CHAPTER 13

752 72 1
                                    

Hari sabtu ini, Stefan mengajak dan membawa Yuki untuk mengunjungi keluarga kakak lelakinya, Adipati Dolken.
"Gimana kabar lo, Stef?" tanya istri dari kakak lelakinya, Nina Zatulini. Nina yang membukakan pintu untuk Stefan dan Yuki. Sekarang, Nina tengah mengajak Stefan dan Yuki untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Baik, Nin. Lo sendiri gimana?" tanya Stefan hangat dan ramah.
"Gue juga sama, kabar gue baik." balas Nina dengan senyuman ramah.
"Kalian duduk aja dulu ya. Gue mau ambilin minum." ucap Nina sembari mempersilakan Stefan dan Yuki untuk duduk ketika mereka telah sampai di ruang tamu.
"Nggak ngerepotin kan, Nin?" canda Stefan.
Nina terkekeh, "ya enggaklah. Udah, gue mau ke dapur dulu." pamit Nina segera pergi menuju dapur, meninggalkan Stefan dan Yuki berdua.

Tak lama, Nina kembali dengan membawa nampan berisikan beberapa gelas kosong dan satu teko minuman. Nina dengan telaten menyajikan bawaannya di meja ruang tamu.
"Makasih ya, kak. Maaf ya jadi ngerepotin kak Nina." celetuk Yuki dengan perasaan canggung. Sejak dalam perjalanan menuju rumah keluarga Adipati, Yuki sudah merasa gugup dan berdebar. Ia merasa takut jika keluarga Stefan tidak menyukai dan menerimanya.
Kini, Yuki dan Stefan duduk bersebelahan di sofa panjang ruang tamu. Nina sendiri segera mengambil posisi duduk di sofa panjang lain yang bersebrangan dengan sofa yang diduduki Stefan dan Yuki.
"Gpp, Yuki. Lo sama Stefan kan tamu." balas Nina dengan senyuman manis.
"Yuki ini pacar gue, Nin." jelas Stefan.
"Ckck. Tanpa lo kasih tau, gue udah tau kok. Keliatan kali." balas Nina santai.
Stefan terkekeh ringan meresponnya.
"Eh iya, diminum dong." suruh Nina antusias.
"Iya, kak." balas Yuki kikuk. Ia segera menuangkan minuman dari teko ke dua gelas kosong. Setelahnya, Yuki mengambil dua gelas itu, satu untuk dirinya, satu untuk Stefan.
"Makasih ya, Ki." ucap Stefan manis.
Yuki mengangguk dengan senyuman seadanya.
Stefan tersenyum mengerti. Yuki pasti merasa gugup dan canggung.
"Widih, kemana aja lo, Stef? Kok baru dateng sekarang?" celetuk Adipati yang baru muncul. Pria itu segera duduk di sebelah Nina.
"Jadwal gue padet banget akhir-akhir ini, bang." jawab Stefan seadanya.
"Oh iya. Kenalin, ini Yuki, cewek gue." ucap Stefan segera mengenalkan Yuki.
Yuki dengan sigap segera berdiri untuk menyalami Adipati, "Yuki." ucapnya memperkenalkan diri dengan senyuman terbaiknya.
"Adipati." balas Adipati sembari menerima uluran tangan Yuki dengan senyuman tipis.
Setelah menyalami Adipati, Yuki kembali duduk.
"Jadi, kalian ketemu di mana?" tanya Adipati dengan tatapan menyelidik.
"Yuki ini sekretaris baru gue. Kita ya ketemu di kantor sih." balas Stefan.
Yuki diam saja dan membenarkan dalam hati.
"Udah pacaran berapa lama?" sambar Nina.
Stefan diam sebentar untuk mengingat tanggal jadiannya, "eum, hampir setengah tahun kali ya." balas Stefan mantap.
"Udah lama pacaran, kok baru dikenalin sih?" balas Nina mencibir.
"Baru yakin sekarang, makanya baru dikenalin." sahut Adipati cuek.
Stefan dan Yuki tampak tersenyum kikuk.
"Lo umur berapa, Yuk?" tanya Adipati.
"Aku umur 22 tahun ini, kak Adipati." jawab Yuki dengan senyuman kaku.
"Serius? Beda jauh dong ya sama Stefan?" tanya Adipati dengah heboh.
Stefan tersenyum kecut melihat respon Adipati. Stefan sudah bisa menduga kalau kakaknya itu tidak setuju dengan hubungannya.
"Nggak sampe 10 tahun kok, pa." sambar Nina dengan nada hangatnya agar suasana di ruang tamu tetap hangat dan kondusif.
"Bokap sama nyokap kerja apa, Yuki?" tanya Adipati santai.
"Bapak aku udah meninggal. Terus, kalo mama itu kerja jualan makanan gitu sih." jawab Yuki seadanya dengan pesimis.
"Oh gitu, jadi elo yang kerja ya?" tanya Adipati lagi.
"Iya, kak. Aku anak pertama, jadinya aku kerja buat bantu keluarga." jawab Yuki tersenyum tipis.
Adipati mengangguk-angguk paham.
"Gue ke dapur dulu ya, mau siapin makan siang buat kita." celetuk Nina.
"Oh iya, Nin, silakan." balas Stefan seadanya.
"Aku ikut ya, kak Nina?" tanya Yuki dengan perasaan harap-harap cemas.
"Lo mau ikut? Boleh kok. Yuk." ajak Nina lembut. Ia segera menghampiri Yuki dan membawa gadis itu pergi ke dapur.

"Gimana bisnis lo, Stef?" tanya Adipati yang kini hanya berdua dengan Stefan di ruang tamu.
"Lancar-lancar aja, bang." balas Stefan.
"Gue denger-denger Wilona udah balik ya? Kok lo malah sama cewek baru? Bukan sama Wilona?" tanya Adipati dengan sangat santai.
"Gue sama Wilona emang udah pisah kan dari lama." balas Stefan seadanya.
"Lo yakin lebih milih tuh abg daripada Wilona? Mumpung Wilona balik juga kan." tanya Adipati cuek dengan suara lantang.
Stefan menghela napasnya, "lo tau kan kalo suara lo sekeras itu, suara lo masih bisa didenger Nina sama Yuki?" tanya Stefan sepelan mungkin. Stefan tahu betul jarak antara ruang tamu dan dapur itu sangat dekat, sehingga suara dari orang yang ada di ruang tamu atau dapur masih memungkinkan untuk terdengar satu sama lain.
"Kenapa? Gue kan orangnya terbuka. Gue nggak suka aja lo udah tua gini masih aja pacar-pacaran sama remaja. Mendingan lo nikah sama Wilona yang udah di depan mata." balas Adipati masih dengan suara lantangnya.
Stefan mendelik kesal. Bagaimana perasaan Yuki jika Yuki mendengar ucapan Adipati? Stefan tidak mau gadisnya tersakiti oleh ucapan Adipati.
"Wilona itu masa lalu gue." tegas Stefan dengan suara pelan. Stefan tidak mau bersuara keras yang nantinya malah terkesan menantang Adipati.
"Udah kelapa tiga lo, masih aja mau pacar-pacaran kayak abg tua aja. Heran gue." cibir Adipati. Ia tampak santai bersuara keras. Adipati memang sengaja agar Yuki mendengarnya.
"Terserah." balas Stefan malas. Ia segera mengeluarkan ponselnya lalu memainkannya. Ia malas berkomunikasi dengan Adipati.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang