4. Misi

24 2 0
                                    

Alunan not dari sebuah piano kecil di ruangan itu ikut berhenti. Seorang perempuan berambut pendek yang memegang gelas berjalan mendekati mereka dan mendekatkan wajahnya ke Joni.

"Jadi kalian yang dibicarakan Moji? lumayan untuk ukuran manusia," mata ungunya meneliti.

Merasa risih Joni berusaha mengeser kakinya mendekat ke San. Fay beranjak dari tempatnya berdiri dan duduk di kursi. Perempuan itu mengikutinya duduk.

"Kalian mau berdiri saja disitu? Kemari," perempuan itu menepuk tempat di sampingnya.

Mereka menghampiri dengan takut-takut karena semua mata masih mengawasi. Melihat tempat kosong di depannya, mereka duduk disana.

"Aku bilangkan disini, ngapai di situ?"

"Dea, jangan ganggu mereka," ujar laki-laki yang tadi memaikan piano, berdiri di belakang Dea.

"Hih, siapa yang ganggu, akukan cuma mau ngobrol," ia meletakkan gelasnya.

"Moji mana?" tanya anak laki-laki yang mengelus kepalanya karena pukulan perempuan di belakangnya yang berhasil merebut kembali bukunya.

Fay menguap, "di laut, mengambil Ijona."

"Ijona? Bukannya itu tumbuh di sekitar kerajaan? Kok malah pergi sendirian?" ujar Dea.

"Akan lebih aman jika sendirian daripada membawamu."

"He? Maksudmu aku akan mengacau?"

"Tepat sekali, kaukan tak pandai menyamar karena tingkahmu yang jelek itu."

"Hei!" Sebelum Dea menyambar rambut Fay orang di belakang menghentikan tangannya.

Dea menatap kesal Fay yang meliriknya.

"Kalian jangan membuat keributan di depan tamu seperti ini."

Fay memalingkan wajahnya acuh.

"Jadi kalian yang akan mengambil Holdic?" ujar lelaki berambut biru tua, duduk di dekat Joni.

Mereka berdua mengerutkan alis memandangnya bingung. Holic, ijona, dan apalah itu mereka tak mengerti apa yang dibicarakan. Mereka diberitahu bahwa merekalah kunci utama yang akan menjalankan rencana yang dibuat orang-orang di ruangan itu tapi banyak yang belum mereka ketahui tentang misi mereka.

'Sebenarnya mereka serius atau tidak menyuruh kami membantu mereka?'

"Tak mungkin, bagaimana bisa kalian belum tau? Kita akan berangkat hari ini," orang itu kemudian melirik Fay.

"Jangan salahkan aku, orang tua itu yang terlalu banyak omong sampai lupa hal yang harus dijelaskan."

"Setelah dari gua kau juga tak menjelaskan pada mereka?" ujar laki-laki berambut krem itu.

"Aku tak sempat, banyak kaki tangan Raja dimana-mana, bakal gawat kalau mereka terlihat bersamaku."

"Sudah kuduga akan jadi begini jika kau dan Bondan yang mengurus," ia duduk di samping Dea.

Ia menatap keduanya, "siapa nama kalian?"

"Aku Sandia, dan dia Joni."

"Kalian bisa panggil aku Rafi."

"Aku Dea," ujarnya dengan sok imut.

"Romy," lelaki berambut biru itu menyender di kursi.

"Aku Noa Sai, salam kenal," ujar si bocah dengan senyuman.

"Mia," ujar perempuan di belakang Sai dengan tangan menyilang di dada.

Rafi kembali menatap keduanya, "jadi seberapa banyak yang sudah kalian dengar?"

JERUJI BAWAH LAUT (masa rehat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang