Kini, Stefan dan Yuki tengah berada di perjalanan pulang. Mereka berada di dalam mobil Stefan.
"Ki, kapan gue bisa ketemu keluarga lo?" tanya Stefan sembari fokus menyetir.
"Mau ngapain?" tanya Yuki bingung.
"Mau kenalan aja lah." jawab Stefan.
"Oh..." Yuki mengangguk-angguk, "lo kabarin aja bisa kapan, nanti gue yang sesuain." lanjut Yuki.
"Oke deh." Stefan mengiyakan saja.
"Stef, kita kayaknya nggak harus pulang bareng deh. Soalnya kan rumah kita nggak searah." celetuk Yuki.
"Emangnya kenapa?" tanya Stefan tersenyum kecil.
"Nggak enak aja gitu. Elonya jadi kelamaan pulangnya." balas Yuki seadanya.
"Cie perhatian." goda Stefan.
Yuki mencibir. Ia jadi malas meladeni Stefan. Ia langsung saja memalingkah wajahnya ke kaca mobil.
"Ki, ngambek?" tanya Stefan iseng.
Yuki diam saja, "enggak" balasnya cuek.
"Elo tahan aja ya naik mobil di jakarta." oceh Yuki sembari memandangi jalan. Saat itu, kondisi jalan sedang padat sehingga perjalanan mereka jadi lama.
"Gue udah biasa. Jadinya ya tahan." balas Stefan seadanya.
"Ki, waktu itu gue liat foto lo di dufan." celetuk Stefan karena Yuki diam saja.
Yuki menoleh, "terus kenapa?" tanyanya.
"Kapan-kapan kita ke dufan bareng yuk." ajak Stefan sedikit antusias.
"Emangnya elo berani? Elo kuat? Elo kan udah tua." ledek Yuki dengan sengaja.
"Ya ampun, Ki. Emangnya gue setua apa sih, lo demen banget nyindir gue." protes Stefan kesal.
Yuki tertawa, "gue nanya bukan nyindir." balas Yuki santai.
"Gue berani lah ke dufan. Emangnya gue nggak pernah naik gituan." cibir Stefan.
"Iya deh. Nanti ya, kita ke dufan bareng." Yuki mengiyakan saja.
Stefan tersenyum puas. Itu berarti Yuki menerima ajakannya.-
Hari sabtu minggu ini.
Stefan terlihat menyusuri jalanan di sebuah pameran besar di jakarta. Pameran itu didominasi oleh pameran mobil, sedangkan sisanya diisi dengan pameran motor, wahana permainan anak ringan, dan tentunya stand makanan.
Saat itu, ia mengunjungi pameran sendirian. Ia ke sana karena ingin melihat mobil-mobil keluaran terbaru dan ingin membeli salah satu mobil yang sudah ditargetkannya di rumah.
Stefan nampak antusias mencoba memasuki beberapa mobil yang menarik perhatiannya serta melakukan tanya jawab dengan spg atau pegawai mobil yang ada. Meski begitu, Stefan tetap merasa agak risih ketika ada spg wanita yang berlaku berlebihan kepadanya, atau bisa dikatakan menggodanya.
"Gue kira cuman customer aja yang godain spg, lah ini gue digodain juga." gumam Stefan dalam hati. Ia jelas beralih dari stand-stand mobil yang spgnya berlebihan.
Stefan sudah menghabiskan waktunya sejam lebih di sana. Di tangannya sudah banyak brosur mobil, baik yang ia minta maupun yang diberikaj kepadanya. Di sana, ia juga bertemu beberapa rekannya, sehingga ia jadi menghabiskan waktunya lebih lama untuk mengobrol singkat dengan rekannya. Wajar saja, itu semua karena Stefan seorang pimpinan perusahaan besar, jelas ada banyak orang mengenalnya.
"Coba aja Yuki bisa diajakin ke sini." Stefan berbicara sendiri. Ia berdiri sejenak di area pameran sembari membaca brosur.
Stefan nampak serius membaca brosur, sampai tidak sadar bahwa ada seorang anak kecil datang kepadanya.
"Eh..." Stefan tersentak ketika ada anak kecil yang memegang tangannya. Stefan jelas mendongak untuk melihat anak itu.
"Nicole!" seru Stefan kaget.
"Kak Stefan." balas Nicole dengan wajah takut. Mata anak itu berkaca-kaca, ia siap menangis kapan saja.
Stefan buru-buru merapikan brosur-brousrnya menjadi satu. Stefan langsung mengubah posisinya jadi setengah berdiri untuk mensejajarkan tingginya.
"Kamu kenapa?" tanya Stefan lembut. Tangan kanannya perlahan mengusap air mata Nicole yang sempat jatuh.
"Aku nyasar." rengeknya sedih.
"Yaudah, gpp. Kan udah ada kak Stefan. Jangan nangis lagi ya." Stefan mencoba menenangkan Nicole. Tangan kanannya mengusap lembut kepala Nicole.
"Tadi ke sini sama siapa emangnya?" tanya Stefan lembut. Dalam hati, Stefan bertanya-tanya, apa mungkin Yuki? Masa iya gadis itu sangat ceroboh sehingga Nicole jadi nyasar seperti ini?
"Sama kak Ali." jawab Nicole lirih.
Ah, pantas saja. Stefan membatin.
"Kamu jangan sedih lagi ya. Kak Stefan bakal temenin kamu." kata Stefan lembut. Ia perlahan bangun lalu memegang tangan Nicole hangat.
"Makasih, kak." jawab Nicole nampak lega. Karena awalnya anak itu terlihat sangat sedih dan takut.
Stefan tersenyum lembut saja.
"Nicole!" seru seseorang heboh dari jauh. Dia adalah Ali. Sesaat, Ali dengan cepat berlari menuju Stefan dan Nicole. Ia nampak ngos-ngosan ketika sampai di hadapan Stefan dan Nicole.
"Aduh, kamu kemana aja?" tanya Ali panik. Sama seperti Stefan, ia mengubah posisinya jadi setengah berdiri di hadapan Nicole. Ali dengan panik menangkup wajah Nicole, berusaha memastikan kalau adiknya itu baik-baik saja.
"Untung kamu ketemu. Kalo nggak, bang Ali nggak ngerti lagi deh." kata Ali cemas.
"Maafin abang ya, sini peluk bang Ali." ungkap Ali selembut mungkin
Nicole perlahan melepaskan tangannya dari pegangan Stefan lalu beralih memeluk Ali. Ali dengan penuh kasih sayang mengusap punggung adiknya.
Setelah merasa cukup, Ali melepaskan pelukannya dan menatap Nicole dengan sangat teduh, "maafin bang Ali ya." ucapnya dengan tulus.
"Iya." balas Nicole dengan anggukan kecil.
Ali mengusap kepala Nicole gemas lalu kembali berdiri. Sekarang gantian, Ali yang memegangi tangan Nicole.
"Bang Stefan?" tanya Ali memastikan.
"Iya, gue Stefan." balas Stefan seadanya.
"Aduh, makasih banget ya bang, kalo nggak ada elo, gue nggak tau deh harus cari Nicole kemana lagi." kata Ali sangat lega.
"Iya. Lain kali, lo perhatiin sama jagain bener-bener adek lo. Kasian dia." balas Stefan mengingatkan dengan bijak.
"Iya. Pasti." jawab Ali yakin.
"Gue tadi meleng pas nyobain mobil bareng temen-temen." lanjut Ali menjelaskan.
"Gue paham si. Namanya juga cowok, kebanyakan nggak telaten. Lo berdua doang? Lo berani banget bawa adek lo tanpa Yuki." Stefan terkekeh.
Ali ikut terkekeh, "iya nih, si kecil maksa ikut. Mau nggak mau, ya diikutin." Ali melirik Nicole sesaat, "kak Yuki lagi sibuk sama nyokap, jadinya gue berdua doang sama Nicole." lanjut Ali.
"Oh gitu." Stefan mengangguk paham.
"Lo sendiri, sendirian?" tanya Ali memandangi orang di sekitar Stefan.
"Iya, gue sendirian." jawab Stefan dengan senyuman tipis.
"Mau beli mobil ya, bang?" tanya Ali basa-basi namun juga penasaran.
"Nggak tau si, belom kepikiran. Elo sendiri mau beli juga?" tanya Stefan.
"Yaelah, bang Stefan, lo kenal kakak gue. Masa iya, gue beli mobil. Gue mah cuman liat-liat sama nyoba aja." jawab Ali nyengir.
"Lo bisa bawa?" tanya Stefan penasaran.
"Bisa dong. Gue belajar dari temen." jawab Ali seadanya.
"Terus temen lo kemana?" tanya Stefan.
"Gue tinggal. Gue panik banget pas tau ni bocah ilang. Gue mau langsung pulang aja kalo udah ketemu ni bocah." jelas Ali.
"Bang Ali, Nicole laper." kata Nicole manja.
"Iya, nanti kita makan ya." jawab Ali.
"Eh iya, bang. Lo abis ini mau kemana?" tanya Ali basa-basi.
"Mau nyoba sama nyari mobil yang pas dulu gue." jawab Stefan seadanya.
"Kak Stefan nggak ikut makan?" tanya Nicole polos.
Stefan tersenyum lembut, "eum... gimana ya?" Stefan nampak berpikir sejenak.
Jika ia menemani Ali dan Nicole, ia berkemungkinan mengantar mereka pulang dan mampir ke rumah Yuki. Hal ini jelas kesempatan emas baginya!
"Kak Stefan ikut makan deh." balas Stefan dengan senyuman cerah.
Nicole lantas tersenyum ceria, "asikkk!" serunya kesenangan.
Ketiganya pun pergi ke area makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSSYFRIEND
RomanceStefan William Yuki Kato Yuki, seorang lulusan baru, merasa senang ketika mendapat pekerjaan pertamanya dengan gaji yang lumayan besar bagi orang kecil sepertinya. Tetapi, rasa senangnya tidak bertahan lama ketika ia harus menghadapi dunia kerja yan...