Tiga cara melumpuhkan musuh.
Satu, incar kelemahannya.
Kuroko bangkit dari ranjang. Kusen kayu, cek. Tempat lilin dari logam, cek. Perabot kayu, cek. Setelah bangkit dan berusaha duduk, ia menghadapi kenyataan tidak ada benda yang bisa membebaskan ikatannya. Matanya menyapu sekeliling ruangan. Tak ada sesuatu tajam di ruangan ini. Nash cukup teliti dengan tidak menyimpan barang tajam di kamar sanderanya.
Putus asa hampir mendera tatkala ia melihat botol minuman keras di meja dekat pintu. Ia bangkit. Melompat-lompat kecil layaknya kelinci. Kuroko menghela nafas sekali kemudian meraih botol dengan susah payah.
Suara beling pecah terdengar. Menanti reaksi. Tidak ada suara langkah kaki mendekat, aman. Tampaknya tidak ada penjaga di luar.
Cairan bening alkohol membasahi lantai, hampir merembet mengenai karpet. Untuk sesaat, hidungnya mengernyit tatkala merasakan aroma lain. Aroma khas alkohol tercium di indranya.
Ia meraih pecahan beling terdekat. Cukup besar dan tajam untuk memotong tali tambang. Ringisan muncul di wajahnya, ia dapat merasakan kulitnya terkelupas ketika menggenggam beling dengan keras. Kuroko tetap melanjutkan, diabaikannya rasa perih serta panas yang merambati jarinya. Saatnya mengabaikan reaksi syaraf. Ini waktunya untuk kabur.
Tali berulir lepas dari tangan. Dengan beling yang sama ia memotong tali lain yang melilit kaki. Ia memijat kaki dan tangan sebentar. Sekadar meredakan rasa pegal dan ngilu akibat diikat untuk waktu yang lumayan lama. Lihat saja, kedua tangan kakinya memerah sekarang.
Sekali lagi, Kuroko melirik jarinya. Terluka cukup dalam juga. Cekatan, ia menyobek kain terdekat. Seprai putih dijadikan alternatif. Pecahan beling dijadikan pisau. Ia membebat jarinya kencang, menghentikan pendarahan.
"Halo! Permisi, apa ada orang di luar?" Kuroko mengetuk pintu. Selama beberapa menit, tak ada yang menjawab. Ia kembali mengetuk pintu. Harapannya masih tinggi, belum pupus hanya karena menunggu yang tidak pasti.
Pucuk dicinta, penjaga pun tiba. Terdengar suara langkah kaki di luar. Disusul suara seorang laki-laki. "Siapa di sana?"
"Ah... Aku Kuroko Tetsuya."
"Tawanan Tuan Nash?"
Mau tidak mau Kuroko menjawab, "Ya. Bisa dibilang begitu." ia mengeratkan genggaman pada tempat lilin. Benda itu ia sembunyikan di balik punggung. Tangan yang lain memegang kenop pintu.
"Bisa bantu aku keluar? Aku ingin pergi ke kamar mandi."
Pria di luar mendengus, barangkali sudah mengenal modusnya. "Maaf, kau tidak diperbolehkan keluar tanpa ijin dari Tuan Nash."
"Kalau begitu aku boleh kencing di karpetnya? Aku merasa terhormat bisa kencing di atas karpet mahal dari Persia."
Penjaga itu menghela nafas. "Tunggu sebentar." kemudian ia melangkah pergi. Tak selang lama, Kuroko kembali mendengar suara langkah kaki disusul suara sang penjaga memperingatkan.
"Jangan buat masalah. Aku akan mengantarmu ke kamar mandi."
Kunci diputar. Ketika pintu terbuka, Kuroko menggenggam semakin erat logam di belakang punggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Oracle
FanfictionKuroko Tetsuya adalah pemuda usia tujuh belas. Status : peramal kerajaan. Catatan lain : jangan ada yang tahu identitas sebenarnya. Namun sayangnya, Kuroko lebih memilih langkah berani. Yang membuatnya memilih keputusan untuk membongkar identitasn...