CHAPTER 19

875 98 9
                                    

Selesai mandi dan berganti pakaian di kamar mandi, Yuki membereskan perlengkapan mandinya kembali ke dalam koper. Setelah semua beres, Yuki menghampiri Stefan yang nampak fokus bekerja di balik laptopnya. Yuki takjub akan keseriusan Stefan dalam bekerja, pria itu sampai tidak menyadari kehadiran Yuki di sekitar.
"Gila kerja banget lo, Stef." sindir Yuki akhirnya setelah lama berdiri di samping Stefan.
Stefan menoleh dengan wajah terkejut, "sejak kapan lo di sini?" tanyanya masih kaget dan bingung.
"Ckck." Yuki berdecak menyindir, "gue juga nggak tau sejak kapan di sini." lanjutnya masih menyindir.
Stefan tersenyum kikuk menanggapi sindiran Yuki.
"Masih mau lanjut kerja?" tanya Yuki agak tajam.
Stefan melirik jam tangannya sekilas. Pukul dua belas siang. Stefan langsung menyimpan pekerjaan terakhirnya dan mematikan laptopnya. Ia kemudian beranjak dan menggenggam hangat tangan Yuki.
"Yuk makan." ajak Stefan.
Yuki mengangguk mengiyakan. Stefan dan Yuki kemudian bersiap terlebih dahulu sebelum keluar untuk makan siang.

-

Selepas makan siang, Stefan dan Yuki kembali ke kamar.
Tadi itu hanya makan siang biasa. Yuki membatin kecewa seusai makan siang. Ia bukan kecewa dengan menu makan siang yang dimakannya, tapi ia agak kecewa karena Stefan tidak memberikan perayaan ulang tahunnya di sana.
"Lo udah pesen tiket pulang?" tanya Yuki yang kini duduk-duduk di pinggir kaki ranjang.
"Udah. Gue pesen jam enam sore, gpp kan?" tanya Stefan sembari mengubek kopernya seakan mencari sesuatu.
"Iya gpp." jawab Yuki setuju.
Tak lama, Stefan muncul dengan sebuah kamera profesional miliknya.
"Lo bawa kamera? Tumben banget." ucap Yuki penasaran.
Stefan tersenyum tipis lalu meletakkan kameranya di atas lemari ramping tempat TV. Dia meletakkan kameranya di sebelah TV. Kamera itu ia arahkan ke sofa yang ada di seberang meja.
"Lo mau ngapain?" tanya Yuki makin penasaran.
"Gue mau kasih kue kan." jawab Stefan santai. Yuki tersenyum aneh meresponnya.
Stefan melangkah ke arah kulkas di pojok ruangan yang merupakan dapur mini kamar hotelnya. Ia mengambil sesuatu dari kulkas lalu meletakkanya di meja depan sofa.
"Lo nggak mau bantu gue nata kuenya?" tanya Stefan terlihat agak ribet. Ia duduk di sofa sembari berusaha menyiapkan kue tersebut.
"Kan lo yang mau kasih kue ke gue, masa gue bantuin lo siapin kuenya." Yuki mencibir sembari melangkah ke arah sofa dan duduk di sana.
Stetan tertawa ringan, "oke oke, kalo berantakan gpp ya." balas Stefan.
Yuki berdecak dan akhirnya membantu Stefan menyiapkan kue beserta lilinnya.
Setelah kuenya siap, Stefan menyingkirkan plastik kue ke kolong meja dan kemudian menyalakan lilinnya.
"Gue harus nyanyi?" tanya Stefan bercanda.
Yuki ikut tertawa, "lo udah rekam?" tanya Yuki melirik kamera Stefan.
"Udah dari tadi." jawab Stefan tersenyum lebar.
"Yah, gue nggak sadar lagi." balas Yuki protes.
"Ini kan cuman buat kita." respon Stefan.
"Yaudah deh." Yuki mengiyakan dengan pasrah. Jantungnya berdebar cepat menanti perayaan kecil ulang tahun yang diberikan Stefan.
Stefan menarik napasnya pelan lalu menyanyikan lagu happy birthday untuk Yuki. Yuki berusaha tidak tertawa mendengarnya karena ini pertama kalinya ia mendengar Stefan bernyanyi.
"Sekarang make a wish terus tiup lilinnya ya." ucap Stefan seusai bernyanyi dengan segenap hati.
Yuki menurut lalu memejamkan matanya sekitar setengah menit. Yuki kemudian membuka matanya perlahan lalu meniup lilinnya.
"Yeaaayyy.." Stefan berseru senang lalu menaruh kembali kue itu di meja. Stefan beralih fokus pada Yuki. Ia perlahan menggenggam kedua tangan Yuki dan menatap dalam gadisnya itu.
"Happy birthday Yuki. Selamat menempuh umur 22 lo." ungkap Stefan tulus.
"Makasih, Stefan." respon Yuki yang tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia terus tersenyum karena perasaan bahagia.
"Semoga lo sehat terus. Semoga lo sukses terus dalam kerjaan lo apapun itu. Semoga lo bahagia terus dalam hidup. Semoga yang terbaik selalu dateng dalam hidup lo dan keluarga." Stefan berucap tulus lalu jeda sebentar seakan berpikir.
"Semoga lo makin cantik dan baik." Stefan terkekeh kecil sesaat usai mengucapkannya, "semoga lo terus sayang sama gue dan semoga lo berjodoh sama gue." lanjut Stefan penuh harap.
"Amin..." balas Yuki tersenyum mendengar semua ucapan dan doa Stefan. Ketulusan Stefan menyentuh hatinya yang terdalam. Hatinya terenyuh, perasaannya terharu. Tanpa sadar, matanya berkaca-kaca.
"Kok lo malah nangis?" tanya Stefan tersenyum geli dan bingung. Tangannya beralih mengusap lembut pipi Yuki.
Yuki tersenyum lalu mengusap matanya agar tidak berkaca-kaca, "makasih banyak ya, Stef, buat semuanya. Gue sayang sama lo." ungkap Yuki yang tidak bisa menahan diri untuk menunjukkan perasaan cintanya.
"Gue lebih sayang sama lo, Ki." balas Stefan dengan sungguh-sungguh. Ia dan Yuki saling menatap penuh rasa cinta.
Stefan perlahan mendekatkan wajahnya. Stefan mencium area wajah Yuki mulai dari keningnya, kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, dan dagunya.
Yuki terpaku diperlakukan seperti itu dan hanya bisa memejamkan matanya saat menerima perlakuan dan tindakan Stefan. Jantung Yuki terus berdebar cepat, ini adalah yang pertama kali baginya ketika Stefan mencium hampir seluruh area wajahnya.
Setelah memberi ciuman ringan di area wajah Yuki, Stefan membawa Yuki ke dalam dekapan hangatnya. Stefan memeluk Yuki lembut dan tulus dengan mata terpejam.
Yuki perlahan membuka mata dan membalas pelukan Stefan. Ia dan Stefan berpelukan lumayan lama seakan saling menumpahkan perasaan masing-masing.
Setelah lama berpelukan, Sefan perlahan melepaskan pelukannya. Stefan tersenyum lepas sedangkan Yuki tampak tersenyum malu dengan menggigit bibir dalamnya.
"Tumben lo ngerekam?" tanya Yuki berusaha membuat topik baru. Yuki tak mau terlarut dalam suasana canggung seperti itu.
"Buat kenangan aja. Gue bisa liat kan kalo nanti gue udah kangen parah sama lo. Soalnya kan sekarang pacar gue sibuk banget, jadinya gue suka kangen." jawab Stefan menggoda.
Yuki tertawa geli mendengarnya, "emang gue sesibuk itu? Harusnya elo yang lebih sibuk, soalnya kan lo atasan." balas Yuki membela diri.
"Gue juga bingung kenapa bawahan ini jadi lebih sibuk daripada gue." balas Stefan meledek dengan nada sombong.
"Bawahan? Songong banget." respon Yuki dengan mata memicing namun diakhiri tawa kecilnya.
"Lo nggak mau potong kue?" tanya Stefan melirik kue yang terletak di meja.
"Mau dong." jawab Yuki bersemangat, "oh iya, abis ini kita ke mana?" tanya Yuki antusias. Yuki yakin jika Stefan sudah punya rencana sebelum pulang.
"Gue mau ajak lo ke pantai. Lo mau?" tawar Stefan.
"Mau mau mau." jawab Yuki sangat bersemangat.
Stefan terkekeh melihatnya.
"Tapi nanti masih sempet beli oleh-oleh makanan sebelum pulang?" tanya Yuki memastikan.
"Sempet kok, tenang aja." balas Stefan santai.
"Oke deh." Yuki tersenyum lebar dan bersemangat. Yuki kemudian memotong kuenya. Ia dan Stefan pun menikmati aktivitas makan kue sebentar sebelum pergi ke pantai.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang