You in Me 5

1.1K 114 4
                                    

Mengetahui jika Chaekyung berada tak jauh dari jangkauannya membuat Taehyung bahagia luar biasa. Saat hendak menikah dengan Jiwoo dia terpaksa meninggalkan Chaekyung hidup sendiri di tempat asal mereka di daerah Hongdae karena tentu saja Taehyung akan ikut tinggal bersama Jiwoo di Gangnam dan saat ini entah bagaimana bisa Chaekyung berada disini dekat dengannya bahkan bekerja diseberang kantor tempatnya bekerja. Persetan dengan ancaman Jiwoo, dia tak perduli. Selama bisa melihat gadisnya dari jarak dekat dia akan berusaha melindungi gadis itu sembunyi- sembunyi. Yang terpenting dia bisa memantau gadisnya itu dari jarak dekat.

"Chaekyung ah... aku benar- benar merindukanmu Sayang" gumamnya sambil memperhatikan poto dirinya bersama Chaekyung yang dia ambil awal tahun ini sebelum  menikah dengan Jiwoo dua bulan kemudian.

"Sekretaris Kim apa jadwalku sudah habis?" tanya Matthew yang baru saja keluar dari ruangannya membuat Taehyung cukup terkejut lalu pria itu menaruh ponselnya diatas meja kerjanya.

"Iya jadwalmu sudah selesai. Mau langsung pulang?" tawar Taehyung bersiap mengambil kunci mobilnya.

"Hari ini aku mau ke Apgujeong dulu. Ada urusan" jawab Matthew.

"Kau mau..."

"Hm. Aku mau datang ke panti asuhan tempat biasa aku dan Jisoo berkunjung tiap awal bulan" ujar Matthew seakan tahu jika Taehyung hendak bertanya padanya.

"Oh... ok. Perlu ku antar?"

"Dan membiarkan istri detektifmu tahu jika mobilnya melaju ke tempat rahasiaku?" sindir Matthew menanggapi ide Taehyung untuk mengantarnya.

"Ahahaha benar juga. Jadi mau naik apa?"

"Bis mungkin. Aku sudah biasa"

"Ok, good luck. Aku akan buat alasan baik untuk kakak ipar cantikku itu"

"Haha brengsek kau, tapi terimakasih kau mau membantuku"

"Itu gunanya saudara Matt"

Keduanya tertawa bersama.

"Oh iya, kau tak berniat menemui Chaekyung secara pribadi?" Tanya Matthew menatap Taehyung penasaran.

"Aku harus mengatur strategi dulu untuk mengelabui gadis detektif itu" jawab Taehyung sambil menggedikkan bahu.

"Hahahaha. Good luck juga untukmu kalau begitu"

"Ok. Aku akan stay dulu disini sampai jam pulang. Nanti dirumah aku akan bilang kau telat karena ikut teman kita Jae ke coffee shopnya"

"Ok thanks bro. Aku berangkat sekarang"

"Ok"

Dan Matthew pun berlalu melalui tangga yang akan mengantarnya ke pintu belakang kantor dan dia berencana mencari angkutan umum disana untuk menuju panti asuhan tempatnya biasa berkencan bersama Jisoo selama ini.

***
"Taehyung ah, mana Matt?" tanya Somin sesampainya Taehyung di kediaman keluarga Jeon. Dapat dia lihat juga sang ibu mertua sedang menyiapkan makan malam dengan para maid.

"Matthew ada janji dengan Jae untuk membicarakan bisnis coffee shop yang mau mereka buat. Aku disuruh pulang karena dia bilang mungkin meetingnya agak lama" jawab Taehyung lancar. Dia sudah membuat skenario matang- matang untuk mengelabui Somin.

"Oh... ya sudah" balas Somin yang kemudian berlalu menuju kamarnya dilantai dua.

"Taehyung ah cepat mandi lalu panggil Jiwoo. Kita akan segera makan!" ujar sang ibu mertua padanya.

"Iya Eomonim" balasnya yang kemudian mengikuti Somin ke lantai dua karena kamarnya memang berhadapan dengan kamar milik Matthew dan Somin.

***
Di Apgujeong di daerah pinggirannya tampak Matthew yang sedang asyik bermain sambil bercerita pada anak- anak yang tinggal di panti asuhan tempat dia dan Jisoo pertama kali bertemu karena mereka sama- sama donatur di panti asuhan ini.

Panti asuhan ini adalah tempat yang banyak meninggalkan kenangan bagi Matthew. Kenangan akan cinta pertama juga cinta yang masih bertahan dihatinya sampai saat ini. Di panti asuhan ini pertama kalinya dirinya dan Jisoo gadis yang lebih muda empat tahun darinya itu bertemu saat perkumpulan para donatur. Berkenalan  dan menjadi dekat selama beberapa bulan hingga akhirnya memutuskan menjadi sepasang kekasih. Dua tahun hubungan kasih itu terjalin dan harus kandas saat Somin datang padanya dan mengatakan jika gadis itu mengandung benihnya.

Jisoo pergi meninggalkan dirinya yang tak bisa mengelak jika bayi yang ada dalam kandungan Somin adalah hasil perbuatannya yang membuatnya menyesal bukan kepalang. Somin menghancurkan hidupnya dan kisah cintanya hingga membuatnya begitu membenci gadis yang dulu dia anggap seorang teman itu. Keluarga Jisoo juga ikut pergi usai mengalami kegoyahan usaha akibat ulah keluarga Jeon yang tentu saja diotaki oleh Somin. Jisoo bilang tak membenci Matthew tapi juga tak bisa membiarkan keluarganya semakin hancur oleh Somin.

"Ahjussi... ini namanya apa?" tanya seorang gadis kecil yang duduk dipangkuan Matthew menunjukkan buku bergambar yang tadi dibelikan Matthew untuknya dan anak- anak lain.

"Oh... ini namanya rusa Sayang" jawab Matthew seraya mengusap sayang rambut panjang gadis berusia sekitar tiga tahunan itu.

"Wah... aku ingin melihatnya secara langsung" ujar gadis kecil itu dengan mata berbinar.

"Kau akan melihatnya nanti Sayang. Kalau Ahjussi libur kerja Ahjussi akan ajak kau kesana ya"

"Benar Ahjussi?" tanya gadis itu kian berbinar.

"Iya Sayang"

"YEAY... HORE... AKU SAYANG AHJUSSI" teriak si gadis lalu mencium sayang pipi paman kesayangannya itu. Matthew pun membalas pelukan gadis itu yang ikut mengerat dilehernya.

"Yoojung ah... ayo masuk ke kamarmu! Ini sudah malam Nak. Anak lain sudah tidur semua" ujar seorang wanita paruh baya yang Matthew kenal sebagai Nyonya Han. Pemilik panti asuhan ini.

"Ihhhh... Halmeonim aku masih mau main dengan Ahjussi..."

"Tapi Yoojung ah..."

"Benar apa kata Halmeonim. Yoojung harus tidur. Besok kan Yoojung harus belajar bersama ibu guru TK. Nanti Minggu depan Ahjussi datang kesini lagi" ujar Matthew membantu menjelaskan pada anak yang paling dekat dengannya di panti asuhan ini.

Yoojung tampak cemberut namun dia tetap menurut dengan masuk ke dalam kamar setelah sebelumnya kembali mencium pipi Matthew sayang.

Sepeninggal Yoojung, Nyonya Han mendekati Matthew dan duduk disampingnya.

"Bagaimana keadaanmu Nak?" tanya wanita yang sudah Matthew anggap sebagai ibunya sendiri sama seperti Matthew menyayangi ibu kandungnya.

Matthew menghela napas berat lalu tersenyum sendu.

"Beginilah Eomeonim. Rasanya tubuhku memang hidup, tapi nyawaku serasa tak ada dalam raga ini"

Nyonya Han tersenyum maklum dan mengelus bahu Matthew. Menjalarkan rasa hangat yang membuat Matthew benar- benar nyaman.

"Kau harus sabar Matt. Terkadang hidup berjalan tak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi kau harus yakin jika Tuhan sudah menyiapkan semuanya dengan sangat baik. Tinggal kau yang berusaha dan bersabar menjalaninya"

"Iya, aku tahu Eomeonim. dan semoga aku kuat" lirihnya dan menghambur memeluk Nyonya Han menumpahkan segala beban pikirannya...

TBC

You In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang