03

3.1K 394 37
                                    

Kuroko no Basuke
Disclaimer to Fujimaki Tadadoshi

Pairing : AkaKuro, hint MidoTaka

Warning : Shounen-ai, miss typo(s)
OC, OOC

Saya menulis untuk kesenangan pribadi. Bukan bermaksud menjelekkan karakter yang terlibat.

Bahasa belum sesuai EBI. Kritik dan saran saya tunggu.

***

Kuroko lagi-lagi harus berhadapan dengannya. Dua hari yang lalu mereka sudah bertemu. Dan mungkin bagi Akashi, pertemuan mereka tidak cukup. Apa mau dikata, Kuroko tetap datang menemui Akashi.

"Apa lagi?" tanyanya.

Akashi menaikkan sebelah alis, heran. Nada si peramal terdengar samar-samar kesal. PMS mungkin. Teringat dengan Satsuki, salah satu stafnya yang selalu berubah menjadi orang lain tiap kali akhir bulan.

Tapi hei, apa nenek tua bisa PMS?

"Aku tahu kau tahu apa yang aku inginkan."

Jeda sejenak. Tidak ada jawaban dari nenek tua. Akashi gemas ingin berlari menuju tempat si nenek tua, kalau tidak ingat jampi-jampi yang membuat sendi jadi jeli.

"Itu memang perbuatan Nash. Mereka menyusup, dan pasukanmu tidak tahu."

"Jadi Nash benar-benar datang? Ke Seirin?"

"Ya." Si nenek tua menunjuk ke barat. "Aku melihat banyak gagak dalam mimpiku, arahnya dari sana."

Samar-samar Akashi bisa melihat jarinya. Menunjuk ke arah barisan pepohon. Tapi Akashi tahu artinya, si nenek sedang menunjuk bagian barat, tepatnya Pulau Touo.

"Hati-hati."

Akashi menaikkan sebelah alisnya, lagi. Dia dapat menangkap nada tak biasa dari sang nenek. Nada penuh peringatan dan--perhatian?

"Segera pulang ke ibu kota. Seirin berbahaya, sebaiknya kau segera pergi."

"Ya."

Suasana hening, tidak ada yang berminat memecah keheningan. Jengah, si nenek membuka suara. "Kau tidak pergi?"

Akashi memiringkan kepalanya, "Kau bahkan tak memberiku salam."

"Sebegitu inginnya kau mendapat salam dariku?"

"Ya," senyum menggoda terbit di bibir Akashi. Kuroko akui, bulu kuduknya berdiri, "Berkali-kali aku mengunjungimu, dan kau selalu mengucapkan salam 'hangat'. Dan sekarang tidak, pasti ada yang salah denganmu. Apa kau mendadak bibirmu keram karena terlalu banyak mengomel?"

"Satu-satunya yang salah disini adalah otak dan sifatmu."

"Terima kasih atas sanjunganmu." Akashi tersenyum. Membuat Kuroko benar-benar jengah. Ia angkat kaki, ingin segera meninggalkan tempat ini.

Untuk terakhir kali ia menoleh. Akashi masih disana. Menunggunya pergi. Sama seperti biasanya.

"Segera pergi. Jangan kembali sebelum malam festival."

"Siapa kau dan apa hakmu melarangku ketika aku bebas melakukan apa pun yang kumau, bahkan aku bisa membuat kedamaian instan untukmu sekarang."

"Tanah yang kupijak boleh jadi punyamu. Tapi ini nyawaku, aku yang menentukan hidup dan matiku. Kau bukan malaikat maut, tak perlu kau beri kematian aku juga akan mati dengan sendirinya."

Blue OracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang