Hari Minggu, Zhynix seperti biasa berkumpul di studio untuk latihan. Sebenarnya Figo, Dion, Alan dan Saga sudah tiba sejak tadi siang, tapi belum lengkap karena Saddaru tak kunjung datang. Cowok itu baru datang sore hari seperti sekarang.
Saddaru datang sambil membawa minuman es rasa cokelat yang tersisa setengah gelas. Wajahnya tidak ada ekspresi, mood-nya juga tak begitu baik. Kalau ada yang bikin Saddaru kesal, pasti orang itu akan ia maki habis-habisan —bahkan Saddaru pukulin sampai puas.
"Ayo, langsung aja!" seru Figo yang terlihat sudah tidak sabar untuk memainkan bass.
Saddaru berjalan mendekati meja untuk meletakkan minumannya di sana, dan melirik Dion yang sedang duduk di sofa. Dion menepuk bahu Saddaru sambil tersenyum. Saddaru membalas senyuman itu seraya berkata, "Udah mendingan lo sekarang?"
Dion mengangguk sekali. Saddaru kini gantian menepuk bahu Dion, lalu berdeham dan berlalu meninggalkan sahabatnya itu.
Seperti yang sudah-sudah, Saddaru menempatkan diri di depan stand microphone. Teman-temannya yang lain juga bergegas memposisikan diri mereka pada tempatnya masing-masing.
"Lagu apa? Friends lagi?" tanya Alan.
Saddaru baru akan mengangguk tapi tidak jadi ketika pintu ruangan ini terbuka dan muncullah seorang gadis imut berkulit putih, berambut putih, mengenakan kaos hitam serta rok putih yang mencapai —sedikit di atas— dengkul.
Anak itu menatap orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut, dan tersenyum saat iris kelabunya bertemu dengan iris Saddaru. Saddaru bukannya balas senyuman itu, tapi malah menoleh ke kiri —tepat ke arah Dion.
Mengingat pesan singkat yang Figo kirimkan kepadanya semalam, tentu Saddaru beranggapan senyuman tadi bukan untuknya, melainkan untuk Dion.
"Babe!" panggil Dion.
Sakura memperlebar senyuman manis itu sambil melambaikan satu tangannya ke Dion. Figo dan Alan serempak menggoda dua insan itu, membuat pipi Sakura jelas merona.
"Pajaknya masih ditunggu, nih!" kata Alan.
"Di depan ada pizza tuh," sambung Figo.
Saddaru dan Saga sama-sama diam. Saddaru sibuk membenarkan posisi mic, sedangkan Saga tak berhenti menatap nyalang Sakura.
"Lo ngapain ke sini? Ganggu orang mau latihan aja," ketus Saga pada Sakura.
"Mmh ... aku bingung di rumah mau ngapain. Jadi, aku ke sini aja." Sakura menjawab.
"Terus, lo pikir lo boleh ke sini? Masuk seenaknya nggak pake ketok pintu dulu, nggak ngabarin dulu? Lo siapa, woy?" ceplos Saga.
"Sst, Ga!" tegur Alan.
Dion menarik napas dalam-dalam dan menoleh ke Saga sambil berucap, "Lo kenapa jadi marah-marah gitu? Emangnya salah Sakura ke sini?"
"Salah, lah! Ini tempat buat kita latihan band, dia malah dateng seenaknya." Saga berujar sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oscillate #1: The Big Secret
Teen Fiction[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L A T E 2018 by Raden Chedid