5. Kepingan Masa Lalu

15 3 14
                                    

Dua hari yang lalu saat di gua.

"Kalian pernah dengar cerita tentang kisah cinta antara manusia dengan putri duyung?"

"Itu dongeng anak kecil, cerita terkenal," tanggap Joni.

"Cerita terkenal? Hmm," Bondan bersandar di dinding, "kisah hiduku hampir mirip dengan cerita itu, sayangnya aku duluan yang jatuh cinta dengan perempuan itu," ia tersenyum, "tapi bagaimana kalau di akhir cerita si perempuan menghianati dan mencampakkannya? Itu akan menjadi cerita yang berbeda. Perempuan yang kunikahi itu berpaling. Dari awal dia sudah merencanakan pertemuannya denganku dan bersekongkol dengan Raja duyung untuk mencuri ramuan langka yang kubuat."

Joni menggelengkan kepala, "kasian, kasian, sakitnya pasti dobel dobel, mending cuma dicampakin," ia menggenggam bajunya berwajah simpati. Mulutnya selalu saja spontan mengeluarkan isi otaknya.

San menyenggol lengan Joni, meliriknya untuk tak berkata sembarangan.

"Kau bilang apa?"

"Ah, bukan apa-apa, lidahnya kegigit," jawab San mendahului, tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mereka kalau ia mendengarnya karena ia belum tau benar siapa mereka, "perempuan itu... seperti apa memangnya?"

"Dia, perempuan yang elegan, pintar dan kuat. Dia sering membawaku mengelilingi lautan dan memperkenalkanku ke banyak duyung disana, salah satunya Fay. Aku tak hanya mencintai dirinya saja, tapi lautan tempat tinggalnya juga, meskipun aku tak pandai berenang. Hoi, kalian, kuberi satu rahasia, jika kalian mencium seorang duyung kalian akan dengan mudah bernafas dan bergerak di dalam air, tak perlu pakai cincin segala."

"Oh," San dan Joni saling lirik tak tau bagaimana mereka harus merespon.

"Tapi aku tau kalian tak akan mau dicium Fay..."

"Kau gila apa?! Siapa juga yang mau!" suara Fay menggelegar mengagetkan mereka bertiga.

"E.. Jadi... Bagaiman kau bisa berakhir disini?" San mengalihkan pembicaraan ke awal, tak ingin mendengar kemarahan Fay berkelanjutan.

"Ah, itu, gak tau tuh, bangun-bangun udah disini."

"O."

"Setelah dia pergi tanpa kata dan membawa ramuanku kudengar ia menikah dengan Raja. Bukankah dia perempuan yang serakah menikahi dengan menikahi dua pria?" ia menghela nafas dalam, antara putus asa dan kesal.

"Sakitnya jadi tripel tripel, kok bisa dia masih hidup."

Kali ini San menginjak kakinya. Fay yang sebenarnya mendengar ucapan mereka hanya diam saja.

"Setelah dia melakukan hal buruk itu padaku, aku jarang sekali pergi ke laut. Tiga tahun berlalu. Lalu suatu hari Moji mengabariku kalau di laut terjadi banyak pembunuhan pada para duyung dan hal itu dikaitkan denganku. Mereka mengatakan aku ingin menguasai kerajaan duyung dan merenggut jantung para duyung untuk mendapatkan kekuatan. Siapa yang menerima jika kita dikabarkan buruk? Tidakkan? Tanpa berfikir panjang aku mendatangi kerajaan mereka, tak memperdulikan Moji yang menghalangiku, bahkan aku hampir membuatnya terluka," suaranya menyiratkan kesedihan dalam penyesalan, "kalian tau, sampai disana aku berharap bisa bertemu dengan perempuan itu, tapi fia tak menampakkan dirinya sama sekali. Mungkin akan lebih baik jika muncul di hadapanku dan mengataiku apa saja. Setidaknya aku akan merasa lega mendengar suara hatinya," suaranya tercekat, sejenak ia diam.

"Tapi ada yang membuatku lebih marah dari itu. Patnerku selam bertahun-tahun yang sangat aku percaya menusukku dari belakang, dia yang menyebarkan kabar buruk tentangku. Dia dan Raja membuatku terlihat seperti orang jahat yang haus kekuatan. Mereka menjadikanku kambing hitam dari perbuatan busuk mereka. Aku berhasil kabur bersama Moji, tapi tak semudah itu. Teman-tamanku yang lain menjadi target mereka juga. Aku tak pernah menyangka ria selicik rubah," dia memukul dinding disampingnya, menggertakkan gigi.

JERUJI BAWAH LAUT (masa rehat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang