22. Menjemput Dea (3)

8 2 0
                                    

Romy berhasil melumpuhkan beberapa duyung yang mengejarnya, tapi di belakang masih tersisa banyak dan bersiap menyerangnya. Ia membawa mereka ke karang dan padang rumput berpasir yang jauh dari perkotaan penduduk.

Ia menebas salah satu duyung yang berhasil menyerangnya. "Sial, banyak sekali mereka," keningnya berkerut, mencemaskan keadaan orang-orang di dalam istana. "Aku harus melakukan sesuatu."

Ia mengangkat tongkatnya tinggi dan memukulkannya keras ke tanah. Semburan pasir menyeruak lurus ke arah para penjaga, menghantam mereka semua. Rambut panjangnya sampai melayang ke atas terkena tiupan air. Seorang penjaga yang berhasil menghindar memutar ujung tongkatnya menciptakan pusaran air dan memukulnya. Romy menirunya dengan putaran yang berbeda. Dua pusaran bertabrakan dan saling berputar, menciptakan gerakan air yang tak seimbang di sekitarnya.

Sebelum terseret pusaran itu ia berbalik pergi menuju istana, tak memperdulikan kekacauan di belakang. Melaju cepat menyusuri batu karang dan rumput yang tinggi matanya terfokus ke depan.

~~

Senjata runcing itu menyabet ke arah kepala San. Sebelum terkena ia merendahkan tubuh dengan cepat dan membuat tendangan salto. Palo terjatuh ke samping. San mengambil kesempatan itu untuk kabur, ia harus menemukan Dea dan Joni segera. Tak terima dengan apa yang dilakukan San padanya tiba-tiba, dia memutar ujung tombaknya menciptakan pusaran air yang cepat dan memukulkannya ke arah San. Ia tertarik ke gelombang itu dan tubuhnya ikut berputar, susah mengendalikan pergerakannya sendiri. Pusaran itu lenyap bersama San yang terlempar menabrak dinding atap.

Ia jatuh dengan pelan, menapakkan satu tangannya ke tanah dan satunya memegangi punggung. Tubuhnya terasa remuk karena dinding itu memiliki banyak bagian yang menonjol, tak rata seperti rumahnya. Seumur hidup baru kali ini dilempar sedemikian keras. Umari mengerakkan kepalanya seperti mengatakan 'apa kau baik-baik saja?'.

"Setelah keluar dari sini sepertinya aku harus ke rumah sakit. Tulangku pasti retak semuakan? Iyakan?"

Belum sempat ia berdiri gelombang air dari ayunan senjata Palo menghempaskan tubuhnya. Rasanya seperti ombak di dunia nyata, matanya sampai terpejam menahan kuatnya gelombang. Berusaha membuka mata ia menancapkan pisaunya ke tanah agar tak ikut tergulung.

"Aku harus melawannya, tapi gimana caranya aku melawan makhluk cryptid? Dia tak bisa didekati. Tak ada jalan lain selain kabur," gumamnya menahan kuatnya air yang menyingkap rambut menjadi tersisir rapi.

Palo berenang mendekatinya dengan mengayunkan senjatanya itu berulang kali.

"Harusnya kugunakan pisau ini tadi, ah," menyesal karena sempat takut melukai lawannya. "Hei, kau bisa melakukan sesuatu sebelum dia benar-benar berdiri di depanku?" tanyanya dengan nada menyuruh pada Umari.

Ia melepaskan genggamannya pada San. Makhluk itu sama sekali tak terpengaruh dengan gelombang dan dan berenang layaknya tak ada hambatan.

"Tau gitu kusuruh kau melawannya dari awal."

Dengan gesit makhluk kecil itu menyusup di balik ekor Palo dan menyayatnya. Gelombang pun berhenti dan San bisa berdiri.

"Sial!" Ia menancapkan senjatanya pada Umari berulang kali, tapi makhluk itu menghindar dengan mudah.

Beberapa kali tubuh Palo tersayat dengan duri-duri kecil itu, ia pandai menyelinap. Tanpa menunggu lebih lama San berpaling pergi duluan sebelum Palo menghalangi lagi.

~~

Joni terperanjat dan langsung menangkap Dea yang terjatuh. Matanya terbelalak lebar melihat ekor Dea yang tertancap senjata Vem.

"Tak mungkin aku membiarkan kalian pergi semudah itu," ujarnya merenggangkan otot leher. "Padahal aku sudah menahan untuk tak membunuh kalian, tapi kalian selalu membuatku jengkel."

JERUJI BAWAH LAUT (masa rehat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang