1

6.3K 179 8
                                    

Gadis itu seperti gadis gila yang selalu duduk diatas balkon kamarnya sambil menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong yang selalu terpancar dari matanya, seringkali gadis itu menangis tiba tiba dan menjerit ketakutan ketika mendengar suara suara mereka yang sering membentak dan mencacinya.

Begitu rumit hidup yang ia jalankan harus menghabiskan masa kanak kanaknya dengan penuh siksaan membuatnya seakan takut dengan keramaian, dan membuat gadis itu tertekan. Bahkan banyak yang bilang bahwa gadis itu gila tapi tidak gadis itu hanya butuh waktu untuk memulai semuanya dari awal dan melupakan semuanya.

Kejadian yang menimpanya begitu sangat membuat dirinya tertekan sehingga membuat gadis itu hanya mempu menangis dan menangis ketika mengingat kejadian kejadian yang ia alami membuat gadis itu. Berusaha melupakan? Bahkan dia selalu melakukan itu namun apa nyatanya? memori itu behkan makin sering berputar diotaknya.

Seperti hari hari sebelumnya, gadis itu masih berada diatas balkon kamarnya padahal malam semakin larut. Menatap bintang bintang yang berkelip begitu indah baginya, tapi ia seakan iri dengan bintang mereka berkelip kelip seakan tidak mempunyai masalah, mereka indah tidak seperti hidupnya.

Suara mobil yang terhenti didepan rumah nya tak membuat gadis itu mengalihkan pandangan nya, karna tanpa dilihatpun dia tau jika yang pulang larut seperti ini adalah orang tuanya, gadis itu pernah berfikir bahwa orang tuanya tidak pernah menyayanginya buktinya dalam keadaan seperti ini mereka masih tetap bekerja.

Apa dia harus mati dulu baru mereka akan mempedulikan kehadirinya? Kehadiran nya disini seperti tak dianggap, bahkan mereka lebih mementing kan pekerjaan ketimbang dirinya yang entah kapan akan pulih dari depresinya.

"Hai, anak mama kok belum tidur, udah malam loh, yuk masuk angin malam nggak baik buat kesehatan kamu." Sinta wanita paruhbaya adalah ibunya yang selalu tidak ada dirumah karna pekerjaannya.

Sinta membuang nafasnya kasar saat tidak mendepatkan respon apapun dari Aditi Putri wijaya, anak dari Sinta dan wijaya itu selalu saja tidak merespon ucapan siapa saja yang mengajak nya berbicara. Selalu saja begitu Aditi hanya memandang datar Sonya setelah itu memandang lagi kedepan dengan tatapan kosong.

"Yuk masuk." Sinta memimpin Aditi masuk tanpa ada penolakan dari Aditi, bahkan Aditi hanya mengikuti langkah Sinta pandangan nya ia jatuhkan kelantai, menunduk.

"Tidur ya, besok aunty Risma akan menjengukmu." Aditi tak membalas dia membiarkan Sinta melakukan apa yang ingin dia lakukan, menyelimuti Aditi, mencium dahinya dan mematikan lampu kamar Aditi setelah itu keluar dari kamar Aditi membiarkan gadis itu terlelap.

Ya Risma wanita parubaya itu adalah Psikolog faktanya Psikolog atau mahasiswa yang menempuh pendidikan di fakultas Psikologi samasekali bukanlah peramal, dukun atau tukang tebak, tetapi orang yang mempelajari tentang jiwa manusia, yang tampak dari perilakunya.

Aditi memandeng langit langit kamarnya dia mencoba untuk tidur tapi apa? Momori memori itu kembali berputar dikepala nya. Menangis dalam diam didalam gelapnya malam itu yang dilakukan Aditi.

Tanpa sadar matanya menutup dan akbitnya Aditi masuk kedalam ruang mimpi, Aditi hanya berharap satu semoga mimpi mimpinya indah tidak seperti kehidupan nyatanya, setidaknya Aditi merasakan indahnya kehidupan walaupun hanya dalam mimpi.

****

Pagi yang cerah ini semua keluarga wijaya sedang berkumpul dimeja makan yang sangat luas dan dipenuhi makanan, semua bercanda ria dimeja makan tapi tidak dengan Aditi dia tanpa nafsu hanya mengaduk ngaduk nasi goreng yang tampak sangat lezat itu. Tapi entah kenapa Aditi tidak tertarik dengan nasi goreng itu.

"Kak, kenapa nggak dimakan?" Suara saudara kembarnya siapa lagi kalau bukan Ayira Putri Wijaya gadis cantik itu menegur Aditi ketika Ayira melihat Aditi yang hanya mengaduk nasinya tanpa minat.

Tapi Aditi menatapnya dengan tatapan dingin setelah itu kembali menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong seperti biasa, melihat hal itu membuat semua keluarga membuang nafasnya kasar.

"Hai, liat Papa sini. Makan ya nanti kamu sakit." Aditi memandang bola mata hitam pekat itu dan setelah itu memandang nasinya dan mulai memakan nya, hal itu membuat semua tersenyum senang setidaknya Aditi masih mendengarkan ucapan Wijaya.

"Hari inikan libur kita pergi kamana gitu yuk? Bosan dirumah." Satu lagi anak lelaki satu satunya dikeluarga wijaya siapa lagi kalau bukan Alvaro Wijaya yang biasa dipanggil Al, wajah tampan yang diturunkan ayahnya sangat nampak dari lekuk wajahnya.

"Kaya nya hari ini kita dirumah aja deh, soalnya aunty Risma mau kesini." Mendengar itu membuat Al mendesah kecewa sedangkan Ayira hanya mengangguk paham.

"Assalamualikum." Sapaan yang sangat mereka kenal itu membuat mereka semua menoleh kecuali Aditi dia tetap dengan makanan nya. Tak mau ambil pusing dengan siapa yang datang, baginya saat ini dia hanya ingin melakukan apa yang menurutnua penting.

Disana seorang wanita yang sedikit lebih muda dari Sinta sedang berjalan dengan senyum diwajah cantiknya, ya wanita itu adalah Risma adik kandung dari Wijaya.

"Lagi pada makan ya? Wah boleh dong ikutan makan." Mendengar itu membuat semua terkekeh dan sekali lagi kecuali dengan Aditi dia hanya menoleh Risma setelah itu memakan lagi makanan nya.

"Hai, Aditi cantik ya? Gimana kabarnya?" Sapaan dari Risma tidak digubis oleh Aditi dia terus memakan makanan nya dengan pelan tidak terburu buru. Melihat hal itu membuat Risma membuang nafasnya mungkin tugasnya saat ini sangat susah.

"Kenapa diam aja? Nggak mau ngobrol sama aunty cantik kamu ini? Nanti kita beli eskrim mau nggak? Aunty ingat kalau kamu dulu suka banget sama eskrim rasa vanila kan?" Ocehan Risma membuat Aditi sangat kesal, dia tidak pernah mendengar wanita sebawel ini.

"Bisa diam?" Pernyataan yang keluar dari mulut Aditi membuat keluarga mereka tersenyum bahagia, walaupun suara yang dikeluarkan Aditi sangatlah dingin dan tanpa irama tapi mereka dapat mendengar suara Aditi lagi.

"Coba lihat ini." Risma melihatkan Aditi selembar foto yang membuat Aditi seakan lemas dan meneteskan air matanya. Bagaimana tidak disana foto keluarga yang beberapa tahun sering menyiksanya.

Aditi menyambar foto yang ada ditangan Risma dan meremas remasnya sehingga membuat foto tersebut ancur, setelah itu Aditi mebuang nya.

Menangis itu yang Aditi lakukan, tapi Aditi menangis tanpa suara hanya air mata yang meneres dari pelupuk matanya, air itu terus terusan keluar dari mata indahnya membuat hati kedua orang tuanya seakan teriris melihatnya.

"Kamu kenal siapa mereka." Mendengar itu membuat Aditi menatap Risma dengan tatapan tajam dan tidak suka.

"Jangan pernah membahas tentang mereka." Tatapan tajam dan ucapan dingin diberikan Aditi kepada Risma yang hanya menatap Aditi dengan santai sambil memakan apel.

"Tapi dia orang baik loh." Mendengar itu membuat Aditi sangat tersalut emosi kenapa Risma mengatakan mereka baik padahal mereka yang sudah menyiksa Aditi.

Bruk

Gelas yang tadinya inggin Aditi gunakan untuk minum dilayangkan nya sehingga membuat gelas itu pecah dan membuat semua orang yang ada di meja makan terkejut melihat tindakan Aditi yang sangat jauh dari pikiran mereka.

"Mereka jahat, kalian juga jahat semuanya jahat!" Setelah mengatakan itu Aditi meninggalkan mereka dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

Sedangkan semua orang yang berada di meja makan hanya membuang nafas kasar, sangat susah membuat Aditi menceritakan apa yang ada didalam hatinya padahal sudah dipancing dengan melihatkan foto keluarga yang menyiksanya.



***

Ini gue bikin cerita tapi bukan kaya cerita gue sebelum nya, gue nggak pakai tokoh artis atau apapun.

So jika kalian suka boleh vote dan commen jika kalian nggak suka disilahkan juga buat vote, hehe.

Menderita?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang