Esok minggu.
Yuki berjalan canggung menyusuri area hotel. Di lobby dasar, Yuki telah diperkenankan masuk oleh pihak hotel, sehingga dirinya kini menyusuri area hotel menuju ruangan yang dimaksud Stefan yang menjadi tempat acara.
Yuki yang awalnya percaya diri langsung minder ketika ada tamu lain yang baru datang. Mereka mungkin adalah sepasang kekasih atau suami istri. Keduanya tampak serasi. Yuki fokus memandang si wanita yang nampak elegan dan cantik dengan gaun mewah disertai riasan dan dandanan mewah. Melihat wanita itu, Yuki jadi minder sendiri akan penampilannya yang jelas sangat jauh dari wanita itu. Yuki tak bisa membayangkan bahwa dirinya ada di tengah-tengah orang berada dengan penampilan berkelas. Yuki lebih baik pulang daripada mempermalukan dirinya.
Hari itu, Yuki mengenakan dress pink berlengan dengan panjang selutut dengan flatshoes pink. Yuki sendiri telah berdandan sebaik mungkin. Dandanannya bahkan lebih niat daripada dandanan saat ke kantor. Untuk rambutnya, Yuki menatanya seorang diri dengan mengepang kecil lalu mengikatnya supaya lebih rapih.
Bagi Yuki, itu adalah penampilan dan dandanan terbaiknya. Ia benar-benar mempersiapkan dirinya untuk hari ini. Ia mengenakan pakaian terbaik serta merias dirinya sebaik mungkin. Tapi ternyata, jika dibandingkan dengan orang lain, penampilan Yuki itu tidak ada apa-apanya, mungkin bisa dibilang penampilan terburuk dari antara tamu yang ada."Ki..."
Ketika Yuki hendak berbalik untuk pulang. Stefan tiba-tiba muncul di pintu masuk dan memanggilnya. Pria itu segera menghampiri Yuki.
Yuki memejamkan matanya sesaat. Ia benar-benar makin minder ketika Stefan datang menghampirinya. Stefan pasti malu akan dirinya. Stefan mungkin saja menyuruhnya pulang karena Yuki tidak berpenampilan mewah seperti tamu lain.
"Ayok masuk." ajak Stefan tersenyum manis. Pria itu seperti biasa mengenakan setelan jas dan celana yang senada dengan dalaman kemeja. Stefan berpenampilan elegan dan tampan seperti biasanya. Stefan benar-benar dewasa. Pria itu terlihat sebanding dan sama jika dibandingkan dengan sosok tamu pria yang Yuki lihat tadi.
"Eum..." Yuki menggigit bibir dalamnya gugup. Ia bingung harus bagaimana.
Stefan tiba-tiba saja memandangi penampilan Yuki dari atas ke bawah. Yuki langsung minder ketika Stefan memandangi penampilannya.
"Gue pulang aja ya, Stef." ucap Yuki kikuk.
"Kenapa?" tanya Stefan bingung.
"Gue... gue... tiba-tiba nggak enak badan." jawab Yuki berbohong.
Stefan memicingkan matanya ketika menyadari ada gelagat aneh dari gadisnya, "kalo gitu, gue anter pulang." ucap Stefan.
"Eh, jangan." cegah Yuki cepat.
"Acaranya masih lanjut dan elo tamunya kan. Gue pulang sendiri aja." lanjut Yuki dengan senyuman gugupnya.
Stefan tiba-tiba menempelkan punggung tangannya pada kening Yuki lalu pada lehernya. Yuki yang gugup karena diperlakukan seperti itu jadi tidak bisa memberi penolakan.
"Gue tau lo bohong." ucap Stefan seusai menarik balik tangannya.
Yuki menghela napasnya gugup.
"My little girl, lo kenapa sih? Ayok kita masuk." ajak Stefan sangat lembut.
"Yaudah deh." jawab Yuki mengiyakan dengan pasrah.
Stefan pun hendak berjalan duluan seperti biasa karena Yuki tidak pernah mau digandeng. Entah kenapa, Yuki sekarang sangat ingin sekali digandeng. Yuki jadi menyesali penolakannya dulu terhadap Stefan yang ingin memegang tangannya.
"Stefan." panggil Yuki pada Stefan yang sudah dua langkah di depannya.
Stefan menoleh dan menghampiri Yuki, "ya?" balasnya dengan alis tertaut.
"Pegang tangan gue." kata Yuki kikuk. Ia memberikan tangannya ke hadapan Stefan.
Stefan tersenyum heran, "hmmm tumben." ucapnya lalu meraih dan memegang tangan mungil Yuki.
Yuki refleks tersenyum manis ketika tangan Stefan memegangnya. Hangat, batinnya.
"Udah kan. Kita masuk ya sekarang." ucap Stefan lalu membawa Yuki memasuki ruangan tersebut.
Yuki menatap Stefan dalam. Ia senang sekali ketika Stefan dengan santai menggandengnya. Stefan seakan tidak malu akan penampilannya. I love you Stefan, Yuki membatin dalam hati.-
Sesampainya di dalam, Yuki langsung terpana akan ruangan tersebut. Ruangan tersebut sangat luas dan didekorasi dengan sangat mewah. Begitupun dengan orang-orang di dalamnya. Tamu-tamu yang begitu berkelas. Pelayan, pramusaji, dan pekerja lain yang nampak profesional.
"Acaranya udah masuk makan siang." celetuk Stefan sembari terus membawa Yuki menyusuri ruangan itu lebih dalam.
"Ini acara apa, Stef?" tanya Yuki ingin tahu.
"Acara bisnis. Pertemuan bisnis." balas Stefan seadanya. Bersamaan dengan jawabannya, Stefan akhirnya sampai pada mejanya. Ia segera mengajak Yuki untuk duduk di sana.
"Ki." panggil Stefan pada Yuki yang sibuk memandangi area sekitarnya.
Yuki menoleh dan menautkan alisnya dengan senyuman tipis.
"Elo cantik banget." puji Stefan dengan sungguh-sungguh. Ia duduk bersebelahan dengan Yuki. Dengan posisi duduk Yuki yang menyamping yang menghadap Stefan, Stefan jadi bisa memandangi Yuki lebih puas.
Wajah Yuki lantas memerah ketika dipuji seperti itu, "apaan sih, Stef." balasnya canggung dan salah tingkah.
"Lo beneran cantik banget." puji Stefan untuk kedua kalinya. Tatapannya nampak memuji pada kecantikan wajah Yuki.
Yuki tersenyum malu dengan wajah yang makin memerah, "makasih, Stef." jawab Yuki tetap salah tingkah.
Stefan tersenyum melihat kegugupan Yuki, "lo udah makan?" tanya Stefan lembut.
"Belom sih." jawab Yuki sembari berusaha meredakan kegugupannya.
"Makan yuk." ajak Stefan.
"Ayuk." Yuki mengiyakan saja.
Stefan langsung membawa Yuki menuju meja katering yang berisi banyak menu makanan. Tak lupa, Stefan terus memegang lembut tangan Yuki.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSSYFRIEND
RomanceStefan William Yuki Kato Yuki, seorang lulusan baru, merasa senang ketika mendapat pekerjaan pertamanya dengan gaji yang lumayan besar bagi orang kecil sepertinya. Tetapi, rasa senangnya tidak bertahan lama ketika ia harus menghadapi dunia kerja yan...