Sebuah tabung besar setinggi dua meter setengah menggantung di langit-langit. Lima selang besar menyambung ke tatakan bundar di bawahnya. Kepulan asap keluar dari dalamnya, terlihat tabung itu baru dibuka. Di skitarnya pun hanya ada beberapa wadah kaca gelap dan bening yang berisi cairan kelabu.
"Sudah kau siapkan?" Tanya lelaki yang menghadap tabung besar itu.
"Sudah, tinggal menunggu peleburannya," ujar laki-laki di samping kiri.
"Bagus, sebentar lagi gadis itu akan berguna." Bibirnya menyeringai.
~~
Dari sela-sela jeruji hitam itu kilauan cahaya menyeruak. Seila diam menunggu di bebatuan, memeras bajunya yang basah.
"Dia lagi bertapa? Setua apa sih orangnya?"
"Aku masih muda, Nak, lebih muda darimu."
"Jangan menghkayal, Pak Tua." Seila mendekat dan duduk di batu depan jeruji. "Bukanya kau sedang bertapa, kenapa malah bicara?"
"Aku ini wizard, bukan petapa."
"Kau lebih bagus disebut petapa dengan penampilanmu seperti itu."
"Hei, kau ini, jangan--"
"Pak tua, temanmu itu kemana? Kau tak kesepian?"
"Kau kira mereka akan senang hati muncul jika kau ada di sini? Mereka tak mau ditangkap semudah itu hanya untuk bertemu denganku."
"Baguslah, kau jadi tak bisa berinteraksi dengan mereka."
"Tapi ngomong-ngomong kenapa kau hanya diam?"
"Siapa yang diam? Suadah kulaporkan apa yang kulihat dan temui, tunggu saja, jika tak ada pergerakan berarti kalian sedang beruntung," ujarnya dengan senyum sekilas.
***
"Paman, ternyata napi di bawah laut itu sering dikunjungi kelompoknya dan mereka memiliki jalan rahasia di bawah air."
"Wow, kau sudah lapor ke Raja?"
"Sudah."
"Lantas?"
"Ya ... Terserah paman mau apa."
"Paman bukan lagi Raja, dan pada siapa Vaneri bicara? Ha?"
Bibir Seila maju seraya memainkan kerang-kerang di kasur.
***
"Hei nona kecil, apa Raja tak memberimu pekerjaan? Bukannya kerajaan sekarang sedang sibuk?"
"Kurasa mereka hanya menyibukkan diri, dan lagi ... sebaiknya kau mengkhawatirkan anggota kelompokmu, kau pasti sudah dengar kabarnya."
"Mereka lebih kuat dari pada yang kau duga."
"Begitukah?" Mata Seila lurus menatapnya. "Aku memiliki pertanyaan untukmu. "
"Silakan, aku tau kau kemari bukan untuk melihat-lihat."
"Apa kau ... Mencintai ibuku?"
"Pertanyaan apa itu? Hei, orang-orang di sana biasanya bertanya apa bahan ini? Benarkah kau bukan pelakunya? Di mana kau simpan mata para duyung? Mereka berfikir bahwa akulah yang melukai ibumu tapi kenapa kau malah berkata seperti itu?"
"Karena aku lebih mempercayai ibundaku, daripada perkataan mereka."
Mereka berdua sama-sama terdiam dan saling menatap.
"Baiklah, aku jawab kalau perasaanku sudah hilang sejak ibumu mengabaikanku waktu itu."
"Bukan kau yang melukai ibunda, tapi bukan berarti aku akan mempercayaimu. Dan bagus jika kau tak mencintainya, aku tak terlalu menyukaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI BAWAH LAUT (masa rehat)
FantasyJeruji bawah laut menyimpan rahasia para duyung yang menguasai lautan. Rahasia dibalik banyaknya kematian para duyung. Entah mengapa ada suatu kelompok yang ingin membebaskan orang yang tinggal di dalam jeruji. Hal ini membuat Raja duyung marah dan...