi. Terima kasih. Aku cinta kamu.