CHAPTER 1

4.6K 290 10
                                    

"Akhirnya....."
Yuki tersenyum lebar saat dirinya resmi selesai training dan resmi menjadi sekretaris salah satu divisi di perusahaan. Itu artinya gajinya akan mengalami kenaikan dari lima juta menjadi tujuh juta. Itu artinya Yuki bisa menghasilkan uang lebih banyak lagi untuk membantu ibunya dalam membiayai kebutuhan keluarganya.

Hari ini merupakan hari pertama Yuki bekerja di perusahaan. Ia resmi menjadi sekretaris divisi keuangan mikro setelah ditraining selama satu bulan penuh.
Yuki dengan penuh semangat mengerjakan dan menyelesaikan seluruh pekerjaannya, dengan baik dan benar. Yuki bertekad untuk bekerja dengan baik dan maksimal supaya ia tetap bisa bertahan di perusahaan itu.
Yuki bisa dibilang berasal dari keluarga golongan ekonomi bawah. Ia beserta keluarganya tinggal di rumah kontrakan biasa. Ayahnya sudah meninggal, jadi ibunya yang banting tulang untuk menafkahi keluarga. Pekerjaan ibunya yang seadanya tentu menghasilkan uang yang seadanya atau bahkan kurang dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Hal tersebut jelas membuat Yuki terpacu untuk mencari pekerjaan segiat mungkin sampai akhirnya ia mendapat pekerjaan di perusahaan besar dengan gaji lumayan besar bagi orang kecil sepertinya. Yuki juga tidak menyangka. Namun, ia mensyukurinya. Dengan begitu, ia bisa membantu ibunya.

-

Beberapa hari dilewati Yuki dengan baik. Hari ini merupakan hari pertama di minggu kedua Yuki bekerja. Yuki bersama sekretaris lain yang berjumlah 11 orang, termasuk dirinya, dipanggil pimpinan untuk melakukan evaluasi pekerjaan.
Bagi Yuki, ini merupakan pengalaman pertama, sedangkan bagi sekretaris lain, mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Walaupun begitu, para sekretaris tak bisa menyembunyikan ketakutan mereka. Mereka mengatakan bahwa pimpinan sangat galak dan perfeksionis. Jadi, semuanya harus sempurna.

"Kak Nasya, apa setiap evaluasi selalu gini?" tanya Yuki pada Nasya Marcella yang merupakan sekretaris keuangan makro. Tempat mereka berdekatan karena keuangan makro dan mikro saling terkait.
Nasya tersenyum hangat, "iya. Padahal udah sering kayak gini, tapi semuanya tetep aja takut ngadepin ginian." jelas Nasya manis.
Yuki tersenyum manis, ia kagum dengan Nasya yang begitu kalem dan lembut. Bagi Yuki, Nasya adalah pribadi yang paling baik di antara sekretaris lain.
"Nggak semuanya takut deh kayaknya." Yuki melirik seorang sekretaris bagian pemasaran. Dia adalah Ariel. Ariel terlihat tenang dan santai, tidak seperti sekretaris lain
Nasya terkekeh kecil, "dia kan punya tameng, Yuk." canda Nasya iseng.
Yuki mengerutkan dahinya bingung, "tameng?" celetuk Yuki menatap Nasya kebingungan.
Nasya tersenyum saja. Namun tak lama, Yuki menyadari apa yang dimaksud Nasya. Yuki refleks tertawa kecil, "serius kak? Jadi, secara nggak langsung pak Stefan itu suka cewek yang kayak gitu dong?" tanya Yuki dengan suara berbisik sembari melirik Ariel.
Nasya refleks tertawa mendengar pertanyaan polos Yuki, "ya, gue mana tau, Yuk. Gue sih cuman nebak aja. Abis dia dari dulu emang nggak pernah takut. Dia juga ngebet sama pak Stefan." balas Nasya santai, "udah ah, nanti lagi ngobrolnya, nanti kalo ketauan ngobrol, bisa abis kita." lanjut Nasya manis.
Yuki mengangguk paham dan patuh meresponnya.

Yuki menarik napasnya dalam ketika Nasya kembali dari ruangan sang pimpinan. Itu berarti kini tiba giliran Yuki untuk masuk ke ruangan tersebut, ke ruangan sang pimpinan.
"Semangat!" Nasya tersenyum secerah mungkin. Ia berusaha menyemangati Yuki.
"Makasih, kak." jawab Yuki tersenyum kaku lalu beranjak dari duduknya. Ia perlahan keluar dari bilik tempat kerjanya lalu menuju ruang pimpinan yang ada di tengah. Jadi, di luar ruang pimpinan, terdapat bilik kerja para sekretaris, masing-masing lima bilik di sisi kanan dan kiri ruang pimpinan.

Tiba di depan ruangan, Yuki menarik napasnya dalam berkali-kali. Perlahan namun pasti, Yuki mengetuk pelan pintu ruangan itu. Tak lama, terdengar suara dari dalam ruangan. Yuki pun makin gugup saja. Ia dengan perlahan membuka pintu ruangan lalu masuk ke dalamnya.
"Permisi, pak Stefan." sapa Yuki canggung. Yuki sebenarnya bingung harus bagaimana karena ia belum bertanya-tanya kepada Nasya atau sekretaris lain yang berpengalaman. Yuki jadi menyesal tidak menanyakan hal-hal apa saja yang harus ia lakukan untuk evaluasi.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang