"Dad!" Raven berteriak kegirangan setelah menerima e-mail balasan dari TAW, ia baru saja mendapatkan balasan dari e-mail yang ia kirimkan beberapa hari lalu, perihal niatnya untuk mempelajari dunia podcast dan seluruh proses produksinya. Ternyata pihak TAW dengan senang hati mempersilakan Raven untuk datang ke sana pada hari senin yang akan datang.
"Ada apa kamu teriak teriak Raven?" tanya Danny yang baru saja keluar dari dapur.
"Dad, TAW ngebolehin aku belajar disana." kata Raven sambil memeluk ayahnya.
"Bagus. Kapan kamu bisa mulai,"
"Senin depan--aku ga sabar banget dad." Raven melepaskan pelukannya, sikap kekanakannya muncul.
"Oke, tapi kamu harus tetep fokus sama kuliah kamu ya Rav. Daddy gamau kamu berakhir sama kaya Ilyas yang ogah ogahan ke kampus gara gara udah nyaman sama kerjaannya." Danny mengingatkan, Ilyas sedang tidak ada, entah dia kemana, mungkin sedang sibuk mengambil gambar. Beberapa hari lalu Ilyas dapat tawaran kerja sama dengan celeb gram terkenal untuk menjadi camera-man nya, belakangan ini karir Ilyas mulai menampakkan keseriusan, bisa bisa Ilyas lebih memilih untuk menjadi fotografer daripad menyelesaikan kuliahnya.
"Engga dad, aku udah janji sama daddy aku pasti lulus," balas Raven yang masih senyum senyum.
"Oiya. Dad, Arthur sama Amber ngajakin aku sama Ilyas camping di daerah Buckley weekend ini," Raven meminta izin pada sang ayah untuk rencana liburan akhir pekan. Buckley tidak terlalu jauh dari Liverpool, hanya menyebrangi sungai Merseyside dan menempuh perjalanan dengan mobil, tidak lama.
"Silakan," kata Danny singkat, kemudian dia menambahkan sayur kedalam piring Raven yang hampir kosong, Asa menahan tawa, Raven merengut.
"Tapi nanti Daddy sama siapa?" tanya Raven sambil kembali menyantap sayurnya.
"Kan ada Asa, kalian ga lama lama kan?" balas Danny diikuti pertanyaan.
"Paling dua hari dua malem dad. Jumat malem kita berangkat--kata Arthur si gitu." kini Asa mendapat tambahan sayur dari Danny, giliran Raven tertawa dan Asa yang merengut. Sepertinya Danny tak ingin kehilangan momen kebersamaan saat makan bersama anak anaknya.
"Asa, kakak titip daddy ke kamu ya weekend ini," kata Raven sambil mengusap rambut Asa, Asa hanya mengangguk sebagai respon.
.....
"Udah lo bawa selimutnya Yas?" Amber berteriak pada Ilyas yang sedang membawa kardus berisi mi instan dari dalam pub, Ilyas tampak pada Amber yang tak mau bekerja dan hany teriak teriak dari tadi. Raven sedang menyiapkan bekal dengan ayahnya di dalam, agar tidak perlu memasak untuk makan malam.
"Bawel mulu lu--bantuin kagak!" Ilyas merengut kesal, semua barang sudah masuk dalam mobil, tak lama kemudian Raven muncul membawa sekotak besar berisi makanan. "Udah Rav? Gada yang ketinggalan?" tanya Ilyas sambil memasukkan kotak terakhir itu.
"Udah kok," balas Raven. Kemudian mereka berpamitan pada Danny dan berangkat. Arthur yang menyetir mobilnya karena dia yang tau dimana lokasi tempat mereka akan bermalam. Belum sampai 10 menit Ilyas sidah tertidur di belakang, mungkin dia kelelahan. Sedangkan Arthur dan Amber sedang mengobrol di depan, Raven membaca buku tentang podcast yang dia beli bersama Asa kemarin. Sampai akhirnya mereka tiba.
"Bangunin tuh si Ilyas!" kata Amber saat ia hendak keluar. Raven pun menggoyang goyangkan lengan Ilyas, Ilyas yang terkejut malah membenturkan kepalanya ke pintu. Dia mengaduh pelan dan Raven terkikik disana.
"Disini aja, kalo kita butuh air ga jauh jauh banget," kata Arthur, tempatnya bagus, rata dan cukup luas dengan bentangan rumput yang pendek.
Mereka mulai membangun tenda dan membuat api unggun untuk merebus air. Meskipun sudah membawa bekal, Ilyas tetap memilih untuk memasak mi instan dari pada makan bekal yang dibawa Raven dari rumah, Raven sudah berkali kali memarahinya tapi ia tampak tak peduli.
"Gua jadi inget jaman SMP gua pramuka pas kemah bareng sama SMP laen, seru banget." kata Ilyas sambil memegang gelas berisi teh. "Bikin api unggun bikin lingkaran dipinggiran, nyanyi bareng, seru banget la pokonya" lanjut Iluas sambil ber nostalgia.
"Nyanyi dong Yas,!" pinta Amber sambil memeluk Arthur. Ilyas hanya menghela nafas melihat Amber dan Arthur yang kelewat mesra. Entah Ilyas iri atau dia kesal deperti Raven.
"Ga, gua gabisa nyanyi." balas Ilyas sadis.
"Gue jug jadi inget pas gue masih sekitar 12 taun gitu, di sekolah ada acara camping juga, dulu pas siang siang ada acara nontln film bareng tapi gue bolos ama temen gue--berpetualang sendiri gitu. Kita jalan sampe di deket danau gitu, disana gue dapet first kiss gue." cerita Amber, '12 tahun?' batin Raven.
"Lu masih inget ga orangnya?" tanya Ilyas.
"Masih lah, kita tuh masih temenan sampe sekarang," kata Amber.
"Ati ati aja lu Arthur"
"Engga dong, aku lebih cinta sama Arthur," kata Amber sambil mencium bibir Arthur.
"Ewwh!" Raven menutup matanya dengan kedua tangannya, bukanya berhenti Arthur dan Amber malah semakin menjadi. Tiba tiba Ilyas berdiri dan masuk ke dalam tendanya, tak lama kemudian dia keluar lagi membawa pancing.
"Lu mau ikut gua atau disini?" tanya Ilyas pada Raven yang canggung. Tanpa berfikir lama Raven langsung bangkit mengejar Ilyas yang sudah berjalan duluan membiarkan Arthur dan Amber disana.
"Lo mau ngapain Yas? Jan segini mancing?" tanya Raven setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Ilyas.
"Iya, dulu pas gua ke Glasgow juga mancingnya malem." balasnya, mereka berjalan ke sungai yang berada tak jauh dari sana, Ilyas melemparkan kailnya ke sungai yang alirannya tak begitu deras. "Sialan si Arthur sama Amber." mestinya mereka ga ngajakin kita." kata Ilyas kesal. Ia mendudukkan dirinya disamping Raven.
"Biarin aja lah Yas, makanya lu buruan cari bini," canda Raven yang membuat Ilyas semakin kesal.
"Lu pikir cari bini segampang mancing ikan?"
"Iya cari bini prinsipnya sama kan kek mancing ikan? Lo kasih umpan yang menarik abis itu pasti dapet," kata Raven.
"Ga segampang itu Rav, ikan ikan yang kita pancing itu gapernah beneran ikhlas dipancing," kata Ilyas, "Gada ikan yang rela dipancing, di bunuh dan dimakan. Gada," tambahnya.
"iya lah, lo gimana si? Kalo mereka mau ditangkep mereka dateng sendiri ke tepi Yas, lo gaperlu pake mancing mancing." Raven tertawa melihat wajah Ilyas yang tampak berfikir.
"Ya maksud gue ikan tuh beda sama manusia--lo tetep ngerasa enak walaupun ikan ga pernah ikhlas dalam memberikan seluruh tubuhnya untuk dimakan. Tapi lo gaakan ngerasa enak kalo manusia cinta sama lu tapi dia ga ikhlas cinta sama lu," jelas Ilyas yang membuat Raven berhenti tertawa, tidak menyangka Ilyas bisa sedalam itu.
"Yas, gue kangen Sama nyokab gue,"
.....
I lost my mood and passion. Mood saya bisa naik turun tiba tiba dan ga terkontrol gitu, kek orang bipolar ihh ngeri. Tapi insyaAllah ini akan tetep lanjut sampe tamat, and i hope it will be really soon. Thanks buat kalian yang udah mau Baca dan vote. Muito Obrigado.
Te amo💙
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [Completed]✅
FantasyHanya sebuah karangan fiksi unfaedah dari gadis kuker. Berisi curhatan receh dan mimpi-mimpi yang semoga dapat terkabul. Selama typo masih bisa dibaca harap dimaklumi. Terima kasih. Aku cinta kamu.