CHAPTER 2

2.6K 236 2
                                    


Hari sabtu ini, Yuki berkunjung ke rumah Vebby. Ia sengaja berkunjung karena ingin bercerita dengan Vebby, sahabatnya yang paling dekat sejak SMA.

Di kamar Vebby, tepatnya di ranjang.
"Gitu, Veb. Gue harus gimana dong?" tanya Yuki dengan wajah bersedih setelah bercerita panjang lebar. Yuki duduk bersila di atas ranjang bersama Vebby, sahabatnya
Vebby tertawa nyaring, "ya terima aja, Yuk. Rejeki nomplok tuh kalo elo bisa jadian sama bos lo." seru Vebby heboh.
Yuki cemberut, "lo tau sendiri dia itu beda jauh umurnya sama gue, dan lo tau sendiri kalo gue menolerir maksimal lima tahun lebih tua." oceh Yuki sinis.
"Aish, ya dicoba dulu atuh, kali aja cocok." ledek Vebby sembari menaikturunkan alisnya.
"Ish elo nggak kasian apa sama gue. Kalo dia itu cowok nggak bener gimana, gue cuman dijadiin cewek nggak bener atau simpenan atau cabe-cabeannya. Kalo misalkan dia udah punya pacar gimana, punya tunangan atau istri lebih parahnya." oceh Yuki dengan perasaan ngeri.
"Lo mau temen lu ini dinodain sama om-om? Jadi simpenan om-om?" tanya Yuki judes.
Vebby tertawa puas, "om-om. Gila, belom om om kali dia. Ya, elo coba tanya sama temen kantor lo lah soal status dia." balas Vebby masih dengan sisa tawanya.
"Gue nggak mau sama dia. Gue nggak mau." curhat Yuki sedih. Matanya bahkan berkaca-kaca.
"Aduh Yuki, masa cuman gara-gara itu lo cengeng sih. Yaudah, elo tolak aja." balas Vebby bingung.
"Iya, abis itu gua dipecat." cibir Yuki bersedih.
"Yaudah kalo gitu terima aja, gampang kan." balas Vebby santai.
"Gue nggak mau nerima dia, gue nggak mau pacaran sama dia." kekeuh Yuki.
"Gue rasa nggak ada pilihan lain, Yuk, selain nerima dia. Kalo lo dipecat, otomatis gaji lo nggak keluar, dan lo belom dapet pesangon pasti karena masih baru. Abis dipecat, bisa aja elo dapet catatan jelek dari perusahaan lama yang bisa bikin lo susah cari kerja lagi." jelas Vebby.
Yuki terdiam dan menyimak. Vebby benar, semua perkataannya benar.
"Lo terima aja mending. Ya, lo jalanin ajalah, kali aja cocok. Itung-itung ini lo lakuin buat keluarga lo. Gaji tujuh juta sebulan itu lumayan banget loh. Terus juga, gue takutnya yang paling parah si elo nantinya jadi susah cari kerja." lanjut Vebby.
"Iya, lo bener. Gue nggak punya pilihan lain." lirih Yuki mulai menangis.
"Yuki, jangan nangis dong." Vebby memeluk Yuki penuh kasih sayang.
"Gue percaya kok lo bukan anak yang egois, jadi lo jalanin aja semuanya ya. Yang penting, elo jaga diri supaya elo nggak sampe dinodain sama bos lo, jaga hati juga biar nggak patah hati." jelas Vebby manis.
Yuki cemberut, "masih mending patah hati daripada gue dinodain sama dia." balas Yuki seadanya.
Vebby tertawa, "yaudah yang penting lo harus semangat lah. Hidup masih panjang, Yuk." seru Vebby antusias.
Yuki mulai tersenyum, "semangat!" katanya ikut bersemangat.
Mereka pun kembali berpelukan.

-

Hari Senin.
Hari yang paling mendebarkan bagi Yuki, karena hari ini ia akan memberi jawaban untuk Stefan.
"Kak Nasya, gue boleh nanya sesuatu nggak?" celetuk Yuki ragu. Pagi itu, ia dan Nasya kebetulan sampai lebih awal, sehingga mereka mengobrol santai lebih dulu.
"Nanya apa?" tanya Nasya manis.
"Pak Stefan itu udah punya istri atau pacar belom?" tanya Yuki kikuk.
Nasya terkekeh, "cieee, lo kok nanya gitu sih?" tanya Nasya heboh. Untung kantor masih sepi, jadi Nasya masih bisa bebas berekspresi dan berheboh ria.
Yuki tersenyum memaksa, "ya, gue pengen tau aja gitu." balasnya.
"Wah, elo suka ya sama pak Stefan?" tanya Nasya makin heboh.
"Ih kak Nasya mah. Emangnya kalo gue suka kenapa, kak Nasya juga suka ya?" tanya Yuki balik menggoda.
Nasya tertawa lucu, "ya, bukan gitu. Cie beneran suka." goda Nasya.
Yuki tersenyum, "jawab dong, kak." mohon Yuki.
"Setau gue ya, pak Stefan itu masih single. Gue sih sering liat cewek dateng ke ruangannya, tapi ganti-ganti mulu gitu, ya jadi gue bisa simpulin dia single. Kalo istri, gue yakin dia belom punya istri, kalo pacar, kayaknya sih belom juga." jelas Nasya.
Yuki mengangguk paham.
"Hati-hati loh kalo elo beneran suka sama pak Stefan." goda Nasya lagi.
"Kenapa?" Yuki tersenyum heran.
"Ada saingan kan." Nasya menaik turunkan alisnya menggoda.
Yuki menatap Nasya bingung untuk sesaat lalu kemudian tersadar.
"Ouh... kak Ariel bukan?" tanya Yuki memastikan.
Nasya mengangguk, "ya, dia. Hati-hati, saingannya berat. Dia aja pas ada cewek dateng ke ruangan Stefan, dia paling ribet dan nggak suka gitu." cerita Nasya.
"Pak Stefan nggak nyadar apa kalo kak Ariel suka sama dia?" tanya Yuki penasaran.
"Gue nggak tau. Gue kan bukan pak Stefan, Yuk." balas Nasya hangat.
Yuki tertawa, "iya iya." balasnya.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang