15

2.3K 292 61
                                    

Tak ada keraguan dalam matanya. Tak ada ketakutan yang muncul dari lubuk hatinya. Hanya ada tekad kuat dan semangat. Lihatlah matanya, dan kau akan tahu. Akashi memang tercipta dengan sempurna. Barangkali tuhan begitu sayang pada pria itu, sampai begitu memanjakannya dalam kesempurnaan.

Lihatlah dia. Berdiri tegak dengan kedua kaki. Mengacungkan pedang pada lawan. Mata berkilat tajam, siap menerkam siapa pun yang menganggu. Tersusun banyak kemungkinan dalam kepala, satu langkah atau dua langkah dapat diambilnya. Tensi bertempur langsung naik begitu Nash menyeringai.

Namun lihatlah pula pada Nash. Dia dan Akashi adalah dua  orang dengan latar belakang mirip. Terlahir dari keluarga yang menuntut kesempurnaan. Sama-sama memiliki kemampuan yang hebat. Pertempuran dengan orang biasa selalu membuatnya kehilangan kontrol mulut, hinaan soal primata langsung meluncur tanpa filter. Hanya seorang yang seimbang, yang bisa membuat darahnya yang haus akan peperangan terpuaskan.

Dan ia tahu, hanya sang pria merah yang mampu melakukannya.

"Aku kira kau sudah terlena dengan kehidupan tenangmu, namun yang kulihat sekarang benar-benar diluar ekspektasiku. Well... tak masalah. Aku suka tantangan." Pedang perak dikeluarkan dari sarung. Benda tajam itu disilangkan dengan milik Akashi. "Mari kita akhiri semua ini."

Denting logam memeriahkan suasana malam. Satu tetes darah turun mengenai pasir. Ditemani cahaya bulan, mereka berlomba. Siapa yang bertahan sampai akhir, dialah pemenangnya.

***

Blue Oracle
By : Ina

Kuroko no Basuke
Disclaimer to Fujimaki Tadadoshi

Warning : Shounen-ai, typos(s), OC, OOC

Saya tidak mengambil keuntungan dari fanfiction ini.

Mari bantu saya koreksi apabila ada bagian kata yang typo, atau bahasa yang kurang enak.

Selamat membaca~

***

Kanan. Kiri. Bibir bawah tergigit. Langkah kaki pelan menggema mengisi ruangan tinggi yang hanya dua orang yang mengisi. Hela nafas terdengar semenit dua kali. Kagami gemas, ingin menyeret Kuroko agar mau duduk tenang menunggu.

Tidak tahan, akhirnya ia menarik lengannya sampai jatuh terduduk di sofa. Kuroko memekik pelan, memutar kepalanya. Bertanya dalam diam apa yang dilakukan Kagami.

"Lebih baik kau tidur."

"Aku tidak bisa tidur."

Kagami membenamkan pemuda  itu pada dadanya. Kuroko sampai memukul dadanya akibat paru-paru yang tergencet. Pelukan mengendor, punggungnya ditepuk pelan.

"Kalau begitu biar Nii-san membacakan sebuah cerita untukmu."

"Aku tidak ingin jadi adikmu."

Kuroko mengaduh. Kagami mendaratkan satu jitakan di dahinya. Ia berdeham, memilih memulai dongengnya. "Jadi, aku akan menceritakan cerita yang berjudul 'Pangeran dan Jendela Tinggi."

"Cerita macam apa itu?" Kuroko mengernyit, merasa tidak pernah mendengar judul cerita itu.

"Shh... diamlah, aku baru mau melanjutkan. Ehem... jadi, pada zaman dahulu, hiduplah seorang pangeran dari negeri yang makmur. Dia dicintai rakyatnya, memang siapa pula yang bisa memalingkan wajah dari parasnya yang elok? Tinggi, tampan, pandai, punya kekuasaan. Banyak gadis yang berharap bisa bersanding dengan pangeran, namun dia tak pernah tertarik. Karena hatinya sudah tertambat pada seorang gadis yang tinggal di sebuah menara tinggi, jauh di tengah hutan."

Blue OracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang