Duduk disofa ruang tamu dalam kegelapan itu yang sekarang dilakukan oleh Aditi. Karna saat dia pulang rumah dalam keadaan sepi tidak ada satu orangpun dirumah. Para pembantu juga entah kemana. Tapi Aditi gadis itu tak mau mengambil pusing dengan apa yang terjadi dirumah ini. Bagi Aditi, dia hanya menumpang dirumah ini dan tidak pernah menganggap jika ini rumahnya sendiri.
Aditi mulai memetik gitar yang ada ditangan nya. Menyanyikan sebuah lagu yang sangat menyayatkan hatinya. Lagu yang sangat terasa.
Telah lama kau tinggalkan ku
Sempat sia-siakan aku
Pergi jauh titipkan perih
Tak sedikitpun perduli.Seandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parahPergi jauh titipkan perih
Tak sedikitpun perduliSeandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parahSeandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parahSeandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parahSeandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parah
Begitu parah.Suara merdu Aditi berakhir dengan air mata yang menetes dari kedua matanya. Namun dia dibuat terkejut dengan bersamaaan lagu yang ia bawakan disitu juga lampu menyala membuat Aditi menoleh kebelakang dan mendapatkan keluarganya yang sedang menatapnya.
Aditi meletakan gitar yang tadi ia gunakan,manghapus air matanya secara kasar dan berjalan meninggalkan semua keluarganya yang masih menatapnya.
"Suara lo bagus. Lembut gue suka." Ucapan Al membuat langkah kaki Aditi terhenti.
Aditi menoleh sebentar. "Thank's." Singkat bukan? Setelah itu Aditi masuk tak menghiraukan kaluarganya yang menatap punggungnya yang menjauh dengan nanar.
Sesampainya Aditi dikamarnya dia memilih melangkahkan kakinya dimenuju kursi yang didekat jendela memandang langit yang begitu terang membuat Aditi tersenyum tipis.
"Kak?" Panggilan itu tak dihiraukan oleh Aditi bukannya dia tak mendengar tapi dia hanya memilih untuk masa bodo.
Ayira ya gadis itu memilih duduk disebelah Aditi dan menatap sudaranya tersebut. "Suara lo bagus. Bahkan jauh dari kata bagus." Ucap Ayira lagi dan lagi tak digubis oleh Aditi.
"Hm, gue mau nanya sama lo kak, tapi gue mau lo jawab dengan jujur sesuai kata hati lo." Aditi menolehkan kepalanya sebentar namun setelah itu mengalihkan nya lagi. "Lo suka sama Ryan?"
"Suka, siapa sih yang nggak suka sama dia. Orangnya baik, ganteng, pintar terus perhatian." Mendengar ucapan Aditi membuat hati Ayira seakan diremas kuat.
"Gue suka sama Ryan kak." Ucapan lirih itu keluar dari mulut Ayira, tapi Aditi tak manatapnya sama sekali.
"Lalu? Kenapa lo bicara seperti ini kepada gue? Gue nggak berhak tau tentang ini." Ucap Aditi dengan nada dingin nya.
"Gue bicara seperti ini berharap lo bakalan menjahui dia kak. Plis kali ini aja jauhin dia buat gue!." Teriak Ayira bersamaan dengan tumpahnya air mata. Tapi tetap saja Aditi tidak menggibisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menderita?
Short StoryGadis cantik harus hidup menderita bukan karna orang tuanya yang membencinya, tapi dia harus hidup dengan penuh tekanan. Bagaimana tidak diculik selama lima tahun oleh kolega bisnis ayahnya dan ia menghabiskan masa anak anaknya dengan disiksa. Sedan...