10

2.7K 327 26
                                    

Kalau disuruh memilih, maka Kuroko akan memilih jadi orang biasa saja. Punya keluarga kecil bahagia. Bertemu gadis baik—tak harus cantik. Karena cantik itu relatif, jelek baru mutlak.

Mereka tinggal di desa pun tak apa. Asal kehidupan mereka mencukupi. Punya anak-anak lucu. Kemudian menua bersama, sembari mendengar celoteh anak cucu.

Sederhana, namun sulit terjadi.

Kenyataannya berbeda 180 derajat. Ia seorang indigo. Bisa melihat masa depan. Bukannya tak bersyukur, namun ia akan lebih bersyukur kalau hal ini tak diturunkan sang ibu.

Lebih parahnya lagi, ia harus berurusan dengan Akashi. Intrik kerajaan menjemukan. Juga perang tak berkesudahan. Rakuzan cukup damai sepuluh tahun belakangan. Lalu munculah isu kudeta dari negeri seberang. Setelah perebutan wilayah, lalu apa lagi? Perbudakan? Penyiksaan? Atau jenis nelangsa lain?

Hidup ini melelahkan. Padahal baru tujuh belas tahun ia hidup. Belum ada seperempat abad ia menginjak dunia, namun beban di pundak sudah setinggi awan di angkasa. Semua beban itu menyangkut kemampuannya.

Melihat masa depan tak seindah bayangan. Tak ada yang indah melihat kematian orang lain. Bagaimana wajah mereka yang tersiksa saat menemui ajal. Pertumpahan darah. Kecelakaan. Perpisahan.

Ia mengalami banyak mimpi. Dari A sampai Z. Rata-rata bukan hal yang menyenangkan. Justru membawa memori yang tak diinginkan. Trauma yang selalu membuatnya terbangun tengah malam. Bunga tidur yang dialaminya terlalu nyata. Seolah dirinya ada di tempat kejadian. Hanya bisa menonton tanpa berbuat apa pun.

Melihat mereka mati. Berpisah. Terluka.

Di balik semua itu, ia selalu teringat pesan mendiang Ibunya.

"Kematian ada di tangan tuhan. Seberapa kau ingin menghentikan atau mencegahnya, ia akan datang. Kita adalah orang-orang terpilih yang mempunyai kelebihan untuk melihat kejadian di depan. Namun kita bukan tuhan, Tetsuya. Aku tahu kau sedih melihat orang lain mati, namun tak sepantasnya kau ikut campur. Tak pantas juga mereka menghakimimu karena kemampuanmu."

"Kemampuan kita ada untuk menolong, bukan dari kematian. Tapi untuk kehidupan. Kau boleh menangis, tapi jangan lama-lama. Tak peduli berapa banyak kematian yang kau lihat. Atau cobaan yang akan datang. Meskipun Ibu dan Ayah sudah tak bersamamu lagi, kau harus kuat. Anak ibu adalah yang paling manis sedunia. Ia anak baik, dan anak baik akan menurut apa kata Ibunya."

Kematian di tangan tuhan. Manusia hanya bisa berencana. Apa pun skenarionya, kita hanya menjalankan. Tuhan sudah membuat naskah terbaik untuk manusia.

Dan ia membuat Kuroko memiliki kemampuan ini bukan tanpa alasan. Perlu diakui, ia juga merasa bahagia dengan kemampuannya. Tak jarang ia lihat lahirnya seseorang baru. Bayi mungil rapuh. Pertemuan dua insan. Atau kegembiraan lain.

Selama hidupnya, ia terus melihat semua itu. Bahagia maupun sengsara. Tanpa benar-benar mengambil tindakan nyata.

Lalu kini ia memiliki kesempatan itu. Akashi datang padanya. Awalnya hanya untuk menghindarkannya dari bahaya. Namun kini pria itu ikut menyeretnya. Melalui petualangan yang tak dikenalnya, begitu asing, namun juga mendebarkan di saat yang sama.

Beberapa hari pula ia mengenal pria itu. Dia seburuk dugaannya. Namun juga tak seburuk dugaannya. Ia perhatian, tapi juga kejam. Penuh tanggung jawab, juga ambisius. Dan lagi, ia memiliki badan yang bagus. Poin terakhir yang membuatnya iri setengah mati.

Blue OracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang