16

1.5K 93 2
                                    

Author Pov.

Aditi, gadis itu sedang berjalan malas dengan pandangan mata yang lurus.

Gadis itu seakan menulikan telinga ketika banyak sekali siswa yang berbisik bisik tentang Aditi. Ya walaupun lebih banyak wanita yang berbisik bisik.

"Apa lo nggak risih?" Sontak pertanyaan itu membuat Aditi menoleh.

Ryan ya. Iya lelaki tampan dengan hidung mancung, itu sedang menatap Aditi dengan senyuman. Tapi jangan harap senyum akan dilontarkan Aditi.

Lihatlah, bukannya membalas pertanyaan Ryan, Aditi malah berjalan mendahului Ryan. Tapi Ryan lelaki itu tetap saja mengejar Aditi.

"Kenapa nggak lo jawab pertanyaan gue?" Aditi sama sekali tidak bergeming dengan ucapan Ryan.

Ryan menghela nafas berat lalu dengan paksa memutar balik tubuh Aditi supaya menghadap kearahnya. "Apa cuma gue yang heran dengan kelakuan lo? Lo itu ada masanya mau bicara panjang sama gue. Tapi sekarang? Lo kaya menjauh dari gue."

Aditi menunduk, tidak mau menatap mata hitam pekat milik Ryan. Dia hanya takut kalau nanti rasa ini semakin tumbuh dan berkembang. Walaupun Aditi tidak tau apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Gue cuma takut sama lelaki kaya lo." Ucap Aditi yang masih menunduk.

Ryan mengangkat kepala Aditi supaya gadis itu menoleh kearahnya. "Lo takut apanya? Gue nggak makan orang kok. Mwhehe."

"Gue seakan benci sama pria." Ryan mengerutkan dahinya binging ketika mendengar ucapan Aditi.

"Benci kenapa?"

"Pria itu selalu bikin nyaman, terus perlahan dengan perlahan dia mulai menyakiti setelah itu mereka akan ninggalin disaat lagi sayang sayangnya." Ucap Aditi dan kali ini menatap mata hitam pekat milik lelaki itu.

"Gue nggak kaya gitu." Ucap Ryan dengan memandang mata hazel milik Aditi.

"Tapi gue cuma mau menghargai perasaan seseorang disini!" Ucap Aditi melepas tangan Ryan yang ada ditangan nya.

"Siapa?" Tanya Ryan dengan nada tegas.

Semua menoleh kearah
Aditi dan Ryan, kekepoan mulai menyelimuti perasaan mereka. Ingin lebih tau.

"Lo pasti tau kok." Ucap Aditi dan mulai melangkah meninggalkan Ryan yang sedang menatap Aditi.

"Terus secara nggak langsung lo nggak menghargai perasaan gue!" Teriak Ryan membuat langkah kaki Aditi terhenti.

Aditi mengenggam kuat tali tasnya. Menutup matanya rapa. Dia harus apa saat ini? Bingung? Mungkin itu yang dia rasakan.

"Maaf kalau itu memang yang lo rasakan." Ucap Aditi tanpa membalikan tubuhnya. Dia sangat takut dengan situasi seperti ini, apalagi dengan keadaan yang mulai ramai.

"Ada apa ini?" Aditi membuang nafasnya lega ketika mendengar suara Al.

Aditi menoleh tapi ternyata disana tidak hanya berdiri Al tapi juga Ayira dan teman teman mereka. Tatapan mata Aditi menoleh kearah Ayira dan tampaknya saat ini Ayira sedang kebingungan.

"Siapa perasaan yang lo jaga sampai lo secara nggak langsung nggak menghargai perasaan gue." Ucapan Ryan sangat dingin. Bahkan ucapan lelaki itu berbeda dari ucapan nya yang dulu dulu.

"Lo pasti tau. Dan gue minta maaf kalau secara nggak langsung membuat perasaan lo ngga dihargai." Ucap Aditi menatap nanar wajah Ryan.

"Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Gue nggak tau kapan perasaan ini tumbuh." Ucap Ryan kali ini ucapannya tak sedingin tadi.

Menderita?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang