08 • Marah

92.1K 12.3K 1.8K
                                    

Masih ada waktu untuk mengejar Sakura yang mungkin sudah tenggelam dalam lautan kendaraan di jalan besar. Motor Saddaru bergerak cepat mengikuti jalan yang padat kendaraan. Apalagi ini masih pagi, jam-jam orang berangkat kerja dan sekolah.

Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi dan Saddaru tidak bisa untuk fokus ke sana. Sambil menatap lurus ke depan, sesekali lelaki itu melirik ke kanan dan kiri —mencari benda besar berwarna pink yang tidak lain adalah mobilnya Sakura.

Tadi Saddaru sudah berpesan pada ketiga temannya untuk melapor ke guru yang mengajar di jam pertama bahwa dirinya sedang ada urusan mendadak di luar sekolah.

Motor Saddaru mulai memasuki jalanan yang lebih kecil dan jarang dilalui orang. Tepat saat jam arloji di pergelangan tangan Saddaru menunjukkan pukul tujuh lewat dua menit, Saddaru menghentikan laju motornya di tepi jalan yang sepi. Sekitarannya pun hanya ada taman kosong dengan pohon-pohon di pinggirannya.

Di jarak radius delapan meter darinya ada dua orang sedang berdiri di depan mobil pink yang tidak melaju. Saddaru membuang napas lega mengetahui teman-temannya itu berhasil menghentikan Sakura.

"Bener kan ini mobilnya?" Satu cowok itu bertanya.

Saddaru mengangguk seraya berlari ke pintu bagian kemudi. Ia mengetuk jendelanya, meminta Sakura keluar. Sakura menolak, tapi Saddaru terus memohon —mendempetkan kedua telapak tangannya agar Sakura mau menurut. 🙏🏻

Setelah mengusap pipinya yang basah karena habis menangis, akhirnya cewek berambut pirang itu keluar. Saddaru langsung bisa lihat semenyedihkan apa tampang Sakura sekarang. Kasihan.

"Kamu kenapa ada di sini? Kamu kenal mereka?" Sakura bicara pada Saddaru sambil mengarahkan dagunya ke dua cowok yang tadi membuatnya panik itu.

Siapa yang tidak panik saat sedang anteng berkendara, tiba-tiba dua manusia muncul di depan mobil sambil mengangkat tangan di udara dan menyuruh berhenti. Wajah garang mereka juga semakin bikin Sakura parno, takut dirinya dijadikan korban kekerasan atau sejenisnya.

"Mereka temen gue," jawab Saddaru tanpa melirik dua cowok yang berdiri di belakangnya itu.

"Temen kamu? Kenapa mereka cegat aku?" balas Sakura. "Aku kan mau pulang!"

"Kenapa lo pulang?" sahut Saddaru tanpa menjawab Sakura. Lelaki ganteng itu menatap lekat wajah gadis yang lebih pendek darinya tersebut, dengan kerutan di dahi.

"Aku nggak mau sekolah, aku takut! Mereka jahat sama aku, aku nggak bisa lawan mereka karna ... aku nggak tau harus ngapain," papar Sakura yang suaranya mulai gemetaran.

"Nggak perlu dilawan, santai aja." Saddaru berujar dengan sedikit lebih cepat.

Sakura terdiam. Matanya kembali berkaca-kaca, tapi ia mengontrol emosinya agar tidak menangis lagi. Saddaru juga diam, memandang Sakura yang kini menunduk.

Perlu beberapa waktu untuk kembali menengadah tanpa menitikan air mata. Dia lalu mengusap hidungnya yang berair dan membuang napas berat. Tatapannya terjatuh tepat ke iris indah milik Saddaru, tapi tak bertahan lama karena mata tajam Saddaru berhasil membuat wajah Sakura memanas.

Bola mata Sakura yang berwarna abu itu bergerak ke arah belakang Saddaru, memerhatikan dua cowok yang masih setia di sana. Mata Sakura menyipit, merasa pernah melihat wajah mereka sebelumnya, tapi lupa di mana.

Oscillate #1: The Big Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang