CHAPTER 5

1.8K 212 3
                                    

Tak terasa, hari ini adalah hari evaluasi bulan keempat bagi Yuki.
"Guys, gue mau nginfoin sesuatu nih." seru Kevin yang baru saja keluar dari biliknya.
Semua sekretaris langsung bereaksi penasaran tentunya.
"Pak Stefan hari ini nggak masuk." Kevin membuka suara ketika semua sekretaris fokus padanya.
Semua sekretaris refleks berekspresi senang dan agak heboh.
"Eh, tenang-tenang." tegur Kevin bijak. Semua sekretaris langsung tenang.
"Jadi, evaluasi bulan ini ditiadakan atau mungkin diundur." jelas Kevin.
Semua sekretaris kembali bereaksi, ada yang kecewa, ada yang biasa saja.
"Pak Stefan kenapa nggak masuk?" celetuk Ariel ingin tahu.
"Pak Stefan sakit. Tapi nggak tau sakit apa." balas Kevin seadanya.
"Kev, cari tau dong dia sakit apa." sahut Ariel perhatian.
"Oh iya, kalo bisa, ada perwakilan dari kita jengukin pak Stefan." lanjut Ariel bersemangat.
"Nanti gue cari tau. Soal ngejenguk, mending hari jumat aja. Kalo misalnya pak Stefan masih nggak masuk sampe jumat, yang bisa jengukin aja." jelas Kevin.
Semuanya mengangguk paham.
"Yaudah, lanjut kerja lagi." perintah Kevin.
Semuanya mengiyakan lalu kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing.
'Stefan sakit? Sakit apa?' Yuki membatin. Entah mengapa, ia jadi merasa khawatir akan kondisi Stefan.
Sesaat, Yuki tersadar. Ia kembali memikirkan apakah dirinya sudah jatuh hati pada Stefan? Secepat itu? Apa ini hanya perasaan penasaran atau ingin tahu saja? Yuki bingung sendiri.

-

Karena Stefan tidak kunjung masuk, para sekretaris akhirnya menjenguk Stefan ke apartemennya.
Para sekretaris yang mengunjungi ialah Kevin, Ariel, Yuki, Nasya, Ajun, Adit, Audi, dan Angela.
"Makasih ya semuanya udah mau jenguk." ucap Stefan dengan suara seraknya. Ketika itu, para sekretaris berkumpul di ruang kamar Stefan. Stefan sendiri duduk setengah berbaring dengan bersandar pada bantal ranjang. Sedangkan para sekretaris ada yang duduk maupun berdiri.
"Stef, kita bawa buah nih." celetuk Ariel manis. Ia yang membawa sebuah parcel  berisi buah-buahan.
"Makasih ya, Ariel dan semuanya." balas Stefan tersenyum tipis.
"Kamu sakit apa, Stef?" tanya Nasya dengan senyuman manisnya.
"Sakit gara-gara kecapean aja." balas Stefan ikut tersenyum manis.
Ariel melirik malas Nasya.
"Stef, lo udah makan belom? Mau gue masakin?" tanya Ariel manis.
"Nggak usah, gue nggak mau ngerepotin." balas Stefan tersenyum tipis.
"Stef, di sini nggak ada makanan nih?" celetuk Ajun santai.
"Astaga Ajun, bos lagi sakit malah minta makanan. Elo harusnya yang bawa makanan buat Stefan." oceh Adit.
Ajun merengut saja.
"Ada makanan, tapi gue sempet beli makanan ringan. Tuh ada di meja depan." jelas Kevin.
Ajun dan Adit lantas tersenyum sumringah lalu meninggalkan ruang kamar Stefan.
"Ya ampun, itu anak dua kampung banget sih." protes Ariel.
"Stef, aku ke depan juga ya." pamit Nasya.
Stefan mengangguk saja.
Nasya diikuti Angela dan Audi segera keluar dari kamar Stefan.
Ariel melirik Yuki yang masih ada di kamar Stefan, "lo nggak sekalian keluar?" tanya Ariel sinis.
Yuki tersadar lalu tersenyum kikuk. Ia buru-buru keluar dari kamar Stefan.

Di luar kamar Stefan. Yuki langsung menuju ruang tengah yang sekaligus ruang tamu. Tapi, belum sampai ke ruang tamu, langkah Yuki terhenti karena pembicaraan beberapa orang.
"Nasya, kok lo mau si temenan sama Yuki?" celetuk Audi bingung.
Saat itu, Audi, Angela, Nasya, Ajun, dan Adit sedang duduk-duduk di ruang tamu.
"Iya, masih anak baru gitu. Kayaknya ngeselin juga orangnya." balas Angela.
"Ya, emang kenapa? Kan dia rekan gue juga." balas Nasya santai.
"Dia kayaknya suka tuh sama Stefan." celetuk Audi.
"Ya, terus kenapa, Di?" tanya Nasya bingung bercampur heran.
"Gue kan ngeship elo sama Stefan, Nas." cibir Audi.
"Iya, Stefan kan deket banget sama elo. Nah, ini cewek malah sok-sokan ngedeketin Stefan, masih kecil banget padahal. Matre kali ya." Angela menimpali tak suka.
"Angel, jangan gitu ah. Kalo orangnya denger, gimana? Lo nggak boleh nuduh orang gitu dong." balas Nasya lembut.
"Masih mending kan Stefan sama Yuki, daripada sama Ariel." lanjut Nasya dan agak berbisik di kata 'Ariel'.
"Ya nggaklah, masih mending sama Ariel, lebih pantes." cibir Angela.
"Setuju. Stefan kan cakep terus dewasa, masa iya sama cewek bau kencur."  sahut Audi agak sinis.
"Aish, udah dong. Kita kan satu perusahaan, satu tim harusnya. Jangan suka jelek-jelekin." jelas Nasya bijak.
"Tuh dengerin. Pada gosip mulu lo jadi orang. Ntar kalo Yuki jadi pacarnya Stefan, lo pada kicep." sahut Ajun tak suka.
"Iya tuh, bener kata Ajun. Kita santai aja kali sama semuanya. Toh, Yuki nggak ngapa-ngapain kita." jelas Nasya manis.
"Udeh-udeh, daripada pada gosip, mending pada makan." sahut Adit sembari asyik melahap beragam makanan ringan yang tersedia di meja.
"Yaudah, gue bikin minum deh." sahut Audi antusias. Ia segera beranjak dari tempatnya, berniat menuju dapur.
Yuki yang sedang menguping buru-buru kembali masuk ke kamar Stefan dengan wajah panik. Kepanikan di wajah Yuki memunculkan kebingungan di benak Stefan tentunya, serta Kevin dan Ariel yang tinggal di kamar Stefan.
"Lo ngapa balik lagi?" tanya Ariel sewot.
"Suka-suka gue." balas Yuki jutek.
"Gue tau, elo pasti nggak diterima sama anak-anak lain ya, makanya elo ke sini lagi? Sorry, gue juga nggak terima lo." celetuk Ariel sombong.
"Ih, lo sok tau banget ya, kak." cibir Yuki.
"Aih, udah dong, Stefan makin sakit nanti kalo ngeliat kalian berantem terus." Kevin menengahi dengan bijak.
"Yaudah, gue pulang duluan aja." sahut Yuki dengan agak tercekat.
"Pulang tinggal pulang. Dasar bocah, tukang ngambekan." sahut Ariel sinis.
Stefan tersenyum geli melihat tingkah gadis kecilnya.
"Ki, di kulkas gue ada es krim." celetuk Stefan dengan senyuman manis.
Yuki beralih memandang Stefan. Entah kenapa, mendengar kata 'es krim', senyuman di wajahnya perlahan muncul.
"Gue boleh ambil?" tanya Yuki antusias.
Stefan mengangguk setuju.
Yuki tersenyum lebar lalu langsung pergi keluar dari situ.
Ariel berdecak heran, "gila bocah banget sumpah, dikasih es krim langsung nggak ngambek lagi." komentar Ariel.
Ariel kembali beralih ke Stefan, "lo nggak usah terlalu baik sama tuh anak, Stef. Nanti ngelunjak loh." ucap Ariel agak cemburu karena sikap Stefan kepada Yuki.
Stefan hanya bisa tersenyum kikuk.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang