CHAPTER 15

1K 100 13
                                    

Semenjak pertemuannya dengan Nina, entah kenapa terbesit di pikiran Yuki untuk pindah kerja. Ada banyak alasan kenapa Yuki ingin pindah kerja. Alasan utamanya adalah Yuki merasa dirinya jadi tidak profesional di perusahaan. Yuki merasa bahwa kinerjanya kurang maksimal setelah berpacaran dengan Stefan. Alasan lainnya yaitu Yuki mulai memikirkan jauh tentang hubungannya dengan Stefan. Seandainya Yuki menikah dengan Stefan, Yuki harus pindah kerja karena peraturan perusahaan tidak mengijinkan suami istri bekerja dalam satu perusahaan. Entah kenapa, Yuki berpikir jauh sampai sana. Daripada cari pekerjaan baru setelah menikah nanti, lebih baik Yuki mencarinya sekarang karena lowongan untuk wanita single itu lebih banyak dibandigkan wanita yang sudah menikah.
"Ck. Kejauhan aja lo mikirnya." Yuki berbicara pada dirinya sendiri dengan senyuman geli. Ia jadi malu sendiri membayangkan dirinya bisa menikah dengan Stefan, membangun dan membina keluarga kecilnya bersama Stefan.
Setelah cukup lama berbaring dan larut dalam khayalannya, Yuki akhirnya bergerak untuk mencari informasi pekerjaan baru. Yuki sudah mantap dan bulat tekatnya untuk mencari pekerjaan baru.

-

Karena aktivitas mencari pekerjaan baru, Yuki jadi sering ijin di kantor. Terkadang, ia pulang lebih awal ataupun datang telat dengan alasan sakit atau tidak enak badan.
Para sekretaris lain nampak santai dan tidak mau menaruh curiga pada Yuki karena memang ada beberapa sekretaris dan karyawan lain yang pola jam kerjanya seperti itu. Lain dengan rekan kerjanya, Stefan jelas sangat menaruh curiga pada gadisnya. Ia yakin Yuki melakukan sesuatu yang tidak diketahuinya. Stefan sangat yakin.

Sore ini, sepulang dari kantor, Stefan mengajak Yuki makan di mall. Stefan sengaja mengajak Yuki pergi karena ia ingin menanyakan gadisnya.
"Tumben makannya di mall." celetuk Yuki sembari menunggu makanan yang mereka pesan.
"Bosen makan di area kantor." jawab Stefan dengan senyuman tipisnya.
"Oh..." balas Yuki mengangguk-angguk dengan senyuman tipisnya.
"Sebenernya, gue mau ngomong sesuatu sama lo." ungkap Stefan serius.
"Ngomong apa?" tanya Yuki bingung.
"Gue tau akhir-akhir ini lo sering ijin." balas Stefan dengan mata memicing.
"Te...terus?" tanya Yuki gagap yang tak bisa menyembunyikan kegugupannya.
"Gue pengen tau cewek gue ini kemana aja selama ijin." balas Stefan menyelidik.
"Gue.. gue sakit. Gue nggak enak badan." balas Yuki dengan senyuman kikuk.
"Sakit apa?" tanya Stefan menantang.
"Eum... eum... sakit..." balas Yuki sengaja menggantungkan kata-katanya karena bingung harus menjawab apa.
Di saat seperti itu, pesanan mereka datang. Pelayan menyajikan makanannya lalu pergi.
"Makan ya." ucap Yuki kikuk sebelum memulai aktivitas makannya.
Stefan mengangguk singkat lalu ikut menyantap makan malamnya.
"Ki, jawab pertanyaan gue yang tadi." celetuk Stefan di sela-sela aktivitas makan mereka.
"Stefan, lo ajak gue makan cuman buat nanya gituan? Mending lo nggak usah ajak gue deh." balas Yuki protes. Wajahnya merengut kesal.
"Jujur aja, gue ngerasa ada yang nggak beres sama lo. Semenjak lo suka dateng telat dan pulang cepet." ungkap Stefan serius.
"Gue cari kerjaan baru. Puas lo?" tanya Yuki kesal.
Stefan jelas terkejut. Ekspresi wajahnya benar-benar terkejut akan jawaban Yuki.
"Lo serius?" tanya Stefan tidak percaya.
Yuki mengangguk malas sembari terus menyantap makan malamnya.
"Lo nggak cerita sama gue soal ini?" tanya Stefan tampak kecewa.
"Kenapa? Lo mau bantuin cariin emangnya?" tanya Yuki tampak sudah bete. Ia malas menatap Stefan sehingga belum menyadari raut kecewa pria itu.
"Lo serius ya sama ucapan lo di tempat main waktu itu. Lo mau pindah ketika gaji lo udah cukup?" tanya Stefan kecewa.
Yuki tertegun lalu mendongak, "maksud lo?" tanyanya tak suka.
"Lo mau pindah kerja setelah gaji lo cukup. Lo pernah bilang gitu." ungkap Stefan serius.
Yuki berpikir sebentar lalu mengangguk-angguk paham akan pertanyaan Stefan.
"Bukan itu alesan gue." jawab Yuki cuek.
Stefan menatap intens Yuki sehingga Yuki jadi merasa canggung dan tak nyaman.
"Terus apa?" tanya Stefan terus menatap Yuki.
"Gue ngerasa nggak profesional kerja bareng lo. Gue jadi kayak nggak maksimal kerjanya karena elo atasan gue. Jadi, gue mikir kalo lebih baik gue resign aja." Yuki menjelaskan.
"Gue bikin elo nggak nyaman ya?" tanya Stefan penuh selidik.
"Gue nyaman kok, tapi ya gitu jadi nggak profesional." balas Yuki seadanya.
Stefan akhirnya diam dan fokus untuk menyantap makan malamnya. Dalam diam, Stefan memikirkan lebih dalam tentang penyebab resign gadisnya itu.
"Stefan, lo kok diem? Lo marah ya karena gue mau resign?" tanya Yuki yang menyadari perubahan sikap Stefan.
Stefan mendongak melihat Yuki lalu menggeleng singkat, "nggak kok, gue cuman kaget aja." balasnya datar.
"Masa?" tanya Yuki dengan mata memicing.
Stefan tersenyum tipis meresponnya.
Yuki menghela napasnya dalam melihat respon Stefan. Ia akhirnya diam dan tak mau ambil pusing atas perubahan Stefan.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang