Bukankah ini sempurna? Bertemu dengan keluarga yang akan senantiasa melindungi dan menjaga. Terbebas dari tugas yang menjerat. Bukankah seharusnya Kuroko tersenyum bahagia? Oh, lupakanlah kalimat terakhir. Ia dan wajahnya mengalami gangguan otot yang menyebabkan air muka tetap datar meski hati emosional. Namun paling tidak, bukankah seharusnya ada sedikit senyum kecil?
Namun tidak. Kuroko sedang galau.
Melirik. Pemuda itu menggenggam tangan Kuroko erat. Mungkin akibat dari pertemuan setelah sekian lama, ditambah lagi dengan cara mereka kembali jumpa, sungguh sang kakak sepupu khawatir. Sedari kecil, ia selalu tidak mawas diri. Gampang menghilang, susah ditemukan. Sekali ketemu malah terjebak masalah. Mayuzumi menjadi punya keinginan untuk mengurung Kuroko dalam rumahnya, tak akan dibiarkan kebusukan dunia luar mencemari dirinya.
"Apa mereka melakukan sesuatu yang buruk padamu, Tetsuya?"
Apakah meraba-raba termasuk? Kalau ya, maka pertanyaan dari Mayuzumi akan dijawab dengan anggukan. Namun pemuda itu menggeleng. "Tidak ada Nii-san. Aku hanya senang bertemu denganmu."
Mayuzumi menyipitkan matanya, tampak tidak percaya pada jawabannya. Kuroko tidak menyalahkan, dia memang buruk dalam berbohong. Pria itu membuka mulut, pasti akan menanyakan alasan yang sebenarnya. Antisipasi, Kuroko memeluknya. Membenamkan wajahnya pada dada bidang di depannya. Sesuai dugaannya, pria yang lebih tua terkejut. Ototnya sampai kaku saat ia menubrukkan badannya. Namun sedetik kemudian, merelaks. Dia balas memeluk pemuda itu erat.
***Blue Oracle
By : InaKuroko no Basuke
Disclaimer to Fujimaki TadadoshiPairing : Akakuro
Warning : Shounen-ai, miss typo(s)
OC, OOCSaya tidak mengambil keuntungan dari fanfiction ini.
Note: kritik dan saran saya harapkan. Jangan ragu komentar tentang kesalahan saya dalam menulis.
***
Ranjang berseprai putih tampak kusut. Selimut kelabu berkumpul di tengah, membentuk gundukan. Di dalamnya terdapat seorang pemuda yang tengah menggulung diri layaknya trenggiling. Matanya terpejam, bukan sedang tidur.
Pintu terbuka menampilkan pria lain. Mayuzumi mendekati gunungan yang bisa ia identifikasikan sebagai Kuroko. Sebuah tepukan melayang pada gundukan itu, entah di bagian mana. Yang jelas terasa empuk. "Tetsuya, ada yang ingin menemuimu."
Selimut disingkap, dengan rambut berantakan Kuroko bangun dari tidur ayamnya. "Siapa?"
"Yang Mulia Akashi."
Mendengarnya, mata itu langsung membola. Hilang sudah rasa kantuknya. Justru sekarang Kuroko sedang kebingungan. Ingin langsung berlari menemui, atau membenarkan rambut yang mencuat tak karuan.
"Baiklah Nii-san. Aku akan menemuinya," kata Kuroko. Ia menyisir rambutnya dengan jari. Berharap si surai biru mau diajak berkompromi. "Nanti. Setelah rambutku lebih rapi."
Mayuzumi menangkup pipi Kuroko. Menguleni pipi tembam gemas. "Kalau begitu akan kusampaikan."
Satu kecupan di dahi mengakhiri konversasi di antara mereka. Di dalam kamar Kuroko mengelus bekas kecupan itu. Sebelumnya, tak pernah menyadari kalau dirinya begitu dekat dengan sang sepupu. Dulu memang mereka masih suka saling mencium, namun sekarang Kuroko sudah tujuh belas, cukup dewasa untuk tidak diperlakukan layaknya anak kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Oracle
FanfictionKuroko Tetsuya adalah pemuda usia tujuh belas. Status : peramal kerajaan. Catatan lain : jangan ada yang tahu identitas sebenarnya. Namun sayangnya, Kuroko lebih memilih langkah berani. Yang membuatnya memilih keputusan untuk membongkar identitasn...