CHAPTER 12

771 78 1
                                    


Yuki melangkah ragu memasuki kantornya. Yuki sangat berdebar hari ini karena berita bahwa ia berpacaran dengan Stefan sudah dipublikasi oleh Stefan sendiri.
Seperti biasa, Yuki sampai lebih pagi dibandingkan sekretaris lain. Ia memang lebih suka datang kepagian daripada kesiangan. Yuki tidak mau ambil risiko.
"Ekheeem..."
Yuki mendongak mendengar deheman seseorang. Deheman tersebut berasal dari Nasya yang kini sudah berada di dekatnya.
"Kak Nasya." sapa Yuki kikuk.
Nasya tersenyum lucu, "cieee Yuki. Cie pacaran sama bos Stefan." Nasya lantas langsung melontarkan godaannya. Gadis itu berdiri di sebelah Yuki.
"Apa sih, kak Nasya." balas Yuki kikuk.
"Kok bisa sih, Yuk? Cerita dong." ucap Nasya dengan sangat penasaran. Ia langsung duduk di kursi sebelah Yuki.
"Gimana ya? Gue bingung, kak." balas Yuki jelas enggan bercerita karena momen jadiannya dengan Stefan itu tidak baik.
"Yaudah deh. Terus gimana rasanya pacaran sama Stefan?" tanya Nasya dengan sangat antusias.
"Dia baik dan dia nggak sejahat di kantor." jawab Yuki kikuk.
"Enak dong, Yuk. Lo berarti nggak pernah diomelin lagi kayak waktu dulu." balas Nasya antusias.
"Iya. Gue nggak pernah diomelin lagi semenjak pacaran, tapi tetep profesional kok." jawab Yuki meluruskan.
"Romantis nggak?" celetuk Nasya.
Yuki menautkan alisnya sesaat lalu tersenyum malu.
"Kalo udah mesem-mesem gini, pasti romantis!" seru Nasya bersemangat.
"Ya, gitulah." jawab Yuki sangat canggung.
"Semoga langgeng ya sampe nikah." balas Nasya tulus lalu memeluk Yuki singkat. Nasya mengerti bahwa Yuki belum mau terlalu terbuka tentang Stefan, jadi Nasya tidak mau bertanya lebih jauh.
"Makasih ya, kak." jawab Yuki canggung.
"Teraktir ya tapi." balas Nasya iseng lalu berlalu ke biliknya.
"Liat nanti deh." balas Yuki seadanya.
Semakin siang, para sekretaris lain mulai berdatangan. Mereka juga menegur Yuki terkait kabar dimana ia berpacaran dengan Stefan sama seperti Nasya. Yuki sendiri hanya bisa meresponnya dengan sangat kikuk dan seadanya.
"Yuk, lo kok bisa sih jadian sama Stefan?" tanya Adit penasaran. Pria itu masih saja penasaran dengan cerita Yuki. Adit dengan antusias berdiri di dekat bilik Yuki.
"Ya, bisa dong. Emang harusnya nggak bisa?" tanya Yuki bingung dan kikuk.
"Oke oke ganti pertanyaan, lo kok bisa nerima Stefan jadi pacar lo?" tanya Adit nampak sangat menyelidik.
"Kepo banget lo, Dit. Kasian kali Yuki lo tanyain terus. Privasi kali." celetuk Ajun yang juga berdiri di dekat bilik Yuki.
"Ya aneh aja, padahal kemaren Stefan masih sama Wilona kan, masa sekarang udah sama Yuki aja." jawab Adit bingung.
"Namanya juga pelakor." Ariel menimpali dengan suara lantang. Ariel nampak sinis karena memang ia adalah orang yang paling tidak menerima berita jika Stefan berpacaran dengan Yuki. Ariel merasa kesal karena ia kalah dari Yuki. Ariel merasa Yuki bukanlah apa-apa. Ariel lebih ikhlas Stefan bersama Wilona.
Suasana langsung tidak bersahabat. Semuanya diam dan tidak merespon sehingga suasana jadi tegang.
"Gue juga ngiranya bakal ke kondangan Stefan sama Wilona tahun ini, eh taunya kagak." sahut Angela santai.
"Setuju banget. Gue bahkan udah bayangin kalo kondangannya Stefan sama Wilona bakal mewah banget. Secara gitu mereka sama-sama kaya." sahut Audi antusias dengan suara khasnya.
Yuki tersenyum sangat tipis mendengar celotehan rekan kerjanya yang secara tidak langsung memilih Wilona daripada dirinya.
"Ya, mungkin emang jalannya Stefan bukan sama Wilona. Kita tunggu aja kondangan Stefan sama Yuki tahun ini." sahut Nasya dengan santainya.
Yuki yang awalnya tertekan mulai merasa tenang karena omongan Nasya. Hatinya jadi menghangat.
"Aduh teraktir dulu dong buat pajak jadiannya, jangan langsung kondangan." sahut Adit bersemangat.
"Kalo teraktir mending langsung minta pak bos deh biar lebih mantap." sahut Ajun.
"Wah, Ajun bener!" seru Audi bersemangat.
"Setuju gue, kapan lagi ye bisa ngabisin duit bos." Angela menimpali.
"Ckck udah. Nanti orangnya muncul, kicep kalian." sahut Nasya kalem.
Semuanya langsung kembali ke bilik masing-masing dan mulai bekerja seperti biasa karena memang sudah mulai waktunya untuk bekerja.
Ketika para sekretaris asyik dengan aktivitasnya masing-masing, Stefan dan Kevin tiba-tiba muncul.
"Pagi semua." sapa Stefan seperti biasa dengan penuh wibawa.
"Pagi, pak." jawab semuanya dengan bersemangat yang tidak seperti biasanya.
Stefan nampak cuek dengan respon sekretarisnya karena ia memang paham tentang alasan respon tersebut.
"Pak Stefan." panggil Adit berani sebelum Stefan sempat memasuki ruangannya.
"Ya?" Stefan berhenti lalu beralih memandang ke arah bilik Adit.
"Saya tunggu teraktirannya, pak." jawab Adit dengan cengiran lebar.
Stefan menautkan alisnya bingung dan tersenyum aneh.
"Bukan Adit aja, pak, tapi kita semua nunggu teraktiran dari pak bos." Ajun menimpali dengan bersemangat.
"Iya iya. Nanti saya kabarin lagi. Saya masuk dulu." jawab Stefan seadanya lalu memasuki ruangannya.
"Ih gila, kita beneran diteraktir." seru Adit kesenangan yang disambut senang dan heboh oleh sekretaris lain.
Beberapa detik heboh akan berita gembira itu, semuanya kemudian kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing.

MY BOSSYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang