5

15 5 5
                                    

Hari minggu--saatnya bermalas malasan. Hari minggu memang selalu istimewa untuk Raven, selalin libur sekolah ia juga bisa bermalas malasan di rumah tanpa di teriaki oleh ibunya, tanpa ada suara berisik crew tv yang biasa taping di dapur, atau suara bising anak anak di cooking class chef Ranti.

Pukul satu siang sesaat setelah makan siang di dapurnya yang sangaaat lengang, Raven kembali ke ruang keluarga, menyalakan tv-nya, menonton film weekend di salah satu saluran tv. Di dampingi semangkuk penuh popcorn manis yang di buatkan oleh asisten rumah tangganya dia menonton film Finding Nemo itu dengan serius meski sudah berkali kali ditayangkan tetap saya dia masih suka film itu, meskipun Disney bukanlah produsen film Favoritnya.

"Assalamu alaikum!" terdengar suara seorang pria di depan, mungkin itu Revan, tumben Revan ngucap salam, batinya.

"Waalaikum ssalam, masuk aja Van!" teriak Raven tanpa berpindah dari hadapan layar datar berukuran 31 inch itu. Tumben lagi Revan lewat depan? Mungkin karna Raven tidak di kamarnya maka dari itu dia lewat pintu depan.

"Lagi nonton apa Rav? Asik banget?" tanya Tedi, ternyata bukan Revan yang tadi mengucap salam, Tedi nampak terkejut dengan penampilan hari minggu Raven yang hanya memakai celana pendek dan kaus hitam bergambar singa dengan tulisan 'I belong to Gryffindor'. Raven juga tak kalah terkejut karena ternyata Tedi yang datang dan bukan Revan.

"Eh elu Ted? Sorry gue kira tadi Revan ternyata elu," kata Raven sambil mengisyaratkan Tedi untuk duduk.

"Iya gapapa, lagian siapa yang nyangka gue bakal dateng ke sini kan?" balas Tedi diikuti pertanyaan yang hanya dibalas senyum canggung oleh Raven.

"Lo udah makan belom? Tadi pagi nyokab masak grilled beef kalo lo belom makan" tawar Raven.

"Engga usah Rav, gue udah makan tadi las mau kesini, dan gue rencananya ngga akan lama lama disini" katanya sambil sesekali menggaruk kepalanya yang entah sejak kapan jadi kebiasaannya. "Gue kesini mau undang lo sama keluarga lo buat dinner bareng sama keluarga gue malam ini, bisa?" lanjutnya.

"Eh, tapi ada acara apa nih kok lo ngundang keluarga gue?" tanya Raven yang semakin kebingungan ini, bagaimana tidak? Raven dan Tedi memang saling kenal, tapi tidak begitu akrab, apalagi keluarga mereka?

"Kelurga gue pengen ketemu sama orang yang nabrak gue sampe pingsan, makanya gue kesini," balas Tedi yang secara tidak langsung mengguncang hati Raven, fikirannya sudah terbang kemana mana. Takut dimarahi, dimintai ganti rugi atau lwbih buruk lagi ternyata Tedi menderita penyakit lain setelah insiden itu dan Raven dituntut untuk bertanggung jawab atas pengobatannya.

"Lu... Lu gapapa kan Ted?" tanya Raven takut takut.

"Engga kok, gue 100% baik baik aja Rav, tenang aja lo gausah gitu," jawab Tedi sambil diselingi tawa. "Yah pokonya lo harus dateng aja ok? Gue sama kelarga gue tunggu di rumah gue entar jam 7" lanjutnya.

"Iya gue usahain deh, soalnya nyokab gue pulang kerja sekitar maghrib, nudah mudahan dia bisa." jawab Raven sedikit canggung.

"Yaudah gue pamit dulu ya Rav, sampe ketemu nanti malem" Tedi pun keluar dari rumah Raven diikuti Raven dibelakangnya. Tedi mengendarai mobil mini cooper berwarna coklat, Raven melambaikan tangan mengiringi kepergian Tedi.

"Alig! Gue mesti telpon mbak Riri sekarang juga nih," Raven berkata frustasi sebelum berlari ke kamarnya mengambil handphonenya.

Nada panggilan terdengar, Raven mondar mandir di ruang keluarga sambil menggigit jarinya, membayangkan apa yang akan terjadi di rumah Tedi. "Halo Assalamualaikum,!" suara mbak Riri-manager chef Ranti di seberang.

"Waalaikum ssalam, mbak Riri mama lagi sibuk ngga?" tanya Raven to the point.

"Ini lagi istirahat Rav, mau ngomong?" tanya mbak Riri.

"Iya mbak." jawab Raven cepat. Terdengar samar samar chef Ranti menanyakan siapa di telepon.

"Halo!" suara chef Ranti terdengar sedang mengunyah makanan.

"Ma nanti kalo bisa pulangnya agak cepetan ya?" Raven tanpa basa basi lagi.

"Kenapa?"

"Tadi temen yang aku tabrak tempo hari dateng kesini, dia ngundang kita buat dinner bareng sama kelurganya dia di rumah dia, katanya pengen ketemu sama yang nabrak dia gitu ma," jelas Raven panjang lebar, suaranya terdengar panik dan ketakutan.

"Yaudah nanti mama usahain pulang cepet, kamu gausah kuatir."

"Beneran ya ma?"

"Iya."

"Yaudah gitu aja, Assalamualaikum" Raven menutup telepon sebelum ibunya sempat menjawab.

Panggilan sudah diakhiri "Waalaikum ssalam, dasar ni anak satu gatau adab nelpon yang bener." celoteh chef Ranti sambil mengembalikan ponsel ke mbak Riri.

Raven meletakkan handphonenya diatas sofa, ia masih sibuk modar mandir sambil membayangkan makan malam beberapa jam kedepan. Saat sibuk mondr mandir handphonenya bsrbunyi, ringtone yang menandakan ada pesan whatsapp masuk, dengan buru buru Raven mengambil handphonenya dan membaca lesan teratas. Tedi lagi, ada dua pesan dari tedi, yabg pertama berisi permintaan maafnya yang terlalu terburu buru meninggalkan rumah Raven tanpa memberi alamat rumahny, yang kedua berisi alamat lengkap rumahnya. Saat itu Raven baru sadar bahwa bukan hanya Tedi yang bodoh tapi dia sendiri juga, saking takutnya dia juga todak sadar kalau Tedi lupa memberi alamat rumahnya pada Raven.

Setelah menyesali kebodohannya Raven beralih ke lesan pesan di bawahnya, grup chat kopites ramai sekali, hampir 700 pesan belum terbaca sejak pagi tadi. Raven kembali teringat akan undangan nobar dari organisasi Manchunian yang dititipkan Revan. Bukan lupa menyampaikan, tapi Raven baru ingat kalau undangan makan malam Tedi bentrok dengan jadwal nobar dengan organisasi Manchunian--kelompok dimana Revan menjadi salah satu anggotanya. Raven pun berkali kali mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya, mengumpat dalam hati karena dengan sangat amat menyesal todak bisa menghadiri Derby North West.

Ia mencoba menghubungi Revan, nada sambung terdengar beberapa kali sampai akhirnya suara wanita dari operator yang menjawab, meminta Raven meninggalkan pesan. Kemudian Raven pun beralih ke Whatsapp untuk memberitahu Revan akan absennya dia di acara nobar yang di adakan oleh kubu pendukung Manchester merah. Dicarinya nama Revan yang sudah jauh tenggelam di daftar obrolan whatsapp Raven. Sedikit sulit karena Raven tak pernah menghapus pesan pesan yang masuk padanya, dan juga Revan--mereka punya cukup banyak waktu untuk mengobrol langsung tanpa perantara media apapun. Kemudian diketiknya dengan cepat kata kata maafnya dan alasannya, kemudian membacanya ulang sambil memastikan tidak ada typo disana, jarinya menggantung beberapa saat di atas icon 'send', kemudian di sentuhlah icon itu sampai akhirnya muncul tanda centang dua abu abu, sudah terkirim tapi belum dibaca--mungkin Revan sibuk.

......

Keep on voting and commenting🤗
Te Amo💙

RAVEN [Completed]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang