Pagi ini berbeda dengan hari biasanya karna biasanya Aditi akan diam dirumah dengan pandangan kosong tapi hari ini dia akan masuk sekolah yang sama dengan sekolah kedua saudara kembarnya. Aditi siap dengan rambut sebahu yang tergerai dan tak lupa menggunakan pita rambut yang membuat wajahnya sangat cantik walaupun tidak ada senyum yang terpancar diwajahnya.
Memandang pantulan dirinya didalam cermin itu yang saat ini Aditi lakukan hanya bedak saja yang Aditi pakai tanpa memakai apapun lagi wajahnya sudah sangat cantik, Aditi mengambil tasnya dan langsung keluar dari kamarnya.
Aditi langsung mengambil duduk disebelah Al tanpa ada kata kata embelan selamat pagi, hanya wajah datar yang ia tampilkan. Mambuat semua keluarganya membuang nafasnya kapan sikap dingin Aditi berubah, mereka pikir saat Al berbicara kepada Aditi dia akan merubah sikap dingin nya tapi Apa?
"Hai kak," sapaan dari Ayira hanya dibalas dengan anggukan kecil tanpa menoleh kearah Ayira yang tengah membuang nafasnya kasar. Sinta mencoba memberi kan roti yang berisi selai nenas kepada Aditi.
"Bukankah selai nenas kesukaan Ayira? Aku bahkan sangat membenci nenas." Jlep semua diam tak tau akan menjawab apa, dan bodohnya Sinta dia lupa dengan kesukaan anaknya yang satu ini, kenapa dia tidak bertanya dulu karna dia hanya sering membeli selai nenas kesukaan Ayira.
"Nih, gue bikinin roti selai kacang kesukaan lo. Makan, ini khusus gue bikinin buat lo." Aditi menatap roti yang diberikan oleh Al dipiring nya, kenapa Al bisa tau kesukaan nya? Tapi ah masa bodo.
"Makasih." Senyum yang baru pertama kali Aditi tampilkan didepan semua keluarganya membuat semua ikut tersenyum. Namum Aditi langsung mengubah senyuman nya dengan wajah datarnya sehingga membuat mereka hanya membuang nafas kasar.
"Kenapa lo cuma senyum sama gue? Nggak yang lain mereka juga sama kaya gue kok." Aditi menghentikan makan nya dan menatap Al dengan wajah datarnya. Dia tak suka mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Al sangat tak suka. Tapi Aditi mungkin harus menjawab nya.
"Hanya Al dan aunty Risma yang aku yakini, karna aku tau kalian menyayangiku sedangkan mereka, tidak!" Al kembali membuang nafasnya kenapa Aditi selalu berkata seperti itu? Padahal jelas jelas mereka sangat menyayangi nya, terlebih Sinta mamanya dia sangat menyayangi Aditi.
"Oke, sekarang lo nganggap seperti itu tapi, gue bakalan ngebuktiin bahwa mereka sangat menyayangi lo." Ucap Al dengan percaya diri nya, mereka yang mendengar ucapan Al tersenyum kecuali Aditi wanita itu hanya menatap datar Al.
"Jika terbukti mereka tidak menyayangiku maka, aku akan pergi selamanya dari muka bumi ini." Senyum yang tadi mengambang disudut bibir mereka memudar saat mendengar ucapan Aditi.
"Kenapa lo selalu beranggapan kalau kami tidak menyayangi mu?" Kali ini Ayira yang berucap kepada Aditi dengan nada yang bisa dibilang tidak suka, Aditi gadis itu hanya menjawab dengan menaikan kedua bahunya acuh.
"Tanyakan pada diri kalian sendiri, apa yang membuat aku seakan tidak percaya kepada kalian," ucap Aditi dan memakan makanan nya tanpa melihat wajah keluarganya yang diam tak bergeming, kecuali Al dia menatap Aditi dengan senyum nya, dia yakin suatu saat Aditi akan berubah entah kepan itu terjadi pasti dia akan berubah
"Aditi berangkat." Al mencekal tangan Aditi sehingga membuat gadis itu menghentikan langkah nya dan menatap kearah Al dengan dahi yang berkerut. Dan satu lagi tanpa senyuman.
"Berangkat sama kita aja." Ucap Al dengan senyuman nya.
"Nggak usah Aditi naik kendaraan umum aja, Al udah janjikan sama Aditi kalau nggak akan membongkar semuanya?" Al hanya mengangguk setelah itu melepaskan tangan nya kepada tangan Aditi, tanpa pamit dan tanpa basa basi Aditi langsung berjalan keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menderita?
Short StoryGadis cantik harus hidup menderita bukan karna orang tuanya yang membencinya, tapi dia harus hidup dengan penuh tekanan. Bagaimana tidak diculik selama lima tahun oleh kolega bisnis ayahnya dan ia menghabiskan masa anak anaknya dengan disiksa. Sedan...