Dufan.
Sabtu ini, Stefan dan Yuki akhirnya pergi ke dufan. Mereka kini telah sampai di dufan. Stefan mengenakan atasan kaos dan bawahan celana chino selutut dengan sneakers. Yuki mengenakan atasan kaos hitam dengan bawahan celana jeans di atas lutut dengan sneakers.
"Stefan..." tegur Yuki malu ketika Stefan memegang tangannya. Mereka masih di area parkiran mobil.
"Kenapa sih?" tanya Stefan bingung.
"Nggak usah pegangan." Yuki menarik tangannya lembut.
"Okay." Stefan mengiyakan dengan santai, "jalan lagi yok." ajak Stefan.
Yuki mengangguk antusias lalu berjalan berdampingan dengan Stefan memasuki area dalam dufan.-
Mereka tanpa basa-basi langsung menaiki wahana yang ada, dari yang ringan sampai berat. Mereka hanya bisa menaiki beberapa wahana karena pada hari sabtu, dufan banyak dikunjungi. Jadi, mereka lebih lama menghabiskan waktu untuk mengantri daripada menaiki wahana. Meski bagitu, Stefan dan Yuki tetap menikmati liburan mereka. Mereka merasa sangat senang bisa bertamasya bersama.
"Kalo hari libur gini emang nggak enak, paling cuman bisa naik beberapa wahana." celetuk Yuki ketika ia dan Stefan sedang mengantri wahana halilintar.
"Emang lo biasanya ke dufan hari kerja?" tanya Stefan dengan senyuman tipis.
"Ya, pas jaman kuliah sih. Kalo udah kerja, mana bisa." balas Yuki seadanya.
"Ngantrinya bisa dua jam, naiknya nggak sampe semenit. Ckck." oceh Yuki.
Stefan terkekeh atas kebawelan gadisnya, "kita tadi harusnya ambil fast track biar cepet." balas Stefan santai.
"Nggak asik." balas Yuki seadanya.
Stefan tersenyum saja. Yuki benar-benar beda dari wanita-wanita sebelumnya. Gadis ini benar-benar masih kekanakan dibanding gadis-gadisnya dulu. Itu semua terbukti dari penampilannya. Pembeda lainnya adalah Yuki tidak manja akan keadaan. Gadis itu kuat berdiri lama dan berpanas-panasan tidak seperti gadis lain. Stefan yang sudah berpengalaman berkencan dengan banyak wanita jelas mampu mengenali perbedaan itu.
"Lo nggak capek?" tanya Stefan basa-basi. Mereka sudah berdiri setengah jam demi menaiki wahana halilintar.
"Capek sih tapi biasa aja." balas Yuki tersenyum santai.
"Eh iya, lo kok tumben pake kalung?" celetuk Stefan. Ia sebenarnya sudah sadar kalau Yuki mengenakan kalung, namun ia baru sempat menanyakannya sekarang.
Yuki melirik sebentar kalungnya, "emang kenapa? Nggak boleh?" tanyanya bingung.
"Nanya doang." jawab Stefan.
"Baru beli ini." balas Yuki tersenyum manis.
"Bagus, Ki." Stefan ikut tersenyum manis.
"Makasih." balas Yuki tetap tersenyum.
"Gue berasa muda lagi deh jadinya." celetuk Stefan dengan senyuman lepas.
Yuki terkekeh lucu, "cieee nyadar ya sekarang kalo udah tua." Yuki dengan sengaja meledek kekasihnya.
"Gue emang sadar kok." balas Stefan nampak santai-santai saja.
Yuki tertawa lepas, "masa sih? Kemaren-kemaren enggak." balasnya tetap meledek.
Stefan tersenyum ketika memandangi gadisnya yang tertawa lepas. Gadisnya yang begitu ceria, gadisnya yang mampu menularkan mood bagus bagi dirinya.
Yuki menghentikan tawanya saat menyadari bahwa Stefan memandanginya.
"Stefan, kenapa sih?" tanya Yuki jelas merasa risih dipandangi seperti itu.
"Gpp." balas Stefan seadanya dengan senyuman tipisnya.
Yuki mengangguk paham. Keduanya pun terus mengantri sampai bisa menaiki wahana halilintar tersebut.Seusai menaiki wahana halilintar, Yuki mengajak Stefan untuk menaiki wahana kora-kora. Antrian kora-kora cukup cepat sehingga Stefan dan Yuki tidak perlu mengantri lama. Yuki nampak menikmati wahana tersebut namun tidak untuk Stefan. Pria itu terlihat tidak nyaman.
"Stefan, lo kenapa?" tanya Yuki cemas saat mendapati Stefan nampak agak lemas seusai menaiki wahana kora-kora.
"Gpp." balas Stefan seadanya. Pria itu berusaha tersenyum dan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Apanya yang gpp?" protes Yuki galak.
Stefan beralih duduk dekat pohon. Pria itu masih terlihat lemas.
"Gue nggak biasa naik wahana itu." ujar Stefan seadanya.
"Nggak biasa?" tanya Yuki kebingungan. Gadis itu ikut duduk di sebelah Stefan.
"Iya, nggak biasa. Gue nggak pernah bisa aja nikmatin wahananya." jelas Stefan.
"Lo bilang dong harusnya." Yuki mengoceh. Ia jadi merasa tidak enak.
"Gue kira gue bakal nikmatin karena ada elo, tapi ternyata masih enggak." jawab Stefan seadanya.
"Yeee, alesan aja. Mana bisa kayak gitu." balas Yuki mencibir lalu mengeluarkan sebuah botol minum dari tas ranselnya.
"Nih minum." Yuki menyodorkan botol minumnya dengan penuh perhatian.
Stefan mengambilnya lalu membuka tutup botolnya, "nyentuh nggak?" tanya Stefan sebelum minumnya.
"Terserah lo." balas Yuki seadanya.
Stefan agak menghela napasnya akan jawaban Yuki. Ia pun meneguk minuman Yuki dengan menyentuh mulut botolnya.
"Minum yang banyak." jelas Yuki saat Stefan meneguk sedikit saja.
Stefan menurut lalu kembali meneguk minuman air putih tersebut.
Yuki tiba-tiba saja pergi menuju warung dekat situ lalu kembali dengan sebotol minuman rasa jeruk.
"Ini. Biar seger." Yuki memberikan sebotol minuman jeruk tersebut pada Stefan.
Stefan tersenyum tipis memandangi gadisnya. Yukinya benar-benar baik dan perhatian, Stefan membatin. Pria itu menerima saja pemberian Yuki.
Stefan langsung membuka tutup botol minuman jeruk itu lalu meminumnya. Ia merasa lebih segar setelah meminumnya.
"Makasih ya." ucap Stefan tulus pada Yuki yang masih berdiri di hadapannya.
"Iya." balas Yuki seadanya dengan senyuman tipis. Ia kembali duduk di sebelah Stefan.
"Lain kali, lo bilang ya kalo misalnya lo nggak bisa naik wahana apa gitu, jangan diem aja." Yuki bersuara.
"Kan kasian elonya." lanjutnya perhatian.
"Iya, maaf ya. Gue cuman nggak mau lo jadi nggak seneng karena nggak bisa naik wahana yang lo pengen." balas Stefan. Pria itu nampak masih lemas.
Yuki menghela napasnya, "gue lebih nggak seneng kalo lo kayak gini." balas Yuki.
"Lo mau naik wahana apa lagi sekarang?" tanya Stefan berusaha penuh agar terlihat sudah baik-baik saja.
"Lo aja masih lemes." Yuki mencibir.
"Nggak kok." Stefan berpura-pura menunjukkan semangatnya.
"Please ya, lo jujur dan terbuka dong." Yuki mengoceh kesal.
"Lo ngertiin gue banget ya." balas Stefan dengan senyuman seadanya.
"Ngeselin ya." protes Yuki agak merengut.
"Lo nggak laper, Ki? Kita langsung makan yuk." jelas Stefan.
"Terserah lo." balas Yuki seadanya sembari mengeluarkan ponselnya dari tas. Yuki mengeluarkan ponselnya dengan tujuan untuk mengetahui pukul berapa sekarang. Pukul dua siang, batin Yuki.
"Makannya nanti aja kalo udah mau pulang." celetuk Yuki.
"Kenapa?" tanya Stefan menautkan alisnya.
"Gue kalo dah makan berat nanti nggak bisa naik wahana lagi." jelas Yuki.
"Oh yaudah, naik sekarang aja." balas Stefan mengusulkan.
"Lo makan dulu aja deh." balas Yuki berubah pikiran. Gadis itu merasa tak tega melihat kondisi Stefan yang nampak lemas dan tidak berenergi.
"Ayok." ajak Yuki langsung berdiri lagi. Ia lalu memasukkan botol minumnya ke tas.
"Yaudah." Stefan mengiyakan.
Keduanya pun beranjak menuju tempat makan yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSSYFRIEND
RomanceStefan William Yuki Kato Yuki, seorang lulusan baru, merasa senang ketika mendapat pekerjaan pertamanya dengan gaji yang lumayan besar bagi orang kecil sepertinya. Tetapi, rasa senangnya tidak bertahan lama ketika ia harus menghadapi dunia kerja yan...