Kalimat yang barusan Dion ungkapkan untuk Sakura membuat keduanya terpaku di tempat dalam keheningan yang mematikan.
Tanpa sadar, gerimis halus mulai turun, namun mereka berdua masih tetap berdiri di balkon, saling bertatapan. Sakura menatap Dion tak percaya, justru Dion menunggu jawaban Sakura walau rasanya ia ingin mati karena irama jantungnya tak terkendali.
"Kamu suka sama aku?" celetuk Sakura.
Darah Dion berdesir hangat. Ya, setiap Sakura bicara pasti ada efek yang membuat Dion menyimpulkan bahwa dirinya naksir gadis di hadapannya itu.
"Iya," jawab Dion yang kemudian terdiam lagi.
Baru kali ini ada lelaki yang mengungkapkan perasaannya pada Sakura. Jadi, ini adalah pengalaman baru yang Sakura rasakan dalam sejarah hidupnya. Sakura senang, tapi juga bingung harus melakukan apa.
"Gue tau ini terlalu cepet. Kita juga baru kenal." Dion menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi, gue yakin sama perasaan gue."
Sakura tertunduk sejenak, menatap kakinya yang menapak lantai. Sakura benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Semua ini membuatnya kaget dan tak menyangka seorang Dion ternyata menyimpan rasa untuknya.
"Kenapa kamu suka sama aku?" Sakura berucap seraya kembali menatap Dion.
Dion menggeleng samar. "Gue nggak tau. Tapi, setiap kita ketemu, gue ngerasa gue masih punya harapan."
Sakura mengerutkan kening, belum sepenuhnya mengerti ucapan Dion. Dion melanjutkan, "Sejak nyokap sakit sekitar lima bulan yang lalu, gue mulai males ngapa-ngapain. Nggak ada yang bikin gue semangat. Bokap sibuk kerja, kakak gue sibuk sama urusannya sendiri. Cuma Zhynix yang selalu ada. Tapi, gue tetep ngerasa ada yang kurang."
"Tapi ... setiap aku liat kamu di sekolah, kamu keliatannya baik-baik aja. Ketawa terus sama temen-temen kamu," ujar Sakura. "Kayak nggak ada beban hidup."
Dion tersenyum sambil mengembus napas berat. "Gue nggak mau mereka khawatirin gue."
"Tapi kan mereka temen kamu. Kalo kamu cerita tentang mama kamu, pasti mereka bisa kasih support," ungkap Sakura.
"Gue nggak biasa cerita-cerita kayak gitu, Sa." Suara Dion mengecil. Cowok itu mengusap wajah dengan satu tangan, lalu menatap langit gelap yang terbentang luas.
"Gue hampir bunuh diri karna ditinggal Mama," cetus Dion.
Sakura tersentak.
"Selama ini gue paling deket sama Mama. Mama yang paling peduli sama gue. Jadi, setelah Mama pergi, gue ngerasa nggak punya harapan lagi di sini. Nggak ada yang bisa gue bikin bangga juga," papar Dion.
"Kok kamu ngomongnya gitu? Kan masih ada papa sama kakak kamu," kata Sakura.
"Kalo nggak ada nyokap rasanya kayak nggak ada yang spesial, Sa." Dion menyahut.
Sakura menghela napas berat secara perlahan dan mengulurkan satu tangannya untuk meraih tangan Dion. Gadis itu membungkus tangan kanan Dion dengan kedua tangannya sambil tersenyum.
"Aku tau sekarang kamu lagi terpukul banget atas kepergian Mama kamu. Mungkin juga kamu belom bisa sepenuhnya terima kenyataan. Aku paham," tutur Sakura. "Aku juga nggak bisa larang kamu buat lakuin apa, karna itu semua hak kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oscillate #1: The Big Secret
Teen Fiction[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L A T E 2018 by Raden Chedid