"Mama ga keliatan pucet kan teh?" tanya chef Ranti sambil mengendarai mobilnya, ia sesekali menengok ke cermin untuk memastikan penampilannya sudah profesional.
"Udah!" jawab Raven asal, ia tidak memperhatikan apa pun yang di keluhkan ibunya tentang pekerjaan, jalanan yang macet, make up yang terkesan buru buru, dan lainnya. Raven sibuk dengan pikirannya sendiri yang belum berubah sejak siang tadi.
"Kamu kenapa si teh? Aneh banget deh" tegur chef Ranti yang dari tadi memperhatikan gelagat aneh putrinya yang sering menghela napas selama perjalanan, "Hah? Kenapa?" tanyanya sekali lagi. Raven hanya menggeleng, "Ga mungkin deh, kamu pucet gitu teh" kali ini Raven menoleh, "Relax! Mama pasti belain kamu kalo mereka marahin kamu," seakan tau apa yang dipirkan Raven, ia mencoba menenangkan putrinya yang dilanda panik luar biasa.
"Beneran tapi ma," jawab Raven pada akhirnya.
"Iya lah, kamu kan anak mama" balas chef Ranti, "Oiya rumahnya tadi nomer berapa teh?" tanyanya setelah memasuki komplek perumahan alamat Tedi.
"14." sambil memperlambat laju mobil, mata mereka terus fokus melihat lihat plat nomor di pagar pagar rumah yang dilewati. Sampai akhirnya di temukan nomor 14, rumah mewah dua lantai yang dicat berwarna putih dengan sepasang pilar bisar di muka rumah menambah kesan mewah pada rumah itu. Saat mobil yang mereka kendarai hendak masuk sudah ada petugas keamanan yang membukakan gerbang kayu yang lumayan besar itu, begitu masuk ke dalam kesan mewah kembali di hadirkan oleh deretan mobil mewah yang berasa di sisi kiri rumah dan juga taman dengan lampu yang terang di tengah tengah, didesain seperti emperan hotel berbintang.
"Kalo yang kamu tabrak anaknya orang kaya mama berani belain kamu ga ya teh?" kata chef Ranti yang masih terkesima akan kemewahan rumah Tedi. Raven tidak menjawab, ia hanya menghela napas entah yang keberapa kali, ketakutan kembali memenuhinya.
Tangan Raven bergetar ketika ia berusaha meraih tangan ibunya yang dingin, mereka melangkah ke depan pintu untuk memencet bel, setelah hampir memencet untuk ketiga kali akhirnya pintu terbuka. Tedi tersenyum lebar menyambut kedatangan Raven dan chef Ranti. "Maaf ya, jadi lama nunggu!" katanya setelah Raven dan chef Ranti sudah di dalam istananya.
"Gapapa ko, kita juga baru nyampe," kata Raven masih sesikit takut.
"Apa kabar tante?" tanya Tedi sambil mengulurkan tangannya kepada chef Ranti yang masih sibuk mengagumi keindahan rumah keluarga Tedi, mungkin jika Raven tidak menyikutnya chef Ranti mungkin tidak sadar kalau ada orang sedang menunggu balasan uluran tangan darinya.
"Eh, baik saya, luar biasa baik alhamdulillah," balas chef Ranti sambil senyum salah tingkah. Kemudian Tedi pun memimpin mereka untuk ke ruang makan.
"Keliatan sekarang siapa yang lebih kampungan!" bisik Raven pada chef Ranti saat berjalan di belakang Tedi.
"Siapa yang ga amazed coba kalo kek gini?" jawabnya ikut berbisik.
"Aku engga" balas Raven masih berbisik. Baginya tak ada yang mengejutkan sama sekali disana, yang ada hanya rasa takut dan bingung yang tiba tiba muncul saat melihat Tedi menyambutnya tadi, terkejut sesaat dan dengan segera menyembunyikannya, meskipun sampai sekarang ia masih mencari tau tentang apa yang akan dilakukan Tedi dengan pakaian ala ala juru masak itu.
"Welcome to my whole world" kata Tedi setelah mempersilahkan Raven dan chef Ranti memasuki dapur luas yang super canggih dengan desain modern dan elegan, chef Ranti tak henti hentinya berdecak kagum melihat surga didalam istana semegah rumah Tedi, Raven tau--bahkan peralatan sponsorship di acara ibunya tak lebih hebat dari yang ada di sini.
"Loh! Ranti?" suara berat seorang lelaki, chef Ranti pun mencari sumber suara yang berada di balik rak penuh mangkuk dan piring.
"Loh! Mas Damar!" suara chef Ranti tak kalah terkejut ketika ia melihat teman lamanya. Iya--mereka kuliah bersama di Inggris, di universitas yang sama dan jurusan yang sama, hanya saja mereka lulus pada tahun yang tidak sama. "Apa kabar?" chef Ranti pun berjabat tangan dengan teman lamanya.
"Mbak Ranti kok cepet banget pulangnya ya, padahal beberapa menit lalu saya masih liat di tv," suara orang lain, seorang wanita, ia adalah ibunda Tedi, namanya Mirna, seorang chef juga, pernah mengisi acara bersama dengan chef Ranti.
"Loh, ada mbak Mirna juga--kejutan banget kita bisa reunian disini," kata chef Ranti kemudian duduk menghadap kedua temannya. Raven mulai lupa akan rasa takutnya dia pun ikut duduk tanpa sepatah kata pun. "Eh kalian ini sodaraan atau gimana sih? Kok bisa disini bareng?" tanya chef Ranti. Keduanya tertawa renyah.
"Ini istri saya Ranti," jawab pak Damar sambil tertawa. Pasti chef Ranti sangat malu sekarang, tapi dia kan pembawa acara di tv jadi dia pun ikut tertawa dan menganggap ke tidak tahuannya itu sebuah lelucon.
"Yaampun maaf, mas. Saya mana tau, gapernah cerita si," chef Ranti sambil tertawa tawa berusaha membela diri. "Padahal saya kenal kalian berdua tapi gatau kalo kalian ini suami istri, ga kepikiran sama saya," tambahnya.
"Saya juga tau kalo mamanya Raven ini chef terkenal, tapi gatau kalo ternyata papa sama mama kenal sama mamanya Raven." kata Tedi yang duduk diujung.
"Eh, papa sama mama kamu ini juga terkenal tau," balas chef Ranti. Setelah melihat Tedi, ia pun ingat niatnya datang ke rumah ini--meminta maaf. "Oh iya--eh, saya kesini mau minta maaf ya mewakili anak saya yang beberapa waktu lalu nabrak nak Tedi sampe pingsan. Maaf juga karna saya ga sempet jenguk, saya sibuk terus waktu itu jadi gabisa tengok deh"
"Gapapa, Tedi juga gapapa kok, nah justru kemaren dia bilang mau ngundang kalian kesini buat makan malem bareng," kata chef Mirna, "Tapi beda--kali ini Tedi yang bakal masakin buat kita" wah, ini benar benar kejutan, lihat saja nanti pasti chef Ranti akan menjatuhkan Raven dihadapan teman lamanya itu. "Keknya udah siap ya kak?" tanyanya kepada Tedi yang sudah berada di depan kompor. Kemudian ia mulai memasak.
Smbil menunggu masakan Tedi, ketiga chef ini berbincang bincang mulai dari pekerjaan mereka yang ternyata sama sama bekerja sebagai chef di Hotel ternama, sampai akhirnya tibalah topik yang sangat di wanti wanti oleh Raven. Adegan ibunya menjatuhkan citranya.
"Kalau Tedi udah keliatan dari kecil dia suka masak, kalo kita lagi masak dia pasti ngerecokin, tanya ini itu," terang chef Damar, "Dan kita pun gapernah keberatan sama minat dia di dunia masak memasak" tambahnya.
"Rencananya Tedi juga bakalan lanjut kuliah boga di Prancis" kali ini chef Mirna bicara.
"Kenapa ga ke kampus lama kamu aja mas, bagus disana juga," tanya Chef Ranti.
"Inggris? Aku aja ga dibolehin kesana" celetuk Raven, yang mendapat pelototan dari chef Ranti.
"Dulu kamu keasyikan di Inggris sampe kamu gatau aku nikah, kamu tau setelah hampir 3 bulan setelah itu." kata chef Damar.
Tedi pun selesai dengan masakannya, ia dengan hati hati menyajikan masakannya diatas meja. Terlihat sorot bangga dari kedua orang tuanya dan juga chef Ranti, dan juga tatapan tak percaya dari Raven.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [Completed]✅
FantasyHanya sebuah karangan fiksi unfaedah dari gadis kuker. Berisi curhatan receh dan mimpi-mimpi yang semoga dapat terkabul. Selama typo masih bisa dibaca harap dimaklumi. Terima kasih. Aku cinta kamu.