.21/Mampu kah?.

1.4K 130 11
                                    


'Jujur aku belum merasakannya.
Hatiku masih terpaku pada masa lalu.
Masa lalu yang terasa sangat pilu.
Dan bodohnya aku, aku terlalu senang saat mengingat masa masa itu.'

"Noona.. kenapa melamun?"  tanya Seungkwan sambil menepuk bahu Ji Eun.

"Ahh tidak, aku tidak melamun" tukas Ji Eun sambil tertawa.

"Ini sepertinya sudah malam, aku akan pulang saja" ucap Ji Eun segera berdiri.

"Josh, ini sudah malam. Ayo kita pulang" ajak Ji Eun.

"Baiklah. Semuanya, aku pulang duluan ya, istriku sudah mengantuk" pamit Joshua kepada yang lainnya.

"Sudah mengantuk atau memang ingin berolahraga hyung?" sahut Mingyu dengan wajah kurang ajar.

"Hei, kamu bodoh. Kalau dia mau berolahraga memang kenapa? Lagi pula olahraga kan sehat, benar kan hyung?" The8 menjawab dengan polosnya.

"Malam-malam begini mau olahraga apa hyung? Jogging?" Dino bertanya dengan kening berkerut.

"Ah lupakan saja. Ini gara-gara kamu Mingyu, anak-anak ini jadi berpikiran jauh" ucap Wonwoo menyikut pelan perut Mingyu.

"Sudahlah, kalian kalau mau berdebat lanjutkan saja. Aku mau pulang. Selamat malam" pamit Joshua sambil menggandeng tangan Ji Eun keluar cafe.

✨✨✨✨


"Ji Eun.." panggilnya pelan.

"Ya?"

"Kemarin ayahmu menelfonku"

"Benarkah?" wajahnya terkejut, sorot matanya berbinar.

"Iya"

"Apa yang kalian bicarakan?" katanya sambil berjalan menghampiri Joshua.

'Haruskah aku jujur?
Tapi aku takut kalau ini menambah beban pikirannya.

Tapi jika aku tidak jujur, aku akan sangat merasa bersalah pada ayah mertuaku itu.'

"Josh, apa yang kalian bicarakan?!" ucapnya tidak sabar.

"Tapi berjanjilah untuk tetap tenang. Oke?"

"B-baiklah aku berjanji"

Pria itu menarik nafas dalam, "Ayah mu.. dia sakit"

"Sakit?! zakit apa?!" wanita itu panik, matanya gusar.

"Sudah kubilang tenang, jangan panik"

"Apakah parah Josh?" ucapnya hampir menangis.

"Dia, terkena kanker Ji Eun. Maaf" setelah mengucap itu di peluknya tubuh sang istri.

"K-kanker?!" satu demi satu air matanya menetes deras.

"Jangan menangis Ji Eun. Aku sudah berjanji kepada ayahmu untuk membawamu kepadanya"

"Besok antarkan aku Josh"

"Iya, itu memang sudah tugasku. Berhentilah menangis" pria itu mengangguk sambil mengelus kepala istrinya.

✨✨✨✨

Tok tok

Tidak ada jawaban

Tok tok tok

Tetap tidak ada jawaban

"Josh, kenapa ayah lama sekali? Aku khawatir, ayo kita langsung masuk saja"

"Tidak apa-apa kah jika kita langsung masuk?" tanya Joshua sedikit tidak enak.

"Memangnya kenapa? Ini kan rumahku juga" Ji Eun segera masuk meninggalkan Joshua di luar.

"Ayah... ayah.. " panggil Ji Eun.

"Ayah, ayah dimana? " Ji Eun terus memanggil ayahnya. Wanita itu menyusuri setiap sudut rumah.

"Siapa?" ada suara yang berasal dari kamar utama.

"Ayah.." Ji Eun segera berlari memeluk ayahnya.

"Ah, kamu Ji Eun. Ayah kira kamu siapa?" ayahnya juga memeluk Ji Eun.

"Ayah.. ayah sakit kenapa tidak mengatakannya pada Ji eun?" air mata Ji Eun tiba-tiba mengalir.

"Ah, ayah tidak apa apa"

"Jangan bohong ayah, aku tau kalau ayah sakit parah"

"Hmm, Ji Soo.. bisa ayah dan Ji Eun bicara berdua?" pinta Ayah Ji Eun.

Joshua mengangguk, "Tentu ayah, aku tunggu di ruang tamu Ji Eun"

"Ji Eun.. kamu tau ayah sakit apa?"

"Iya ayah, Ji Eun tau"

"Ayah juga sudah tua nak. Mungkin umur ayah juga tidak akan lama lagi" ayah Ji Eun menangis.

"Ayah, jangan berkata seperti itu. Ji Eun sayang ayah, Ji Eun tidak mau kehilangan ayah" Ji Eun semakin terisak.

"Penyakit ayah juga mendukung untuk segera pergi nak. Ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Sekalipun ayah ke dokter itu akan sia sia"

"Ji Eun akan lalukan apapun untuk ayah. Asalkan ayah sembuh"

"Tidak nak. Ayah tidak butuh itu. Ayah hanya ingin kamu menuruti permintaan ayah di saat-saat terakhirku nanti"

"Ji Eun akan lakukan apapun asalkan ayah senang. Ji Eun akan berusaha sebisa mungkin ayah"

"Ini tidak sulit nak. Ayah hanya ingin melihat wajah cucu ayah sebelum ayah pergi"

"Ayah, jangan berkata seperti itu. Ji Eun akan berusaha ayah" Sebenarnya Ji Eun kaget dengan permintaan ayahnya itu.

"Bisakah ayah tinggal bersamamu nak? Jika sewaktu waktu ayah meninggal setidaknya ayah tidak sendirian" ucap ayah Ji Eun sambil terisak.

"Ayah jangan bicara seperti itu. Tentu saja ayah boleh tinggal bersama Ji Eun"

"Apakah Joshua akan mengizinkannya?"

"Tentu saja ayah. Ji Eun akan menemui Joshua dulu."

"Josh."

"Oh, sudah selesai? Ayah baik kan?"

"Hmm, sebenarnya ayah ingin tinggal bersama kita. Apa kamu mengizinkan?"

"Tentu saja Ji Eun, ayah boleh tinggal bersama kita"

"Hmm kalau begitu aku akan mengemasi barang-barang ayah."

"Kamu butuh bantuanku?" tawar Joshua.

"Tidak Josh" tolak Ji Eun halus.

"Kalau butuh sesuatu, panggil saja aku"

"Pasti Josh" wanita itu mengangguk dan berlalu pergi.

✨✨✨✨

"Ayah ini kamar ayah.. Maaf ini tidak terlu luas, karena ini hanya kamar tamu" ucap Joshua sambil meletakkan koper ayah mertuanya.

"Ini sudah lebih dari cukup untuk ayah nak" ucapnya sambil tersenyum.

"Kalau begitu Ji Eun akan siapkan makan siang dulu"

"Ji Soo.." panggil Ayah Ji Eun.

"Iya ayah? Ayah butuh sesuatu?" tanya Joshua sambil mendekati ayah mertuanya.

"Duduklah, ada yang ingin ayah bicarakan" pinta ayah Ji Eun.

Pria itu mengangguk lalu duduk di samping sang ayah mertua, "Ada apa ayah?"

"Ayah sudah memberitau keinginan ayah pada Ji Eun. Dan sekarang ayah akan memberitau padamu juga..

...sebelum ayah pergi ayah ingin melihat wajah cucu ayah. Apakah kamu sanggup nak?"

Deg

Pria itu tersenyum samar kemudian mengangguk, "Aku akan berusaha ayah"

.
.
.
.
.

Terima kasih.

New Life-Joshua HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang