Pagi ini, aku berjalan gontai di koridor sekolah. Rasanya sangat malas untuk pergi ke sekolah hari ini, ada rasa malas dan ah sudahlah aku tak bisa menjelaskan nya.
Saat aku masuk kedalam kelas ternyata didalam sudah ramai, tapi pandangan ku hanya satu dibangku depan dimana disitu terdapat Ryan dan Ayira sedang tertawa lepas.
Aku tak peduli dan terus melangkahkan kaki ku menuju bangku pojok paling belakang. Tapi tanpa aku duga, aku tak sengaja menabrak seorang pria yang sedang berdiri dan bercanda dengan seorang siswa yang entah siapa namanya.
"Aws!" Ringisku saat bokongku terjatuh kelantai, ternyata ringisan ku membuat semua menoleh kearah ku begitu juga dengan pria itu.
"Oh, maaf ya." Ucapnya sambil menjulurkan tangan nya. Tapi aku tidak membalasnya dan langsung berdiri meninggalkan nya yang hanya menatapku dengan heran. Tapi aku lihat setelah itu dia mengangkat kedua bahunya acuh.
Aku duduk dengan santai sambil membuka buku yang aku bawa dari rumah, aku mencoba tidak peduli dengan tatapan tatapan aneh yang siswa lain lihat dariku.
"Gadis sombong. Tidak tau diri" mendengar itu membuat aku menoleh kearah siswa yang sedang menatapku dari atas hingga bawah.
"Gue nggak tau diri juga nggak ada hubungan nya sama lo." Ucap ku dengan wajah datar. Ingin sekali aku menarik rambut merahnya itu dan mencakar wajah putihnya tapi tengkuk lehernya hitam.
"Tapi plis jangan bawa itu kekelas ini, disini kelas diajarkan untuk bersosialisasi dengan baik, sedangkan lo? Apa hanya bermodal dengan kepintaran tapi bodoh dalam pergaulan." Aku hanya menatapnya tak minat, kenapa masih ada manusia yang mengurus hidup orang lain sih? Padahal lebih baik mengurus diri sendiri.
"Iya benar tu. Pintar sih tapi cuma dalam materi." Ucap salah satu murid lagi. Aku sudah mulai terbawa emosi,mereka menatapku dengan tatapan ingin membunuh.
"Daripada pintar dalam pergaulan tapi bodoh dalam materi bagaimana? Pintar dalam pergaulan lalu terjerat kasus kasus yang sekarang beredar dikalangan remaja? Bagaimana?" Mereka diam tidak ada yang menjawab bahkan Al dan Ayira hanya diam tak bergeming apalagi dengan Ryan.
"Hamil diluar nikah? Terjerat narkotika? Atau masuk didunia gelap." Plak satu tamparan menderat dipipi ku. Dari wanita yang ada dihadapan nya ini, sungguh ini sangat pedas tapi aku tetap menahannya.
"Jaga ucapan lo!" Ucap nya denga mata yang mancarkan amarah. Kenapa jadi dia yang begini? Bukankah dia yang memulai semuanya? Sungguh wanita gila.
"Bukan nya lo yang memulai semuanya? Oh atau memang lo lagi terjerat dalam salah satu kasus yang gue sebutin tadi? Kalau memang begitu ternyata pergaulan lo sangat hebat, pintar selamat ya." Ucapan ku terdengar halus tapi percaya lah didalam sana terdapat sindiran yang aku lontarkan untuk wanita ini.
"Tunggu aja lo ya." Setelah mengucapkan itu gadis aneh itu langsung meninggalkan kelas dengan kedua dayangnya. Dan aku baru menyadari bahwa mereka gadis itu bukanlah murid dikelas ini, tapi kenapa sikapnya sekolah dia siswa disini aneh bukan?
"Aditi." Suara itu membuatku menoleh dan mendapatkan Ryan yang sedang berdiri dengan senyum mengambang dikedua bibirnya.
"Lo nggak kenapa napa?" Ah rasanya aku jijik mendengar nada perhatian yang keluar dari mulut Ryan. Perhatian sih iya tapi itu dilakukan nya dengan siapa saja.
"Aditi? Gue nanyain lo, lo nggak apa apa kan?" Ucap Ryan mengambil duduk disebelahku. Rasanya aku ingin pergi dari keadaan ini.
"I'm okey. Plis pergi dari sini gue mau menenangkan diri gue dulu." Ucapku sambil menatap buku dihadapan ku dan mencoba tak menghiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menderita?
Short StoryGadis cantik harus hidup menderita bukan karna orang tuanya yang membencinya, tapi dia harus hidup dengan penuh tekanan. Bagaimana tidak diculik selama lima tahun oleh kolega bisnis ayahnya dan ia menghabiskan masa anak anaknya dengan disiksa. Sedan...