5

2K 103 2
                                    

Aditi gadis itu sekelas dengan saudara kembar nya, dan juga teman teman Al maupun Ayira, semua menyapa Aditi tapi gadis itu? Jangankan membalas senyum saja bahkan tak dia tampilkan, menoleh saja tidak. Dan itu membuat mereka beranggapan bahwa Aditi gadis sombong lain hal nya dengan saudara kembarnya yang selalu tersenyum manis, ya mereka semua tau jika Aditi adalah saudara dari Al dan Ayira.

Duduk dibangku paling pojok sendirian itu yang dilakukan dan diam sambil mendengarkan penjelasan guru dan sesekali mencatat apa yang penting untuk dicatat, murid murid yang lain banyak menoleh kearah Aditi tapi Aditi hanya bersikap sekolah olah tidak menyadari tatapan itu, apalagi saat mendengar bisikan bisikan yang mengata ngatainya hanya Aditi balas dengan tatapan datar.

"Ada yang bisa mengerjakan soal ini?" Tanya Pak Imam dengan wajah sangarnya, apalagi saat melihat mata yang tajam ditambah kepala yang botak membuat siapa saja yang melihatnya akan menunduk takut, seperti saat ini tidak ada yang berani menatap nya kecuali Aditi.

"Pak, itukan materinya belum bapak jelaskan?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Nindia sahabat Ayira membuat Pak Imam menoleh kearah nya dengan wajah sangar, ya begitulah Pak Imam dia akan memberi soal terlebih dahulu, setelah itu baru menjelaskan meteri tersebut.

"Karna Nandia teman kalian menjawab saya, kalian saya hukum jika tidak ada yang bisa mengerjakan soal ini." Hal itu sontak membuat semua murid kelas menggerutu kesal atas sifat Pak Imam yang selalu saja menghukum para murid disini, andai bisa memilih mungkin para siswa siswi disini tidak mau memilih Pak Imam untuk mengajar mereka.

Aditi menganggkat tangannya dan berjalan menuju papan tulis, semua mata menatap kepadanya bagaimana bisa gadis yang baru masuk itu bisa mengerjakan soal yang bisa dibilang sangat sangat rumit itu. Aditi mengambil spidol dan mulai mengerjalan soal dengan sangat tenang, dan bahkan Pak Imam terkejut melihat Aditi yang bisa mengerjakan soal tersebut padahal dia sudah memberika soal yang teramat susah.

"Sudah?" Aditi mengangguk setelah itu kembali berjalan kearah bangku nya dan duduk seperti semula tak menghiraukan pendangan kagum semua murid terhadap nya.

"Bagaimana bisa bapak memberikan soal kelas tiga yang bahkan kita belum menijak kelas tiga," jlep mendengar ucapan Aditi membuat Pak Imam menoleh kearah Aditi dengan alis yang diangkat sebelah.

"Jadi kamu tau ini pelajaran kelas tiga?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut pria tua yang hobinya menghukum siswa disini, tanpa ampun.

"Bapak imam bukan? Soal seperti ini sudah menjadi santapan setiap hari saya, jika bapak bisa membodohkan murid murid yang lain, tapi tidak dengan saya. Bapak tau tidak dengan cara mengajar bapak yang salah ini bisa membuat bapak dikeluarkan dari sekolah ini, dan saya dengar bapak juga suka menghukum murid tanpa sebab." Al menatap Aditi tak percaya gadis itu sekarang menghampiri pak Imam dengan berjalan angkuh dan wajah datar.

"Bapak perlu saya kasih tau, belajar itu bukan memerintah, baik diperintah oleh manusia ataupun komputer sekalipun. Belajar itu sesuatu yang dipahami oleh membaca, setelah itu dijelaskan secara jelas oleh seseorang yang bernama guru!" Tegas namun terdengar sangat dingin, setelah mengucapkan itu Aditi kembali duduk dengan santainya tanpa melihat wajah Pak Imam yang merah padam saat mendengar ucapan Aditi.

"Kenapa mau marah? Marah aja sama saya tapi jangan sama murid yang lain," skak Pak imam tidak lagi bersuara dia hanya diam dengan wajah merah padam menahan marah atas sikap yang ditunjukan oleh murid baru ini. Ia akui Aditi sangat pintar dalam pelajaran tapi Aditi adalah murid yang pertama kali melawan nya.

"Saya tidak yakin jika bapak mampu mengerjakan soal seperti barusan." Pak Imam keluar dengan rasa malunya hal itu membuat semua bersorak gembira saat melihat wajah merah padam milik Pak imam, mereka sangat bersyukur kerna Aditi menyadarkan Pak imam.

Menderita?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang