You in Me 3

1.2K 128 7
                                    

Taehyung menghentikan laju mobil yang dikendarainya di depan universitas tempat dimana Jiwoo masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Meski sudah bekerja sebagai manajer di perushaan keluarganya, Jiwoo tak pernah lupa pada pendidikannya. Dia direkrut di perusahaan keluarganya pun bukan semata karena dia salah satu pewaris melainkan karena dia lulus seleksi dengan nilai tinggi saat pemilihan calon karyawan baru di perusahaan mereka tiga tahun lalu. Awalnya Jiwoo juga hanya karyawan biasa sampai lima bulan lalu diangkat menjadi manajer karena ketelatenan dan kecerdasannya dalam bekerja. Berbeda dari kembarannya Somin yang memilih kuliah sampai D3 karena lebih senang bekerja dengan desain- desain interiornya.

"Kau ke kantor jam berapa?" tanya Taehyung berusaha bersikap biasa saja.

"Jam 11 nanti. Tidak perlu menjemputku. Aku bisa naik taksi" ujar Jiwoo melepaskan seatbeltnya dan menatap Taehyung.

"Baiklah kalau begitu"

"Aku masuk ke kampus dulu"

"Eo"

Jiwoo membuka pintu mobil lantas keluar sambil menenteng tas kuliahnya dan membalikkan badannya menghadap mobil mereka saat sudah ada diluar.

"Terimakasih telah mengantar. Hati- hati dijalan!" ucapnya sebelum berlalu membuat Taehyung melongo mendapati perilaku Jiwoo yang dianggapnya aneh.

"Apa dia salah minum vitamin tadi ya? Kok mendadak ramah?" gumamnya sedikit bergidik dan memilih menutup kaca mobil dikursi penumpang sebelahnya dan kembali melajukan mobil mewah hadiah dari mertuanya menuju kantor tempat dia dan Matt akan bekerja.

***
"Maaf aku telat" ucap Taehyung memandang Matthew tak enak.

Matthew yang sedang duduk membaca berkas dimeja kerjanya menatap Taehyung dan tersenyum tipis.

"Ku rasa benar kata Apeonim jika kau seharusnya tak menjadi sekretarisku lagi" ucapnya membuat Taehyung tersentak.

"Apa? Oh... ayolah maafkan aku Direktur Kim. Aku tahu aku salah" rengek Taehyung membuat Matthew menahan tawanya.

"Kau tahu kan jika begini terus maka kinerjamu akan berkurang dan otomatis itu berpengaruh pada gaji kita berdua. Kau tahu kan aku butuh uang banyak untuk persalinan anakku nanti" mati- matian Matthew untuk tak tertawa karena ternyata dia baru sadar jika menjahili orang sepolos Taehyung itu begitu menyenangkan.

"Benarkah? Apakah Paman Kim setega itu pada kita?" ekspresi Taehyung berubah lesu dan sukses membuat Matthew tertawa terbahak- bahak.

"Hahahahaha. Astaga Jsephie kau benar- benar lucu. Harusnya kau lihat ekspresimu tadi di cermin. Aku yakin kau akan terpingkal juga"

Taehyung mendelik menatap bossnya dan melayangkan bolpen yang berada ditangannya dan beruntung Matthew bisa mengelak.

"Hei... santai bro! Aku hanya tak kuat saja melihat wajahmu yang seperti sedang dihakimi, hihihi. Kau masih Jsephie ku yang dulu"

"BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN NAMA MENGGELIKAN ITU!" amuk Taehyung yang lebih seperti sedang merajuk membuat Matthew lagi- lagi tertawa puas.

"Hahaha... Oh... c'mon. Itu kan panggilan kesayanganmu di Kanada dulu. Panggilan kesayangan dari si sweety hihi..."

"Matthew Kim..."

"Oh... ok, ok. Lebih baik kau bacakan jadwalku saja karena kalau tak salah satu jam lagi kita ada rapat dengan kolega dari Jepang, right?" ujar Matthew mengalah meski sisa- sisa tawa masih terdengar dari mulutnya.

"Huft... Ok... kita mulai..."

***
Sementara itu dikediaman keluarga Jeon, Nyonya muda yang baru dua hari menikah dengan seorang direktur baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Dandanan tebal seakan sudah menjadi mark untuk dirinya. Bibir merah merekah memberikan kesan berani pada sulung Jeon itu. Riasan mata yang mempertajam kesan tegas pada matanya juga tak lepas dari penampilannya hari ini begitu berbanding terbalik dengan penampilannya di rumah yang terkesan lebih santai.

"Mau kemana?" tanya sang ibu yang tengah menikmati teh hangatnya di sofa diruang keluarga yang begitu luas itu.

"Karena suamiku pergi kerja ku rasa aku juga akan ke kantor untuk melanjutkan desainku Eomma" jawabnya seraya menaruh tas jinjingnya diatas sofa dihadapan sang ibu.

"Jangan terlalu lelah. Ingat kandunganmu" peringatan sang ibu.

"Aku mengerti Eomma. Anak ini yang membuat kami bersatu tentu aku akan menjaganya dengan baik" ujar Somin mengelus perutnya yang belum terlihat buncit.

Nyonya Jeon menghela napas dan menatap putrinya sendu.

"Tidakkah kau merasa kau keterlaluan Somin ah? Kau halalkan segala cara hanya demi seorang pria yang sama sekali tak mencintaimu"

Senyuman Somin pudar seketika. Tangannya yang tadi digunakan untuk mengelus perutnya kini berada disamping tubuhnya dan matanya menatap sang ibu nanar.

"Aku mencintainya Eomma dan aku yakin jika dia juga akan berbalik mencintaiku"

"Kau yakin? Jangan sampai kau menderita jika akhirnya dia tetap seperti itu" usai mengatakan hal itu Nyonya Jeon berlalu menuju tangga dibelakang putrinya meninggalkan Somin yang mematung sambil menggigit bibir bawahnya menahan sesak dalam dadanya.

'Aku yakin Eomma. Dia hanya akan mencintaiku' bathinnya berusaha mensugestikan keinginannya yang kuat.

TBC

You In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang