8. Kabur

16 2 2
                                    


Moji berdiri di karang-karang menatap lautan membawa cairan yang ia buat dari ijona yang harusnya diminum dua orang manusia yang sedang terjebak di museum. Ia menggaruk dahinya, lupa berpesan pada Rafi untuk memberikan sisa cairan di laci penyimpanan pada mereka sebelum pergi. Matahari sudah mulai menguning di ufuk barat. Wajahnya terlihat khawatir.

"Moga saja badan mereka bisa bertahan lama di air, kata Heri mereka anak lautkan?" ia mengangkat bahunya pura-pura tak peduli.

Dalam hitungan detik ia sudah berbaur dengan air. Berenang dengan kecepatan tinggi, bukan ke tempat mereka berada tapi ke tempat Rafi. Ia merasa ada sesuatu yang tak mengenakkan terjadi disana. Ia harus segera membantu mereka jika memang benar hal buruk di benaknya terjadi.

~~

Satu keributan selesai keributan kedua dimulai. Setelah Fay dan yang lain sepakat untuk berkumpul di tempat yang sudah ditentukan mereka berhasil keluar dengan tenang tanpa membuat curiga. Tapi dua orang itu yang belum keluar setelah lima menit berlalu. Dan sekarang pintu museum tiba-tiba ditutup dan pengunjung yang di dalam tak dibiarkan keluar. Nasib mereka terkurung disana diantara para petugas yang kalang kabut kehilangan salah satu benda mereka.

Mereka bingung dengan keadaan yang tiba-tiba terjadi, padahal mereka hampir berhasil keluar. Tepat di depan pintu para penjaga menghadang dan menyuruh mereka untuk tetap tinggal di dalam tanpa boleh bertanya lebih lanjut. Semua pengunjung diminta untuk berkumpul di lantai atas.

"Keadaannya menjadi tambah rumit," ujar San, "berapa lama lagi kita disini?"

"Rasanya aku ingin pulang sekarang juga," Joni menggaruk kepalanya dengan kasar, "aaaakhh," rambutnya hanya melambai-lambai di air.

"Kita harus cari jalan keluar sebelum tubuh kita kembali."

"Sudah berapa lama kita begini? Belum satu jamkan?" wajah paniknya tak bisa disembunyikan.

"Jon, kau masih jadi perempuan cantik kok, tenang saja."

"Hei, hei, nada bicaramu seperti menunjukkan aku menyukai bentuk ini."

"Bukannya kau memang menyukainya?" senyum San mengejek.

"Memangnya aku Romi?!" Joni menggenggam jenggot San kesal.

San membalas dengan menarik rambut Joni.

"Aduh, San, lepas!"

"Kau dulu yang lepasin jenggotku, ini bukan mainan cuy."

"Kalian berdua akrab sekali."

Dua pemuda labil itu menoleh. Nampak Bler tersenyum lebar dengan dua penjaga di belakangnya.

"Mampus, kenapa dia lagi?" ujar Joni pelan.

"Siapa?"

"Orang yang ditonjok Fay, masak kau lupa?"

"Oh, aku tak terlalu memperhatikannya tadi. Mmm, dia.. mirip seorang artor bukan?"

"Wajah jelek begitu aktor? Kau buta ya? gigi kaya hiu gitu."

"Aku diabaikan, hei, jangan bisik-bisik, kalian melukai perasaanku," Bler menyuruh dua penjaga di belakangnya itu pergi dan mendekati mereka, "sampai kapan kalian akan seperti itu."

San langsung melepas tangannya dari rambut Joni, tapi mata Joni melototi Bler tak peduli dan masih menggenggam jenggot sahabatnya itu. Dengan paksa ia menarik tangan Joni, dagunya jadi sedikit sakit.

"Nona, wajahmu semakin imut jika memandangku seperti itu," senyum Bler.

Mendegar kata-katanya remukan makanan di perut mereka serasa ingin meletus keluar. Tawa San sampai tertahan gara-gara merinding. Kalau orang itu tau Joni laki-laki entah bagaimana ekspresinya. Mungkin dia akan merasa mual seperti mereka ia akan memukul mulutnya sendiri.

JERUJI BAWAH LAUT (masa rehat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang