CHAPTER 3

2.1K 230 1
                                    

Seusai acara, semua langsung berpulangan. Satu demi satu berpulangan sampai akhirnya tersisa Yuki di halaman depan tempat karaoke. Ia sengaja berbohong dan beralasan akan dijemput adiknya kepada rekan sekretarisnya. Itu semua dilakukan supaya ia bisa pulang bareng Stefan tanpa ketahuan.
Setelah sepi, Yuki segera melangkah menuju parkiran mobil karaoke yang terletak di halaman samping.
"Ki." seru Stefan saat Yuki tiba di parkiran. Ia melambaikan tangannya pada Yuki. Yuki dengan cepat menghampiri Stefan yang berdiri di depan mobilnya. Mobil Stefan terparkir di pojok.
"Lo nggak ada kerjaan lain selain ngancem?" tanya Yuki judes.
"Abis elo kalo nggak diancem nggak nurut." komentar Stefan.
Yuki menghela napasnya, "gue pulang sendiri aja napa." protes Yuki.
"Ini udah malem banget. Gue nggak mau lo kenapa-napa." oceh Stefan.
Yuki merengut, "gue nggak biasa naik mobil. Gue kampungan. Bahkan, bisa keitung pake jari berapa kali gue naik mobil." oceh Yuki kesal.
"Lo mabokan?" tanya Stefan.
"Iya. Lo mau nanti kalo tiba-tiba gue mabok terus gue muntah di mobil lo yang mahal ini?" tanya Yuki penuh penekanan.
"Lo maboknya gara-gara apa biasanya?" tanya Stefan.
"Kepo lo. Udah ah, gue balik sendiri aja." seru Yuki langsung berjalan cepat meninggalkan Stefan.
Sayangnya, Stefan lebih cepat menahan kepergian Yuki. Ia menahan tangan Yuki.
"Bandel banget si. Gue kan udah bilang kalo lo pulang bareng gue." tegas Stefan. Ia segera membawa Yuki ke pintu sebelah kiri. Stefan membuka pintu mobilnya lalu menyuruh Yuki masuk.
"Tuh kan, baunya aja udah nyengat banget." Yuki merengut dan menolak untuk masuk.
Stefan menghela napasnya, "bentar. Lo tunggu sini, lo jangan kabur. Kalo lo kabur, lo bakal nyesel." suruh Stefan dengan tatapan tajam lalu beranjak ke pintu mobil sebelah kanan.
Yuki menelan ludahnya gugup. Kenapa Stefan jadi garang? Apa Stefan benar-benar mau menjebaknya?
Yuki perlahan melangkah meninggalkan Stefan agar tidak ketahuan. Setelah agak jauh, Yuki mulai mempercepat langkahnya untuk kabur dari Stefan.

Yuki terus melangkah dengan cepat menyusuri jalur pejalan kaki di pinggir jalan. Yuki berniat pergi ke halte busway terdekat dari sana. Yuki sebenarnya takut jika harus pulang semalam ini karena jalanan Jakarta yang sepi dan rawan akan kejahatan pada waktu malam, tapi Yuki juga takut kalau Stefan akan memangsanya jika Yuki pulang bersama dengan Stefan.
Yuki merutuk kesal ketika mendapati beberapa pria berkumpul sekitar puluhan meter dari posisinya. Yuki terus berdoa dalam hati supaya para pria itu tidak akan melukainya.
Yuki berusaha mengabaikan siulan-siulan dan godaan-godaan genit yang menyambut kedatangannya. Kedatangan Yuki membelah kumpulan para pria yang sedang berkumpul itu. Yuki berusaha cuek dan mempercepat langkahnya supaya bisa segera bebas dari kumpulab pria yang mungkin saja menjahatinya. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang mencolek bokongnya. Yuki mematung beberapa saat lalu perlahan berbalik dengan wajah marah.
"Heh, bapak jangan kurang ajar ya!" seru Yuki memaki seorang pria paruh baya yang ia anggap sebagai pelaku yang menyentuh bagian sensitifnya. Yuki tidak bisa diam jika sudah ada kontak fisik seperti tadi.
"Aduh, nengnya cakep tapi galak euy." balas si bapak menggoda dengan nakal. Teman-teman sekumpulan si bapak lantas tertawa mengejek.
Yuki mengepalkan tangannya kesal, "inget istri di rumah, pak. Jangan nggak sopan gitu sama perempuan. Istri bapak kan juga perempuan." Yuki tak tahan untuk memaki pria itu meski jauh lebih tua daripadanya.
"Wih, beraninya juga nih bocah, minta disikat rame-rame kayaknya." celetuk si bapak santai namun mengancam. Celetukan si bapak disambut heboh oleh yang lain. Celetukan yang lain tidak ada bedanya dengan celetukan si bapak.
Yuki tak bisa memungkiri kalau ia jadi takut. Ia takut mendapat hal yang macam-macam dari kumpulan pria itu.
Perlahan, si bapak dan beberapa pria lainnya mendekat membuat Yuki mundur selangkah demi selangkah. Yuki ingin berlari tapi ketakutannya seakan begitu menguasai dirinya sehingga gerakannya jadi lambat.
"Kok mundur neng? Takut?" tanya si bapak mengejek dengan senyuman nakal.
Tin tin tin
Si bapak terhenti. Sekumpulan para pria, si bapak, dan Yuki lantas menoleh. Sebuah mobil menepi di pinggir jalan tepat di dekat mereka. Pengemudinya kemudian turun dan menghampiri mereka semua.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang