You in me 22

1.1K 97 8
                                    

BRAKKK

Matthew melempar notulen hasil rapat hari ini penuh emosi dan membuat Taehyung yang tadi menyerahkannya tersentak menatap sikap tempramen sahabatnya itu.

"Brengsek. Siapa yang berani membocorkan projek kita pada orang lain?" gumamnya frustasi.

"Aku yakin ada orang dalam yang melakukannya Matt. Tidak mungkin Honto menarik begitu saja investasinya dan langsung mengalihkannya pada perusahaan itu dan menyangka kita memplagiat ide perusahaan lawan. Kau kan mempresentasikannya sendiri dihadapan Direktur mereka. Kau juga bilang direktur mereka itu adik kelasmu kan?" ujar Taehyung tampak berpikir.

"Selidiki siapa orang yang berani memmbocorkan ide kita dan memberikannya ke tim lawan!" ujar Matthew tegas.

"Baiklah aku akan..."

"Permisi" seorang dibalik pintu masuk dan keduanya bisa melihat Sekretaris Ahn yang saat itu membantu Matthew di Jeju datang sambil membawa sebuah note book ditangannya.

"Ada apa Sekretaris Ahn?" tanya Matthew menatap pria muda itu heran.

"Aku baru dapat informasi jika salah satu staff tim perencana produksilah yang membocorkan perihal ide keramik yang akan kita gunakan untuk di kirim ke Honto" ujar Sekretaris Ahn menunjukkan notebook yang berisi laporan dari staff yang menemukan kejanggalan dari masalah yang mereka hadapi.

"Tim perencana. Siapa orangnya?" tanya Matthew lagi dengan geram.

"Ini baru dugaan dan sedang di usut lebih dalam" jawab Sekretaris Ahn sedikit lebih tenang menjawab.

"Lakukan pengusutan dengan cepat bila perlu lakukab ancaman pada mereka!"

"Sabarlah Nak! semua akan kita lakukan" suara dari luar membuat ketiganya menoleh dan segera memmbungkuk memberi hormat pada Tuan Kim yang memasuki ruang kerja ditemani sang istri.

"Abeoji, Eomeoni" sapa Matthew yang dibalas usapan sayang di kepalanya oleh sang ibu.

"Sekretaris Ahn terbang ke Jepang dan katakan pada Honto jika kita meminta waktu untuk mengusut kasus ini dulu!" perintah Tuan Kim pada sekretarisnya itu.

"Baik Presdir" patuh Sekretaris Ahn.

"Matthew dan Taehyung selidiki di lapangan tapi jangan sampai menimbulkan kecurigaan. Aku akan pantau dari sini" lanjutnya menatap putra dan putra angkatnya serius.

"Baik Apeonim"

"Baik Paman" jawab Taehyung dan Matthew kompak.

***
Jiwoo merapikan berkas- berkas diatas meja kerjanya dengan tak semangat. Permasalahan rumah tangganya dengan Taehyung berhasil membuatnya drop hingga tak bersemangat melakukan aktivitas apapun ditambah keadaan fisiknya yang tengah lelah semakin membuatnya tak bergairah.

"Jiwoo ya" suara yang begitu dikenalnya terdengar di telinganya dan dirinya melihat sang kembaran berdiri di pintu ruangannya dengan raut wajah tak jauh berbeda darinya.

"Somin ah. Masuklah!" ajak Jiwoo menghampiri kakaknya yang tengah hamil itu dan baru kemarin keluar dari rumah sakit karena nyaris keguguran usai pertengkarannya dengan sang suami.

"Jiwoo ya" Somin menghambur ke pelukan sang adik dan menangis tersedu disana. Jiwoo mengelus sayang bahu sang kakak mencoba memberi kenyamanan.

"Ada apa?" tanya Jiwoo lembut.

"Jiwoo ya, apa aku salah selama ini?"

"Salah?"

"Aku memaksa Matthew Oppa hidup bersamaku padahal aku tahu dia tak pernah mencintaiku. Aku bahkan melakukan kejahatan pada Jisoo agar aku bisa memiliki Matthew Oppa, dan bahkan aku melukaimu karena harus menikah dengan pria yang tak kau cintai" airmata meleleh diwajah pucat Somin yang hampir sejak sakit kemarin dia sudah tak begitu merawat wajahnya.

"Sudahlah. Tidak perlu menyesali semuanya. Semuanya sudah harus terjadi. Jadikan semuanya sebagai pelajaran agar kita bisa menjalani hidup lebih baik. Kau jangan sedih terus ingat bayimu!" Jiwoo mencoba menasihati kakaknya.

"Apa aku harus  berpisah saja dengan Matthew?" tanya Somin membuat Jiwoo tersentak teringat akan ucapannya pada Taehyung beberapa hari lalu. Ada rasa nyeri menjalari hatinya mengingat jika kini rumah tangganya dengan pria yang dicintainya itu berada di ujung tanduk bahkan dirumah pun sudah tak saling sapa selain dihadapan orangtunya.

"Semua tergantung padamu. Kau bukan hanya harus siap kehilangan Matthew Oppa, tapi juga harus siap jika anakmu nantinya tak mendapat kasih sayang utuh dari ayahnya" ucap Jiwoo membuat airmata Somin semakin meleleh. Sekarang dia sadar ada lagi korban dari keegoisannya. Anaknya juga bisa saja hidup tanpa sang ayah nantinya.

"Jiwoo ya... hiks... hiks..."

***
"Hahahahaha akhirnya aku bisa menjatuhkanmu Kim Matthew. Bersiaplah untuk kehilangan istrimu juga" Doyoung tersenyum pongah sambil memutar- mutarkan kursi kerjanya. Dia baru saja mendapat e- mail yang mengatakan jika perusahaan keramiknya akan mengambil alih proyek yang kemarin akan dikerjakan oleh perusahaan Matthew. Inilah saatnya dirinya menghancurkan pria itu. Pria yang sudah mengambil miliknya. Dia akan melihat suami wanita yang dicintainya itu runtuh dan disaat itu dia akan datang sebagai malaikat bagi Sominnya.

"Kau benar- benar keterlaluan Kim Doyoung. Kau bilang hanya membuatnya terguling bukan menghancurkan seluruh hidupnya" Jisoo yang datang ke ruangan sang adik menatap pria itu tajam sementara Doyoung membalasnya dengan seringaian.

"Kau... cukup diam atau ku bunuh laki- laki itu dihadapanmu!"

Mata Jisoo membola tak menyangka jika Doyoung adalah psikopat...

TBC

Hola- hola... postingan untuk malam ini 😘

You In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang