"Teh, teh Raven bangun teh!" suara bi Asri membangunkan Raven yang tidurnya ngebo. Raven malah menarik selimut hingga menutupi wajahnya, bi Asri masih tak menyerah memggoyang goyangkan tubuh Raven yang tertidur. "Udah ditunggu mas Revan sama mas Tedi teh," kata bi Asri masih berusaha. Raven terpikirkan sesuatu. Seketika ia bangkit dan menengok jam di atas mejanya, 12.07 am.
"Iya bi, makasih" jawab Raven sambil mengulat.
"Tuh mas Revan sama mas Tedi udah nunggu teh," kata bi Asri lagi.
"Iya iya bi, bentar." tanpa mencuci muka Raven langsung meraih sepatu dan jaket bertuliskan 'Liverpool FC' kado ulang tahun dari ibunya yang jadi jaket kesayangannya. Kemudian ia keluar menemui kedua temannya, Tedi berpakain biasa karena ia tidak begitu mengerti sepak bola, lain halnya dengan Revan yang seorang Manchunian sejati. Tapi kali ini dia memakai jersey Liverpool karena hari ini mereka akan nonton bareng pertandingan Manchester City vs. Liverpool FC. Katena itu Revan mendukung Liverpool.
"Udah?" tanya Tedi, ia pun bangkit dari duduknya.
"Udah," jawab Raven sambil mengikat rambutnya asal asalan.
"Yodah yuk berangkat!" semuanya sudah masuk kedalam mobil Tedi, menuju ke tempat nobar dan tongkrongan anak anak Big Reds seperti biasa, tidak berada jauh dati rumah Raven, butuh waktu 15 menit dengan mobil. Dalam mobil mereka membicarakan tentang predikdsi skor dan lain lain, seperti biasa Tedi lebih banyak diam, dia sangat fokus menyetir mobilnya.
"Oiya Ted, gue lupa!" kata Reven sambil menepuk jidatnya, "Flash disk lo masih sama gue," lanjutnya.
"Gapapa Rav, bawa aja dulu." kata Tedi pandangannya tetap kedepan.
"Filmnya keren banget si Ted itu, aselik gue langsung copy ke laptop gue," Bahas Raven yang tak ingin Tedi hanya diam dan mendengarkan.
"Gasalah recommended berarti, hehe" balas Tedi singkat. "Ini ambil kanan atau kiri Rav? Atau masih lurus lagi?" Tanya Tedi saat melihat ada perempatan didepannya.
"Belok kanan Ted," kata Raven, "Nah tuh udah keliatan kan? Rame banget" tambahnya. Tempat itu memang selalu ramai meskipun tidak dipakai untuk nobar, tempat itu sudah menjadi tongkrongan anak anak Liverpudlian yang sangat banyak, yang siang sore dan malam selalu bergantian datang kesana entah untuk makan, minum, pacaran, bahkan ada beberapa orang yang sering menggunakann tempat itu untuk meeting dengan client bisnis pentingnya.
Mereka bertiga turun dari mobil setelah Tedi memarkirkannya, lautan merah sudah terlihat sangat menyala setelah memasuki cafe yang cukup luas itu. Sudah ada sekitar 35 orang yang ada disana, ruangan itu masih lega, karena jika seluruh member bisa hadir maka akan penuh ruangan itu. Disana tidak hanya ada warna merah, ada juga warna biru muda, perwakilan dari The Citizens yang diundang. Raven, Revan, dan Tedi memberikan salam kepada semuanya, sedikit berbasa basi sambil menunggu kick off.
Setelah beberapa menit komentator membacakan line up, head to head, dan statistik, permainan pun dimulai.
.....
Selama hampir dua jam, pertandingan selesai. Liverpool meraih kemenangan di kandang dengan skor 4-3 di waktu penuh. Pertandingan berlangsung sengit dan ramai, setiap supporter bergantian bersorak merayakan gol tim kesayangan. Begitu pula dengan Raven, Revan, dan Tedi yang tak tau bola sekalipun, nampaknya Tedi mulai menyukainya setelah datang ke acara nobar beberapa kali dengan kedua sahabatnya.
Tak lama setelah itu mereka pulang, karena harus pergi ke sekolah esok harinya, memperdalam mata pelajaran yang akan diujikan beberapa hari kedepan.
.....
Keesokan paginya disekolah.
"Rav! Wey semalem bales dendam nih Liverpool, setelah dipermalukan 5-0," sapa Rio setelah Revan dan Raven tiba dikelas dan duduk ditempat mereka, Rio yang sepertinya semalam benar benar menonton pertandingan karena disuruh oleh Raven. "Gol-nya Ox anjir keren banget, tendangan kejut dari luar kotak penalti, sampe si Ederson aja kaget, ga rugi si Liverpool beli dia dari Arsenal," tambahnya panjang lebar.
"Kalo gue paling suka gol-nya Mo Salah tuh, clearence dari Ederson malah jadi gol, terus dia kek yang keliatan bego gitu." Jawab Raven sambil tertawa mengingat kembali ekspresi goal keeper Man. City.
"Halah, liat aja ntar kalo sama MU, pasti gabisa apa apa itu si Salah liat aja," sahut Revan penuh percaya diri.
"Tapi Man. City baru kalah sekali doang di musim ini, udah pasti juara ini mah keknya." Balas Rio.
"Musim ini mereka bener bener keren si, pemain bintang semua gitu malu juga lah kalo ga juara." Jawab Revan mengamini.
Bel masuk pun berbunyi, semua murid bergegas berlarian memasuki kelas masing masing. Tak lama setelah ketua kelas memimpin doa, guru pengampu pelajaran pertama pun masuk, pelajaran IPS.
....
"Guys, kalian mau ikut try out sbmptn itu?" Tanya Tedi setelah mendaratkan pantatnya dibangku kantin.
"Nggak," jawab Raven dan Revan kompak.
"Gua udah diterima di U-19 klub lokal, lumayan lah buat batu loncatan." Jelas Revan.
"Proses transfer gue juga udah hampir selesai," celetuk Raven. Seketika kedua temannya menoleh padanya.
"Nyokab lo ngasi ijin?" Tedi yang nampak penasaran bertanya.
"Engga lah, gila lu," sahut Revan.
"Emang engga si, tapi gue terus terusan maksa dia sampe sekarang mungkin nyokab udah cape kali," terangnya sambil tersenyum getir. "Gue udah beberapa hari ini ga ngomong sama nyokab," lanjutnya.
"Pantesan lu keknya awkward banget tiap berangkat sekolah, diem dieman kek patung ketemu patung."
"Iya--gue berantem hebat sama nyokab gue beberapa hari lalu." Raven berusaha menjelaskan kepada wajah wajah kepo teman temannya. "Sebenernya gue pengen ngomongin ini secara baik baik, tapi udah gada waktu buat sabar. Akhirnya dia nurutin semua kemauan gue, dia minta bokab gue buat ngurusin pendaftaran sementara dia ngurus dokumen perjalan gue." Lanjutnya.
"Gua gabisa bayangin si apa aja yang terjadi waktu lu berantem sama tante Ranti, gua bahkan ga kepikiran lu ngomong apa aja sampe tante Ranti nurutin gitu aja," tanggapan Revan masih terkejut.
"Mungkin karna tante Ranti udah bosen itu tadi Van. Dia udah cape sama Raven yang terus terusan gencet dia untuk ngasih izin," argumen Tedi cukup masuk akal. "Biar bagaimanapun Rav, izin yang dikasih sama nyokab lo itu atas dasar keterpaksaan, sampe kapan pun dia ga iklas lo jauh jauh sama dia," lanjutnya, Raven juga menyadari itu, tapi sudah cukup dia menyakiti hati ibunya dengan memaksakan kehendak, iklas atau tidak Raven akan tetap terbang pada waktunya.
"Itu jahat si Rav kalo kata gua, bisa bisanya lu ga mikirin gimana perasaan nyokab lu. Lu tuh egois kalo kek gini, sekeras apapun usaha lu, lu ga akan jadi apa apa tanpa restu dari orang tua lu, terutama nyokab." Kata Revan yang tampak kecewa.
"Van, lo gapernah ngerasain gimana jadi gue si--13 taun lo ga ketemu sama bokab lo, gimana perasaan lo? Lo ga kangen? Lo gamau ketemu?" Balas Raven tak terima.
"Udah udah guys udah, jangan berantem disini malu diliatin anak anak lain," kata Tedi berusaha melerai setelah ia sadar hampir semua yang berada di kantin menatap mereka.
.....
*The Citizens : sebutan bagi penggemar Man. City.
Xixixi, sebenernya pertandingan antara Liverpool kontra Man. City itu terjadi di bulan januari, sedangkan latar waktu yang saya ambil kali ini adalah waktu waktu menjelang ujian sekitar bulan april😄 karena ini genrenya fiksi jadi gapapa la ya? Suka suka yang nulis hahha.
Anyway ini haus komentar ini, ayolah di komen kalo udah baca mah, jangan sider aja ya.
Te amo💙
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN [Completed]✅
FantasyHanya sebuah karangan fiksi unfaedah dari gadis kuker. Berisi curhatan receh dan mimpi-mimpi yang semoga dapat terkabul. Selama typo masih bisa dibaca harap dimaklumi. Terima kasih. Aku cinta kamu.