CHAPTER 10

2.7K 202 14
                                    



Kevin sudah kembali, Yuki bersiap makan, Stefan masih menemani Yuki.
"Eh, Wilona lagi otw ke sini." celetuk Kevin panik yang langsung membuat Stefan panik juga. Kevin baru saja membuka chat dari Wilona.
"Serius?" tanya Stefan cemas.
"Beneran." balas Kevin penuh penekanan.
"Gue harus pergi kan?" tanya Yuki lirih. Ia berbicara tepat sebelum Stefan berbicara. Suasana kamar menjadi sangat hening.
Yuki menutup sekotak makanannya lalu menaruhnya di meja hadapan sofa.
'Yuki, ayo tahan dirimu. Jangan cengeng.' Yuki berusaha berbicara kepada dirinya sendiri dalam hati.
Yuki menunduk dalam. Ia benar-benar tidak bisa jika tidak menangis.
"Kenapa gue yang harus pergi?" tanya Yuki terdengar begitu terluka.
"Yuki..." panggil Stefan merasa bersalah.
Yuki perlahan mengenakan tas selempangnya lalu berdiri. Gadis itu nampak enggan menatap Stefan.
"Gue anter ya, Yuk?" tawar Kevin sebelum Yuki keluar dari sana.
"Nggak." tolak Yuki tajam.
"Di luar ujan deres tapi." balas Kevin lembut sembari menghampiri Yuki. Kevin sudah menganggap Yuki sebagai adiknya sendiri.
"Gue bisa pulang sendiri." ucap Yuki sangat lirih. Ia mati-matian untuk menahan segala air matanya yang hendak jatuh.
Kevin mendesah pasrah ketika Yuki pergi begitu saja meninggalkan mereka.
"Lo keterlaluan, Stef." ucap Kevin kecewa. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, di sebelah Stefan.
"Lo harus pilih secepatnya. Kalo nggak, lo akan terus menyakiti Yuki tanpa menyakiti Wilona." jelas Kevin berat.
Stefan memejamkan matanya lelah, dadanya terasa sesak melihat kepedihan dan keperihan di mata Yuki terlebih suaranya, gadis itu terlihat sangat terluka.
"Ini susah, Kev." balas Stefan berat. Ia menatap kosong ranjangnya.
"Susah karena lo egois. Lo mau dua-duanya kan?" tanya Kevin tajam.
"Enggak. Gue cuman bingung aja." balas Stefan menghela napasnya.
"Lo bisa ambil keputusan bisnis yang berat, tapi kayak ginian? Ckck." Kevin berdecak heran sekaligus kesal.
"Keputusan bisnis itu cuman mikirin untung sama rugi, terus risiko sama hasil. Beda sama cinta, keputusannya bukan karena untung rugi. Tapi karena hati." Stefan menjelaskan dengan berat.
"Pokoknya, lo keluar dari nih rumah sakit, lo harus ambil keputusan." tegas Kevin.
Stefan menoleh, "gimana cara terbaik buat milih?" tanya Stefan putus asa.
"Entah. Gue nggak pernah ada di posisi lo." balas Kevin cuek.
"Gue bakal ambil keputusan secepatnya." Stefan berucap lirih.
"Bagus." balas Kevin seadanya.

-

"Gimana? Lo udah memutuskan?" tanya Kevin pada Stefan setelah rapat berdua di ruang kerja Stefan.
Hari itu hari Rabu, hari pertama Stefan masuk ke kantor.
"Entah." balas Stefan seadanya.
"Stefan, lo harus putusin siapa yang lo pilih." seru Kevin gregetan.
"Gue pilih Yuki sepertinya." ucap Stefan.
"Kenapa lo pilih dia?" tanya Kevin.
"Kepo. Eh iya, elo nanti usahain ya Yuki pulangnya telat biar gue bisa ngomong sama dia di sini." balas Stefan.
"Hari ini? Oke lah." Kevin mengiyakan.
"Semoga keputusan lo yang terbaik ya. Gue harap semoga lo cepet nikah sama Yuki." lanjut Kevin.
Stefan terkekeh, "Yuki masih muda banget tau. Dia mana mau dinikahin cepet, dia udah pernah bilang kalo dia nggak bakal mau dinikahin cepet." ungkap Stefan.
"Terus gimana? Kalo lo gagal lagi, gimana? Gila lo bisa nggak nikah-nikah nanti." balas Kevin heboh namun cemas.
"Doain aja yang terbaik." balas Stefan nampak tenang.
"Oke." Kevin mengangguk paham.

-

Sorenya.
Yuki terpaksa lembur atas perintah Kevin. Ia lembur sampai sekitar jam enam sore.
"Ki, kita bisa ngomong bentar?" celetuk Stefan pada Yuki yang sedang membereskan barang-barangnya.
Yuki tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat sosok Stefan di dekat bilik kerjanya. Ia bahkan sampai menjatuhkan beberapa barang yang hendak ia masukkan ke tasnya.
Stefan tersenyum tipis lalu berjongkok untuk mengambil barang-barang Yuki yang berjatuhan lalu memasukkannya ke tas Yuki. Yuki sendiri hanya bisa diam.
"Mau ngomong apa?" tanya Yuki datar.
"Ada pokoknya." balas Stefan manis.
"Oke." Yuki mengiyakan saja. Sejujurnya, hari ini ia agak kurang enak badan sehingga ia malas mengeluarkan tenaga lebih untuk menolak Stefan, jadi Yuki mengiyakannya saja.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang